Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 15 April 2016

Rusaknya kebiasaan umum


 

Sementara umat atau bangsa-bangsa tidak lahir atau tegak karena akhlak namun keberadannya dengan aqidah yang dianutnya, pemikiran yang diembannya, dan sistem yang diberlakukannya. Organisasi semacam ini juga muncul akibat pemahaman yang salah terhadap arti masyarakat, bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu sementara masyarakat itu satu kesatuan yang terdiri dari: manusia, pemikiran, perasaan dan sistem, dan kehancuran masyarakat tidak lain adalah akibat dari rusaknya pemikiran, perasaan dan sistem bukan dari kerusakan manusia-manusianya dan untuk memperbaikinya tidak lain hanya dengan memperbaiki pemikiran, perasaan, dan sistem itu. Demikian pula kesa­lahan itu terletak pada kesimpulan pemikiran bagi sebagian besar orang-orang yang ingin memperbaiki keadaan, dan para ulama yang mengatakan bahwa sesungguhnya kelompok yang bisa merusaknya adalah individu, dan yang dapat membangun dan menghancurkan individu-individu adalah akhlaknya. Maka dengan akhlak yang lurus ia akan menjadi kuat, kon­sisten, berdaya guna, produktif, yang berfungsi untuk kebaikan dan ishlah/perbaikan. Sementara akhlak yang buruk menjadikannya lemah tidak diperhitungkan dan tidak ada yang dapat diambil manfaat, tidak ada kebaikan di dalamnya. Baginya tidak ada tujuan lain dalam kehidupan kecuali memenuhi syahwat dan mengikuti egonya. Atas dasar ini maka mereka berpendapat bahwa untuk memperbaiki ja­ma'ah tidak lain dengan jalan memperbaiki individu, maka mereka menghendaki perbaikan masyarakat dengan pola akhla­ki dan melalui akhlak itulah akan membangkitkan masyara­kat. 

Walaupun seluruh harokah-harokah Islahiah yang bera­saskan akhlaqiah telah gagal tetapi orang-orang masih tetap berkeyakinan bahwa kaidah-kaidah inilah yang menjadi dasar perbaikan. Mereka tetap mendirikan berbagai lembaga ishlahiah atas asas yang sama sekalipun pada kenyataannya bahwa cara perbaikan jama'ah tidak sama dengan alat per­baikan individu, walau individu merupakan bagian dari jama'ah sebab rusaknya jama'ah berasal dari rusaknya perasaan jama'ah dan rusaknya suasana (alam) fikir dan semangat juga diakibatkan adanya pemahaman-pemahaman yang keliru di kalangan jama'ah dengan kata lain berasal dari rusaknya kebiasaan umum. Dan untuk memperbaikinya tidak lain kecuali dengan menciptakan kebiasaan umum yang baik. Dengan kata lain tidak ada perbaikan kecuali dengan mem­perbaiki perasaan jama'ah. Dan menciptakan suasana ru­hiyah yang benar dan suasana pemikiran yang berkaitan dengan aspek ruhiyah. Dan pelaksanaan sistem dari negara. Itu semua tidak akan berhasil kecuali dengan menciptakan suasana Islami dan ini mengharuskan adanya pelurusan pemahaman terhadap berbagai hal di tengah manusia secara keseluruhan
dengan demikian jama'ah jadi baik dan individupun jadi baik. Itu semua tidak akan berhasil dengan berkelompok atas dasar jam'iyah.

Juga tidak akan berhasil dengan menjadikan akhlak, nasehat dan bimbingan sebagai dasar dari kutlah. Inilah pangkal kegagalan semua kutlah yang berasaskan jam'iyah dalam membangkitkan dan memperbaiki umat. Demikian pula kegagalan yang dialami kutlah yang berbentuk partai semu (dasar kepartaian tidak benar atau tidak lengkap), yang tidak dibangun atas dasar mabda tertentu dan tidak dilatar­belakangi suatu mafhum apapun dan tidak mengikat anggotanya dengan ikatan yang benar.

Perlu diketahui bahwa kegagalan seluruh kutlah ini juga terjadi karena faktor manusia atau individunya. Sebab dis­amping pembentukannya bukan atas dasar pembentukan kutlah yang benar (karena tidak adanya fikrah dan thariqah atau karena kesalahan thariqah), juga bergabungnya orang-orang dalam kutlah tidak didasarkan pada kelayakan individu itu sendiri, tetapi berdasarkan kedudukan orang tadi di masyara­kat dan kemungkinan mendatangkan manfaat yang cepat dari keberadaannya dalam partai atau jam'iyah.

Kadangkala seseorang direkrut atas dasar bahwa ia adalah pemimpin kaumnya atau kekayaannya dalam masyarakat, atau karena ia seorang dokter, arsitek, atau mempunyai kedudukan dan pengaruh tanpa mempertimbangkan apakah ia layak menjadi anggota kutlah atau tidak. Oleh karena itu yang menonjol dari kutlah-kutlah yang semacam ini adalah persaingan antara anggota-anggotanya atau persaingan untuk menduduki jabatan kepemimpinan. Akibatnya, dalam hati anggota-anggota partai ini muncul semacam perasaan bahwa mereka lebih utama atau berbeda dari yang lain, bukan karena peran dan kepemimpinan mereka tetapi karena mereka anggota partai tersebut. Karenanya, mereka sulit berinteraksi dan mengadakan pendekatan dengan rakyat. Maka keberadaan jam'iyah (organisasi sosial) atau partai semacam ini seperti pengaduk-adukan lumpur, menciptakan kesulitan-kesulitan baru. Kesulitan ini menambah kesulitan yang sudah ada, yang membuat masyarakat semakin kepayahan (keblinger). Bagaikan orang yang telah kepayahan membawa beban di pundaknya kemu­dian beban itu ditambah lagi dengan beban yang baru.
 
Oleh karena itu dapat dikatakan, setelah mempelajari, memikirkan dan mengkaji masalah-masalah kutlah ini, bahwa di seluruh negeri Islam belum muncul suatu kutlah yang benar selama abad silam yang mampu membangkitkan umat. Semua kutlah yang ada telah mengalami kegagalan karena didirikan di atas dasar yang keliru. Padahal umat ini tidak akan bangkit kecuali dengan sebuah kutlah. Lalu, apa kriteria sebuah kutlah yang benar yang mampu membangkitkan umat ? Inilah yang ingin kami jelaskan.

 Bacaan: Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam