Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 17 April 2016

Menyatunya ideologi pada pribadi


 

Hanya saja, sekalipun rasa kebersamaan ini satu dan menyeluruh dalam jama'ah antara individu-individunya, tetapi intensitasnya berbeda pada masing-masing orang, sesuai dengan kemampuan yang diberi Allah kepadanya, sesuai kesia­pan maksimal yang mereka punyai. 

Oleh karena itu tertunju­kinya mereka kepada fikrah itu masih tetap tersembunyi sampai pengaruh itu terakumulasi pada dirinya. Pada awalnya pengaruh itu tertanam pada orang-orang yang mempunyai pera­saan yang lebih tajam dan tinggi, yang membangunkan mereka, memberi inspirasi pada mereka dan membangkitkan gerak mere­ka. Maka harga-harga diri (kehidupan) pertama-tama muncul pada orang-orang semacam ini.

Pada mereka yang mempunyai perasaan yang lebih tajam ini tertanam perasaan kejama'ahan yang kuat, terintegrasi fikrah. Maka mereka akan bergerak dengan penuh kesadaran dan pemahaman. Mereka merupakan mutiara-mutiara umat dan kelom­pok yang sadar dalam umat.

Dan tatkala menyatunya mabda’ (ideologi) pada pribadi, ia tidak mampu untuk tetap tersimpan tapi akan mendorong mereka untuk menda'wahkan mabda’ (ideologi) tersebut. 

Maka jadilah kegiatan mereka berinteraksi dengannya sesuai dengan manhajnya dan terikat dengan batasannya, dan jadilah keberadaan mereka demi mabda’ (ideologi) dan demi da'wah pada mabda’ (ideologi) dan melakukan tugas-tugasnya. Da'wah semacam ini bertujuan agar manusia meyakini terhadap mabda’ (ideologi) tersebut yang merupakan satu-satunya mabda’ (ideologi) bukan yang lain. Serta bertujuan mewujudkan kesadaran umum mela­lui mabda’ (ideologi), maka berubahlah halaqoh pertama menjadi suatu kutlah lalu berubah menjadi hizb mabda’ (ideologi) ini yang akan tumbuh secara wajar dalam dua aspek, yang pertama perbanyakan benih-benih dengan pembentukan benih-benih lain yang meyaki­ni mabda’ (ideologi) atas dasar kesadaran dan pemahaman yang sempurna; kedua pembentukan kesadaran umum melalui mabda’ (ideologi) di tengah umat secara keseluruhan dan dari kesadaran umum ini terben­tuk berdasarkan mabda’ (ideologi) tadi penyatuan pemikiran dan penda­pat, keyakinan di tengah umat dengan penyatuan secara berle­bih walau bukan merupakan penyatuan secara aklamasi.
Dengan demikian tujuan umat, aqidah umat dan pandangan hidup umat menjadi satu. 

Dengan cara inilah hizb melebur umat, membersihkannya dari kotoran dan kerusakan yang menye­babkan kemundurannya atau membersihkannya dari kotoran-kotoran dan kerusakan-kerusakan yang muncul di tengah-tengah umat ketika umat mengalami kemunduran. Proses peleburan inilah yang dilakukan hizb yang akan menciptaan kebangkitan. Ini merupakan suatu pekerjaan berat. Oleh karena itu tak akan mampu melakukannya kecuali sebuah partai yang ia hidup karena fikrah-fikrahnya, menjadikan kehidupannya berdiri di atas fikrah itu, dan mengetahui serta memahami setiap lang­kah yang harus ditempuhnya.

Itu adalah karena rasa kebersamaan yang membawa kepada sebuah pemikiran hizb, mendorong untuk menyampaikan pemi­kiran itu ke tengah umat di antara berbagai pemikiran lainnya. Ia menjadi sebuah pemikiran di antara banyak pemikiran yang ada dalam umat. Pada awalnya ia merupakan sebuah pemikiran yang paling lemah, karena ia baru saja lahir, baru eksis, belum tertancap kuat di tengah-tengah umat, ia belum mendapatkan suasana yang cocok baginya. Tetapi karena ia merupakan sebuah pemikiran yang dihasilkan dari sebuah mantiq al-ihsas (logika perasaan) yakni sebuah pemahaman yang dihasilkan dari pemikiran yang berdasarkan pada pengamatan fakta yang jeli, yang didorong oleh perasaan yang paling dalam, maka ia bisa menciptakan ihsasul fikriy yakni perasaan yang jelas dan benar yang dihasilkan oleh pemikiran yang mendalam. Maka secara otomatis ihsasul fikriy itu akan membersihkan orang-orang yang disentuhnya, memben­tuk menjadi orang yang ikhlas, sampai-sampai, sekalipun ia tidak ingin ikhlas, ia tidak mampu untuk tidak ikhlas. Pemikiran ini, aqidah dan tsaqofahnya, menyatu pada si mukhlis (pada orang yang ikhlas) ini, membangkitkan sebuah revolusi yang memakar dirinya. Revolusi semacam ini tidak lain merupakan sebuah ledakan api setelah adanya pembakaran dalam perasaan dan pemikiran yang akan menyebarluaskan da'wah, api, keinginan dan semangat, dan kejujuran dalam dak'wah, dalam waktu yang sama juga meluaskan logika pera­saan dan pemikiran yang mendalam itu yang menjadi api yang membakar kerusakan dan cahaya yang menerangi jalan perbai­kan. Dengan ini, posisi da'wah dalam pergulatan dengan pemikiran-pemikiran yang rusak, aqidah yang bobrok/lapuk, tradisi-tradisi yang menghambat kemajuan. 

Pemikiran, aqidah dan adat itu berusaha mempertahankan dirinya akan tetapi mempertahankannya diri berarti berbenturan dengan mabda baru yang makin kuat. Dan hal ini tak akan berlangsung kecuali dalam waktu yang singkat. Semua pemikiran aqidah dan tradi­si itu akan musnah dan tinggallah mabda Hizb satu-satunya dalam umat, yaitu fikrah hizb menjadi fikrah umat dan aqidah hizb adalah aqidah umat. 

Apabila Hizb telah menyatukan pemikiran, kebiasaan-kebiasaan dan pendapat-pendapat, berarti hizb telah mencip­takan persatuan umat luar dalam, meleburnya dengan Islam, dan membersihkan dari kotoran, maka jadilah umat yang satu. Dengan demikian lahirlah persatuan yang benar. 

Kemudian mulailah hizb memasuki tahap kedua, yaitu memimpin umat melakukan aktivitas perbaikan yang revolusion­er untuk membangkitkan umat, dan kemudian bersama-sama dengan umat mengemban risalah Islam kepada berbagai bangsa dan umat lain untuk melaksanakan kewajibannya pada kemanu­siaan.

 Bacaan: Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam