Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 26 Juni 2019

Hidup Ini Hanya Sesaat



Dalam acara Liqo Syawal Tokoh dan Ulama, Yogyakarta 23 Juni 2019, Ustadz Ismail Yusanto mengawali tausiyahnya dengan sebuah hadits Nabi Saw:
"Tidaklah aku hidup di dunia ini kecuali hanya seperti musafir yang istirahat di bawah pohon, lalu pergi meninggalkannya" (HR Tirmidzi)

Jika 1 hari di akhirat setara dengan 1000 tahun di dunia. Jadi orang yang berusia 100 tahun di dunia, dia hanya setara dengan hidup 2,4 jam di akhirat. Subhanallah, sebentar sekali.

Lantas, apa yang paling penting dari hidup yang sesaat itu?

Maka, carilah bekal di dunia ini. Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa. Orang yang bertaqwa adalah orang yang telah mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an.

Seberapa kuat semangat dan pengorbanan kita untuk taat, maka sebesar itulah kadar/kekuatan taqwa kita. Maka marilah kita menjadi orang yang bertaqwa dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Apapun yang kita usahakan di dunia ini harus kita tujukan untuk taqwa kepada Allah.

Di kehidupan akhir zaman ini, jika kita ada pada posisi sebagai muslim, maka kita dalam kondisi yang tidak aman. Kenapa? Karena orang-orang kafir menginginkan kita seperti mereka. Padahal, kita tahu, tidak sama antara penghuni surga dan penghuni neraka. Jadi, jelas tidak sama antara amal orang Islam dengan amal orang kafir.
* Orang Islam berbeda dengan orang kafir dalam cara berkeluarga
* Orang Islam berbeda dengan orang kafir dalam cara mendidik anak
* Orang Islam berbeda dengan orang kafir dalam cara berekonomi
* Orang Islam berbeda dengan dengan orang kafir dalam hal politik dll.

Seperti saat ini, dalam hal politik, di antara kaum muslimin ada saja yang menggunakan sistem [-peny. ajaran kafir Barat] demokrasi:
1. Kelompok yang menganggap demokrasi adalah bagian dari Islam
2. Kelompok yang memperjuangkan demokrasi yang sesuai aslinya, bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat
3. Kelompok yang sebenarnya memahami demokrasi bukan dari Islam, tetapi berusaha ingin mengislamisasi demokrasi. Atau dengan kata lain demokrasi hanya dijadikan jalan untuk meraih kekuasaan dan selanjutnya ingin menerapkan Islam.

Maka, kita harus belajar dari beberapa fakta yang telah terjadi. Bagaimana FIS di Al-Jazair yang menang telak pemilu ala demokrasi 82%, tetapi gagal berkuasa karena ingin mengganti konstitusi dengan Islam. Fakta serupa juga terjadi pada Hamas dan Mursi. Bagaimana Barat dengan kapitalismenya tidak akan mungkin membiarkan Islam berkuasa. Dan terbukti, demokrasi bukanlah jalan untuk menerapkan Islam.
Karena Islam punya jalan/cara sendiri dalam meraih kekuasaan politiknya, tentunya seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Di samping itu, saat ini, ukhuwah Islamiyah juga selalu dikoyak oleh Barat. Maka Rand Corporation (lembaga think tank AS) mengelompokkan umat Islam menjadi 4 kelompok :
1. Kelompok fundamentalis.
Kelompok yang menolak demokrasi dan menginginkan formalisasi syariah Islam.
2. Kelompok tradisionalis
Kelompok yang berpegang pada substansi Islam tapi kurang peduli dengan formalisasinya.
3. Kelompok Modernis/ Moderat
Kelompok reformasi Islam yang menyesuaikan dengan tuntutan zaman
4. Kelompok Pluralis
Kelompok yang menjadikan Islam sebagai urusan pribadi dan dipisahkan dalam urusan negara.

Maka dengan pengelompokan ini harapannya akan melemahkan persatuan umat Islam. Dan antar kelompok akan selalu diadu-domba dan dibuat saling bermusuhan. Kelompok yang mengancam eksistensi Barat akan selalu ditekan dan diancam, sedangkan kelompok yang bisa diajak bekerjasama akan dipelihara bahkan dibesarkan.

Maka kita harus pahami, bahwa Islam itu satu. Kita disatukan oleh aqidah Islam. Maka tidak sepantasnya kita menganggap sesama muslim itu musuh. Karena musuh yang nyata bagi kita adalah orang-orang kafir, seperti yang sudah disampaikan di dalam Al-Qur’an. Maka yang harus kita pupuk adalah jalinan ukhuwah di antara kita. Tepatlah ketika kita ambil pernyataan Imam Syafi'i : "Pendapat kami benar, tapi ada kemungkinan mengandung kesalahan. Dan pendapat orang lain itu salah, tapi ada kemungkinan mengandung kebenaran. Maka, janganlah menutup diri (seperti katak dalam tempurung), agar kita tahu kesalahan kita dan mengetahui kebenaran dari orang lain. Maka dengan prinsip ini insyaaAllah kaum muslim akan mudah menjalin persatuan dan tidak mudah untuk diadu-domba.

Di akhir penyampaian, juga disampaikan bahwa agar kaum muslimin segera mendapatkan kemenangannya maka kita semua harus selalu gencarkan dakwah. Melalui apa? Yaitu melalui ngomong/lisan dan juga tulisan, sampai tercipta kesadaran di tengah-tengah masyarakat. Bahwa kita harus menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah. Allahu Akbar!

Disarikan oleh Ummu Zakiy, Yogyakarta 24 Juni 2019

Kamis, 13 Juni 2019

Krisis Kapitalisme Tidak Bisa Diatasi Meski Dengan Sejumlah Kebijakan Ekonomi



Kapitalisme memang sedang dalam krisis. Fakta ini semakin banyak disebut dalam publikasi media arus utama. Tema umumnya adalah bahwa krisis keuangan 2008 mengekspos kurangnya regulasi bank, sehingga untuk menyelamatkan kapitalisme sejumlah amandemen perlu dibuat. Kaum kiri menegaskan pemikiran mereka lagi, menyerukan lebih banyak kontrol pemerintah, sementara kaum liberal hanya memberikan sedikit perlawanan, kecuali dalam perinciannya.

Ini semua jelas mengingatkan kita pada para ekonom yang tertunduk setelah Depresi Besar abad ke-20, dan sekali lagi setelah Perang Dunia II, ketika mereka memperdebatkan banyak perubahan dan amandemen kebijakan ekonomi yang tak terhitung jumlahnya. Era ekonomi neo-liberal saat ini yang menyebabkan krisis ekonomi paling mutakhir hanyalah eksperimen gagal terakhir dari para pemikir ekonomi kapitalis.

Problem besar sesungguhnya yang dihindari orang untuk dibahas adalah sifat dasar kapitalisme yang rusak dan itu perlu alternatif komprehensif. Untuk menghindari pembahasan cacatnya kapitalisme, kita diminta untuk mengakui kebaikan dan kemakmuran yang dibawa oleh kapitalisme dengan kekuatan pasarnya, terlepas dari kenyataan bahwa sebenarnya kapitalisme tidak punya andil khusus dalam ilmu ekonomi dasar.

Tetapi, kita masih diminta untuk menerima begitu saja bahwa siklus krisis, menggembung dan kempes berupa inflasi dan deflasi adalah fakta kehidupan, terlepas dari kesengsaraan dan bahaya yang mereka bawa ke dunia, dan meskipun itu jelas disebabkan oleh ideologi kapitalis.

Ideologi kapitalis tidak dapat dipisahkan dari prinsip sekular pemisahan agama dari kehidupan, yang bersama dengan teori kebebasan dan demokrasi, secara langsung mewujudkan hegemoni liberal yang korup, menindas, dan menyengsarakan yang diderita dunia saat ini. Kapitalisme adalah ideologi sesat yang akan selalu memberikan kekuasaan kepada pihak paling korup, elit kaya yang hanya tertarik pada kesejahteraan mereka sendiri.

Ideologi kapitalis memungkinkan para penjahat di pemerintahan menggunakan kekerasan terhadap warga sipil untuk melanggengkan penindasan dan pembunuhan massal demi keuntungan ekonomi. Jika kita membahas tentang kehancuran planet ini, kemiskinan yang meluas, atau kekerasan fanatik terhadap warga sipil, kaum kapitalislah yang menjadi pusatnya, yang sedang terus berusaha mengalihkan perhatian masyarakat dari keterlibatan diri mereka.

Orang miskin disalahkan karena tidak produktif, sementara kebijakan yang memiskinkan yang diterapkan oleh para politisi kaya diabaikan. Pembunuh yang membunuh umat Islam di Christchurch dituduh telah disesatkan oleh sayap kanan, sementara perang ciptaan para kapitalis melawan Islam untuk melindungi dominasi kolonial mereka atas negeri Muslim diabaikan.

Saat ini, pembunuhan yang parah terhadap warga sipil di Sri Lanka, oleh media kapitalis dikesankan terjadi gara-gara Islam, sementara kecaman para penyerang diabaikan. Dari waktu ke waktu, penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan massal terhadap warga sipil, khususnya didorong oleh kepedihan dan frustrasi terhadap kolonialisme menindas yang mereka alami.

Islam dengan tegas menolak serangan semacam itu di manapun terjadi. Islam juga dengan tegas menolak penindasan kolonial yang dipimpin oleh kaum kapitalis saat ini. Kapitalisme, di sisi lain, membiarkan elit kapitalis bebas menarget orang demi keuntungan ekonomi apapun, atau untuk menutupi kejahatan mereka yang tak terhitung jumlahnya.

Ketiadaan penerapan sistem Islam keseluruhan dengan negara Khilafah di dunia saat ini, memungkinkan ideologi kapitalis menginjak-injak rakyat, tanpa terkendali. InsyaAllah, ketika Khilafah dengan manhaj kenabian kembali lagi, mereka yang dapat melihat cacat kapitalisme akan punya pengganti yang benar untuk diambil. Kemudian, dan hanya pada saat itu, kita akan melihat akhir dari penderitaan yang disebabkan oleh para elit kapitalis.

Bacaan: “Capitalism’s Crisis Cannot Be Fixed With Mere Economic Tweaking

Selasa, 11 Juni 2019

Geopolitik Perang Badar



Jarang ada satu peristiwa yang berdampak signifikan dalam mengubah arah sejarah. Pembunuhan Archduke Franz Ferdinand pada tahun 1914 dan John F. Kennedy pada tahun 1963 adalah contoh di mana sejarah bisa menjadi sangat berbeda jika peristiwa ini tidak pernah terjadi. Konteks terjadinya peristiwa selalu menjadi pusat acuan dalam memahami peristiwa sejarah, Perang Badar bagi umat Islam menjadi momen perang kolosal pertama dalam sejarah Islam. Itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah, yang bertepatan 13 Maret 624 Masehi.

Islam di Hijaz muncul dalam situasi politik di mana Romawi telah menjadi negara adikuasa di kawasan sepanjang perbatasan utara Jazirah di awal dekade Masehi. Bagi kabilah-kabilah Arab Badui, Romawi menjadi mitra dagang yang kaya dan kuat di Utara. Pebisnis secara teratur melintasi bagian Barat Semenanjung -dari Yaman di Selatan ke Suriah di Utara- jual-beli dagangan yang dibawa dari tempat-tempat sejauh India dan Italia. Kaum Romawi senang tetap tinggal di tanah Bulan Sabit yang subur yang lebih ramah dan berbisnis dengan bangsa Arab nomaden yang melanjutkan perdagangan ke daerah lebih jauh. As-Syam adalah koloni Romawi yang didominasi peradaban Romawi dan Kristen.

Di sebelah Timur Laut adalah Dataran Tinggi Iran di mana terjadi kebangkitan Dinasti Sassanid dari Kerajaan Persia pada tahun 200-an Masehi. Kebangkitan mereka merupakan perjuangan berabad-abad antara Romawi dan Persia, yang berdampak pada bangsa Arab. Perbatasan antara dua Imperium besar itu terus berubah, umumnya di Gurun Suriah, di bagian Utara Semenanjung Arab. Baik Romawi maupun Persia berusaha memenangkan wilayah dengan memanfaatkan suku-suku Arab sebagai proxy. Peperangan dalam jangka waktu lama antar kedua belah pihak perlahan makin melemahkan mereka. Pada awal 600-an Masehi, Romawi dan Persia mengalami kelelahan karena perang selama beberapa dekade dan melemah di balik pencitraan kekuatan militer. Sementara, sebagian besar suku Arab menghindari konflik eksternal antara kedua kekuatan imperial itu. Mereka lebih tertarik berdagang dengan kedua imperium itu daripada membantu memenangkan salah satunya.

Nabi kita ﷺ lahir di Makkah sekitar 570 Masehi. Setelah menerima wahyu pada 610 M, terjadilah pertentangan dengan musyrik Quraisy yang menjadi semakin keras terhadap kaum Muslim dalam kurun 13 tahun amar ma’ruf nahi munkar terhadap kekufuran mereka. Dalam kekhawatiran terhadap eksistensi kemusyrikan dan kepentingan ekonomi mereka, yang sangat bergantung pada ritual haji tahunan, para petinggi Makkah mulai mem-bully dan mengganggu umat Islam. Pada 622 M, Nabi Muhammad ﷺ mengizinkan sebagian besar kaum Muslim untuk hijrah dari Makkah ke Madinah, 200 mil di Utara Makkah. Tak lama kemudian, Rasul ﷺ sendiri berangkat hijrah ke Madinah.

Nabi ﷺ mendirikan negara Islam di Madinah. Meskipun ancaman kaum musyrik Quraisy terus ada, Nabi ﷺ menanganinya dalam beberapa cara. Beliau ﷺ membuat perjanjian dengan suku-suku di sekitar Madinah, terutama dengan orang-orang yang berpotensi menguntungkan musyrik Makkah dalam melawan kaum Muslim. Nabi ﷺ mengirim kelompok-kelompok intelijen untuk mendapatkan informasi tentang musyrik Quraisy dan sekutunya, sehingga memberi kesempatan bagi kaum Muslimin yang masih tertinggal di Makkah untuk hijrah ke Darul Islam. Yang paling penting adalah pencegatan kafilah dagang musyrik Makkah yang melintas dekat Madinah dan menghalangi rute dagang mereka. Ekonomi Hijaz dibangun atas perdagangan dan rute ke As-Syam sangatlah penting, setiap halangan atas rute perdagangan akan sangat berdampak pada ekonomi Quraisy.

Pada bulan September 623 M, Nabi ﷺ memimpin pasukan 200 tentara dalam serangan yang tidak berhasil atas satu kafilah dagang besar. Tak lama kemudian, musyrik Makkah melancarkan serangan yang dipimpin oleh Kurz bin Jabir terhadap Negara Islam dan melarikan ternak milik kaum Muslim. Serangan serupa terhadap kafilah memicu Perang Badar. Di tempat ini kaum musyrik Quraisy mengirim pasukan untuk melindungi kafilah dagang mereka dari kaum Muslimin. Dengan menjelajah Hijaz dan mengirim ekspedisi, Rasulullah mendapat keuntungan besar yaitu terbukanya jalan bagi perang yang lebih besar lagi, karena serangan ini menjadi latihan militer bagi umat Islam. Nabi ﷺ berhasil menurunkan kepercayaan diri musyrik Quraisy dengan menentang mereka.

Pada tahun kedua Hijrah, Nabi ﷺ berangkat pada tanggal 8 Ramadhan dengan 305 Sahabat berkendaraan 70 unta. Mereka naik unta, bergiliran, menuju kafilah yang dipimpin Abu Sufyan. Ketika terus berjalan, mencari berita tentang kafilah itu hingga tiba di lembah Dafran tempat pasukan Islam menetap, dan datang berita bahwa pasukan musyrik Quraisy telah berangkat dari Makkah untuk melindungi kafilah mereka. Urusannya bukan lagi soal kafilah tapi apakah akan menghadapi pasukan Quraisy atau tidak.

Nabi ﷺ diberi tahu bahwa pasukan Quraisy adalah antara 900 hingga 1000 orang dan bahwa para bangsawan Quraisy terdorong untuk ikut keluar melindungi kafilah. Nabi ﷺ menyadari bahwa umat Islam menghadapi kekuatan 3 kali lebih besar dan bahwa umat Islam akan menghadapi perang sengit. Nabi ﷺ memberi tahu para Sahabat bahwa Makkah telah melontarkan buah hati mereka (yang terbaik dari putra-putranya) ke dalam perang dan bahwa mereka menguatkan tekad untuk perang. Tentara Muslim berhenti di sumur Badar di mana mereka membangun sebuah sumur dan mengisinya dengan air sehingga memiliki banyak air sementara pasukan musuh tidak. Setelah menentukan strategi perang, Nabi ﷺ berdo’a:

“Ya Allah, ini kaum kafir Quraisy benar-benar telah datang dengan kesombongan dan keangkuhannya, mereka membantah dan mendustakan Nabi-Mu. Ya Allah, aku ingin kemenangan yang Kamu janjikan kepadaku. Ya Allah, hancurkan mereka besok! Ya Allah, jika pasukan Muslim ini binasa hari ini, saya khawatir Engkau tidak akan disembah.” (Abdul Malik Ibn Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyah)

Hadits-hadits jelas menceritakan tentang fakta bahwa para malaikat muncul pada hari itu dan berperang di pihak kaum Muslim.
Ibnu Abbas ra. menceritakan:
“Pada hari itu, ketika seorang tentara Islam mengejar tentara Musyrikin yang berada di hadapannya, tiba-tiba terdengar olehnya bunyi suara cemeti di atas kepala seorang Musyrik itu, dan suara seorang penunggang kuda berkata, "Majulah terus wahai Haizum! Tanpa diduga, seorang Musyrik yang berada di hadapannya telah mati terkapar dengan hidungnya bengkak, dan mukanya terbelah seperti bekas pukulan cambuk serta seluruh tubuhnya menghijau. Lalu tentara Muslim itu datang melaporkan peristiwa yang baru saja dialaminya kepada Rasulullah ﷺ, maka Beliau bersabda: "Kamu benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga." [Shahih Muslim no.3309]

Nabi ﷺ sangat sabar mengendalikan realitas politik untuk meninggikan nama Islam. Beliau membuat perjanjian, menerapkan kebijakan dan terlibat dalam perang untuk menyebarkan Islam. Pasukan kaum Muslimin kalah jumlah dan Allah سبحانه و تعالى menyebutkan mereka di Surah Anfal:

وَاذْكُرُوْٓا اِذْ اَنْتُمْ قَلِيْلٌ مُّسْتَضْعَفُوْنَ فِى الْاَرْضِ تَخَافُوْنَ اَنْ يَّتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَاٰوٰىكُمْ وَاَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهٖ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan ingatlah [hai para muhajirin] ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi, kamu takut orang-orang akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur." [Al-Anfal: 26]

Surat al-Anfal (Rampasan Perang) diturunkan di seputar peristiwa perang Badar.

Apa Dampak Perang Badar?

Islam bangkit pada awal 600-an Masehi dan berdampak besar bagi daerah sekitarnya, dan pada akhirnya bagi seluruh dunia. Islam mengubah nasib orang-orang Arab, menghapus begitu banyak praktik budaya mereka sebagai pengembara yang saling berperang. Faktor geografi, iklim, budaya dan politik tidak menghalangi Islam untuk bangkit menjadi kekuatan dunia lebih cepat daripada gerakan lain atau imperium dalam sejarah dunia. Sistem Islam menaungi gurun Arab berlanjut ke Kekaisaran Romawi dan Persia yang limbung, menaklukkan wilayah dan mengasimilasi beragam orang, menciptakan negara yang luas membentang dari Spanyol ke India pada awal tahun 700-an -terbesar di dunia pada saat itu. Pertumbuhan kekuasaan dan peradaban yang eksponensial ini tidak diduga bisa terjadi atas orang-orang Arab di awal tahun 600-an, yang berjuang hanya untuk bertahan hidup. Namun yang diperlukan adalah kedatangan seorang pria yang membawa pesan revolusioner dan janji kepada orang Arab tentang takdir baru, sesuatu yang lebih dari gurun pasir Arab: Nabi kita Muhammad ﷺ.

Pada hari ke-17 Ramadhan, Perang Badar bukan hanya perang yang dimenangkan oleh umat Islam dengan bantuan para malaikat, tetapi juga memiliki dampak sangat besar sebagai salah satu kemenangan awal Umat Islam.

Bacaan: The Geopolitics of Badr

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam