Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 04 April 2019

Dosa yang Tidak Terampuni - TAFSIR QS Muhammad: 34



Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka.” (TQS. Muhammad [47]: 34).

Kekufuran adalah dosa paling besar yang dilakukan oleh manusia. Apalagi ditambah dengan tindakan yang mengajak manusia kepada kekufuran. Jika pelakunya tidak bertaubat sebelum mati, maka mereka mendapatkan ancaman keras. Di antaranya, dosanya tidak akan diampuni. Itu artinya, pelakunya harus mendapatkan balasan siksa atas kekufuran dan kemaksiatannya.

Inilah di antara yang diterangkan dalam ayat ini.

Kafir Dan Halangi Manusia

Allah SWT berfirman: Inna al-ladziina kafaruu (sesungguhnya orang-orang kafir). Dalam ayat sebelumnya Allah SWT menyeru kepada orang-orang yang beriman agar taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Mereka juga diperingatkan agar tidak merusak dan menghapus pahala amal kebaikan mereka. Sebagaimana diterangkan para ulama, di antara yang dapat menyebabkan terhapusnya pahala amal kebaikan adalah syirik dan kekufuran.

Kemudian dilanjutkan dengan ayat ini yang menyampaikan ancaman kepada orang-orang yang kafir: al-ladziina kafaruu. Diterangkan Abdurrahman al-Sa‘di, mereka adalah orang-orang yang kufur kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhir.

Merujuk kepada QS al-Bayyinah [98]: 6, orang-orang kafir mencakup dua golongan, yakni orang-orang ahli kitab dan orang-orang musyrik. Ahli kitab adalah para pemeluk agama Yahudi dan Nasrani; sedangkan musyrik adalah semua orang kafir selain pemeluk dua agama tersebut, baik pemeluk agama dan kepercayaan lainnya, maupun penganut atheisme.

Di samping ayat tersebut, kekufuran mereka juga ditegaskan dalam firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang Iain),” serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan” (TQS. al-Nisa‘ [4]: 150-151). Dalam ayat ditegaskan bahwa orang-orang yang beriman sebagian dan ingkar pada sebagian lainnya adalah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya.

Di samping itu: Wa shadduu’an sabililLaah (dan [yang] menghalangi manusia dari jalan Allah). Ibnu Jarir al-Thabari menafsirkannya dengan ungkapan, “Dan mereka menghalangi orang yang ingin beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menyakiti mereka karena itu, dan menghalangi antara diri mereka dengan keimanan yang mereka inginkan.”

Tak Diampuni Dosanya

Lalu disebutkan: Tsumma maatuu wahum kuffaar (kemudian mereka mati dalam keadaan kafir). Huruf al-wawu pada kata wahum adalah wawu al-haal. Yakni hurufal wawu yang menunjukkan keadaan. Dalam konteks ayat ini, kata tersebut memberikan makna taqyid (pembatasan). Sehingga, hukum yang akan disebutkan berikutnya itu berlaku bagi orang yang mati dalam keadaan kafir.

Dikatakan Ibnu Katsir, ayat ini berlaku umum mencakup semua orang yang meninggal dalam keadaan kafir. Penjelasan yang sama juga dikemukakan oleh al-Zamakhsyari, al-Baidhawi, dan lain-lain.

Terhadap mereka, Allah SWT mengancam dengan firman-Nya: Falan yaghfirulLaah lahum (maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka). Ancaman tersebut adalah mereka tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Ini dapat dipahami dari penggunaan huruf lan, yang berarti tidak akan pernah alias selamanya.

Menjelaskan penggalan ayat ini, Ibnu Jarir al-Thabari mengatakan bahwa Allah SWT tidak akan memaafkan apa yang mereka kerjakan, namun akan menghukumnya dan membeberkannya pada Hari Kiamat.

Diterangkan Ibnu Katsir, ketentuan ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (TQS. al-Nisa [4]: 48). Hal yang sama juga ditegaskan dalam QS al-Nisa [4]: 16.

Patut ditegaskan bahwa tiadanya ampunan itu berlaku bagi mereka ketika meninggal dalam keadaan kafir sebagaimana diterangkan ayat ini: Wahum kuffaar (mereka mati dalam keadaan kafir).

Menjelaskan ayat ini, Abdurrahman al-Sa'di berkata, ”Mafhum ayat yang mulia ini bahwa apabila mereka bertaubat dari semua itu sebelum meninggal, maka Allah SWT akan mengampuni mereka dan merahmatinya dan memasukkan ke dalam Surga sekalipun mereka menghabiskan umur mereka dalam kekufuran, menghalangi manusia dari jalan-Nya, dan mengerjakan maksiat kepada-Nya. Maha Suci Dzat yang membuka pintu rahmat bagi hamba-Nya dan menutupnya bagi siapapun. Selama masih hidup, masih mungkin baginya bertaubat.”

Jika mereka mau bertaubat sebelum meninggal, maka pintu ampunan terbuka buat mereka. Allah SWT berhrman: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya” (TQS. al-Zumar [39]: 53).

Menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir berkata, ”Ayat yang mulia ini merupakan ajakan kepada semua pelaku maksiat, baik dari kalangan orang-orang kafir maupun selainnya, untuk bertaubat dan kembali kepada Allah SWT. Ini memberitakan bahwa Allah SWT akan mengampuni semua dosa orang yang bertaubat dan berhenti dari kemaksiatan, bagaimanapun dan berapapun besarnya dosa itu, seperti buih di lautan. Ayat ini tidak boleh diterapkan untuk orang yang tidak bertaubat. Sebab syirik tidak diampuni bagi orang yang tidak bertaubat.”

Demikianlah. Kekufuran merupakan dosa besar. Menjadi lebih besar ketika pelakunya juga mengajak kepada kekufuran dan menghalangi manusia dari jalan Islam. Wal-Laah a'lam bi al-shawaab.[]

IKHTISAR:

1. Orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Islam kemudian dia mati dalam keadaan kafir, tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Balasannya adalah Neraka yang kekal selama-lamanya.

2. Selama masih hidup, pintu taubat dan ampunan masih terbuka bagi semua pelaku dosa, termasuk bagi orang-orang kafir.[]

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 186

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam