Jarang ada satu peristiwa yang berdampak
signifikan dalam mengubah arah sejarah. Pembunuhan Archduke Franz Ferdinand
pada tahun 1914 dan John F. Kennedy pada tahun 1963 adalah contoh di mana
sejarah bisa menjadi sangat berbeda jika peristiwa ini tidak pernah terjadi. Konteks
terjadinya peristiwa selalu menjadi pusat acuan dalam memahami peristiwa
sejarah, Perang Badar bagi umat Islam menjadi momen perang kolosal pertama
dalam sejarah Islam. Itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah, yang
bertepatan 13 Maret 624 Masehi.
Islam di Hijaz muncul dalam situasi
politik di mana Romawi telah menjadi negara adikuasa di kawasan sepanjang
perbatasan utara Jazirah di awal dekade Masehi. Bagi kabilah-kabilah Arab
Badui, Romawi menjadi mitra dagang yang kaya dan kuat di Utara. Pebisnis secara
teratur melintasi bagian Barat Semenanjung -dari Yaman di Selatan ke Suriah di
Utara- jual-beli dagangan yang dibawa dari tempat-tempat sejauh India dan
Italia. Kaum Romawi senang tetap tinggal di tanah Bulan Sabit yang subur yang
lebih ramah dan berbisnis dengan bangsa Arab nomaden yang melanjutkan perdagangan
ke daerah lebih jauh. As-Syam adalah koloni Romawi yang didominasi peradaban
Romawi dan Kristen.
Di sebelah Timur Laut adalah Dataran
Tinggi Iran di mana terjadi kebangkitan Dinasti Sassanid dari Kerajaan Persia
pada tahun 200-an Masehi. Kebangkitan mereka merupakan perjuangan berabad-abad
antara Romawi dan Persia, yang berdampak pada bangsa Arab. Perbatasan antara
dua Imperium besar itu terus berubah, umumnya di Gurun Suriah, di bagian Utara
Semenanjung Arab. Baik Romawi maupun Persia berusaha memenangkan wilayah dengan
memanfaatkan suku-suku Arab sebagai proxy. Peperangan dalam jangka waktu
lama antar kedua belah pihak perlahan makin melemahkan mereka. Pada awal 600-an
Masehi, Romawi dan Persia mengalami kelelahan karena perang selama beberapa
dekade dan melemah di balik pencitraan kekuatan militer. Sementara, sebagian
besar suku Arab menghindari konflik eksternal antara kedua kekuatan imperial
itu. Mereka lebih tertarik berdagang dengan kedua imperium itu daripada
membantu memenangkan salah satunya.
Nabi kita ﷺ lahir di Makkah
sekitar 570 Masehi. Setelah menerima wahyu pada 610 M, terjadilah pertentangan
dengan musyrik Quraisy yang menjadi semakin keras terhadap kaum Muslim dalam
kurun 13 tahun amar ma’ruf nahi munkar terhadap kekufuran mereka. Dalam kekhawatiran
terhadap eksistensi kemusyrikan dan kepentingan ekonomi mereka, yang sangat
bergantung pada ritual haji tahunan, para petinggi Makkah mulai mem-bully
dan mengganggu umat Islam. Pada 622 M, Nabi Muhammad ﷺ mengizinkan
sebagian besar kaum Muslim untuk hijrah dari Makkah ke Madinah, 200 mil di Utara
Makkah. Tak lama kemudian, Rasul ﷺ sendiri berangkat hijrah ke Madinah.
Nabi ﷺ mendirikan negara Islam di
Madinah. Meskipun ancaman kaum musyrik Quraisy terus ada, Nabi ﷺ
menanganinya dalam beberapa cara. Beliau ﷺ membuat perjanjian dengan
suku-suku di sekitar Madinah, terutama dengan orang-orang yang berpotensi
menguntungkan musyrik Makkah dalam melawan kaum Muslim. Nabi ﷺ mengirim
kelompok-kelompok intelijen untuk mendapatkan informasi tentang musyrik Quraisy
dan sekutunya, sehingga memberi kesempatan bagi kaum Muslimin yang masih tertinggal
di Makkah untuk hijrah ke Darul Islam. Yang paling penting adalah pencegatan
kafilah dagang musyrik Makkah yang melintas dekat Madinah dan menghalangi rute
dagang mereka. Ekonomi Hijaz dibangun atas perdagangan dan rute ke As-Syam sangatlah
penting, setiap halangan atas rute perdagangan akan sangat berdampak pada
ekonomi Quraisy.
Pada bulan September 623 M, Nabi ﷺ
memimpin pasukan 200 tentara dalam serangan yang tidak berhasil atas satu kafilah
dagang besar. Tak lama kemudian, musyrik Makkah melancarkan serangan yang
dipimpin oleh Kurz bin Jabir terhadap Negara Islam dan melarikan ternak milik
kaum Muslim. Serangan serupa terhadap kafilah memicu Perang Badar. Di tempat ini
kaum musyrik Quraisy mengirim pasukan untuk melindungi kafilah dagang mereka
dari kaum Muslimin. Dengan menjelajah Hijaz dan mengirim ekspedisi, Rasulullah mendapat
keuntungan besar yaitu terbukanya jalan bagi perang yang lebih besar lagi,
karena serangan ini menjadi latihan militer bagi umat Islam. Nabi ﷺ
berhasil menurunkan kepercayaan diri musyrik Quraisy dengan menentang mereka.
Pada tahun kedua Hijrah, Nabi ﷺ
berangkat pada tanggal 8 Ramadhan dengan 305 Sahabat berkendaraan 70 unta.
Mereka naik unta, bergiliran, menuju kafilah yang dipimpin Abu Sufyan. Ketika
terus berjalan, mencari berita tentang kafilah itu hingga tiba di lembah Dafran
tempat pasukan Islam menetap, dan datang berita bahwa pasukan musyrik Quraisy
telah berangkat dari Makkah untuk melindungi kafilah mereka. Urusannya bukan
lagi soal kafilah tapi apakah akan menghadapi pasukan Quraisy atau tidak.
Nabi ﷺ diberi tahu bahwa pasukan Quraisy
adalah antara 900 hingga 1000 orang dan bahwa para bangsawan Quraisy terdorong
untuk ikut keluar melindungi kafilah. Nabi ﷺ menyadari bahwa umat Islam
menghadapi kekuatan 3 kali lebih besar dan bahwa umat Islam akan menghadapi
perang sengit. Nabi ﷺ memberi tahu para Sahabat bahwa Makkah telah melontarkan
buah hati mereka (yang terbaik dari putra-putranya) ke dalam perang dan bahwa
mereka menguatkan tekad untuk perang. Tentara Muslim berhenti di sumur Badar di
mana mereka membangun sebuah sumur dan mengisinya dengan air sehingga memiliki
banyak air sementara pasukan musuh tidak. Setelah menentukan strategi perang,
Nabi ﷺ berdo’a:
“Ya
Allah, ini kaum kafir Quraisy benar-benar telah datang dengan kesombongan dan keangkuhannya,
mereka membantah dan mendustakan Nabi-Mu. Ya Allah, aku ingin kemenangan yang
Kamu janjikan kepadaku. Ya Allah, hancurkan mereka besok! Ya Allah, jika
pasukan Muslim ini binasa hari ini, saya khawatir Engkau tidak akan disembah.” (Abdul
Malik Ibn Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyah)
Hadits-hadits jelas menceritakan tentang
fakta bahwa para malaikat muncul pada hari itu dan berperang di pihak kaum
Muslim.
Ibnu Abbas ra. menceritakan:
“Pada
hari itu, ketika seorang tentara Islam mengejar tentara Musyrikin yang berada
di hadapannya, tiba-tiba terdengar olehnya bunyi suara cemeti di atas kepala
seorang Musyrik itu, dan suara seorang penunggang kuda berkata, "Majulah
terus wahai Haizum! Tanpa diduga, seorang Musyrik yang berada di hadapannya
telah mati terkapar dengan hidungnya bengkak, dan mukanya terbelah seperti
bekas pukulan cambuk serta seluruh tubuhnya menghijau. Lalu tentara Muslim itu
datang melaporkan peristiwa yang baru saja dialaminya kepada Rasulullah ﷺ,
maka Beliau bersabda: "Kamu benar, itu adalah pertolongan Allah dari
langit ketiga." [Shahih Muslim no.3309]
Nabi ﷺ sangat sabar mengendalikan
realitas politik untuk meninggikan nama Islam. Beliau membuat perjanjian,
menerapkan kebijakan dan terlibat dalam perang untuk menyebarkan Islam. Pasukan
kaum Muslimin kalah jumlah dan Allah سبحانه
و تعالى menyebutkan mereka di Surah Anfal:
وَاذْكُرُوْٓا
اِذْ اَنْتُمْ
قَلِيْلٌ مُّسْتَضْعَفُوْنَ
فِى الْاَرْضِ
تَخَافُوْنَ اَنْ
يَّتَخَطَّفَكُمُ
النَّاسُ فَاٰوٰىكُمْ
وَاَيَّدَكُمْ
بِنَصْرِهٖ وَرَزَقَكُمْ
مِّنَ الطَّيِّبٰتِ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan ingatlah [hai para muhajirin]
ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi, kamu takut
orang-orang akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap dan
dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari
yang baik-baik agar kamu bersyukur." [Al-Anfal: 26]
Surat al-Anfal (Rampasan Perang)
diturunkan di seputar peristiwa perang Badar.
Apa
Dampak Perang Badar?
Islam bangkit pada awal 600-an Masehi
dan berdampak besar bagi daerah sekitarnya, dan pada akhirnya bagi seluruh
dunia. Islam mengubah nasib orang-orang Arab, menghapus begitu banyak praktik
budaya mereka sebagai pengembara yang saling berperang. Faktor geografi, iklim,
budaya dan politik tidak menghalangi Islam untuk bangkit menjadi kekuatan dunia
lebih cepat daripada gerakan lain atau imperium dalam sejarah dunia. Sistem Islam
menaungi gurun Arab berlanjut ke Kekaisaran Romawi dan Persia yang limbung,
menaklukkan wilayah dan mengasimilasi beragam orang, menciptakan negara yang
luas membentang dari Spanyol ke India pada awal tahun 700-an -terbesar di dunia
pada saat itu. Pertumbuhan kekuasaan dan peradaban yang eksponensial ini tidak
diduga bisa terjadi atas orang-orang Arab di awal tahun 600-an, yang berjuang
hanya untuk bertahan hidup. Namun yang diperlukan adalah kedatangan seorang
pria yang membawa pesan revolusioner dan janji kepada orang Arab tentang takdir
baru, sesuatu yang lebih dari gurun pasir Arab: Nabi kita Muhammad ﷺ.
Pada hari ke-17 Ramadhan, Perang Badar
bukan hanya perang yang dimenangkan oleh umat Islam dengan bantuan para malaikat,
tetapi juga memiliki dampak sangat besar sebagai salah satu kemenangan awal
Umat Islam.
Bacaan:
The Geopolitics of Badr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar