LENTERA KEBANGKITAN
Puncak Tauhid Itu Tegaknya
Khilafah
Intisari semua risalah
yang dibawa dan diemban oleh para Nabi dan para Rasul adalah ajaran tauhid. Tauhidullah yakni mengesakan Allah SWT semata.
Tidak mengakui keberadaan tuhan selain Allah SWT. Allah SWT berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا
إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
"Kami tidak
mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepada dia
bahwa tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku. Karena itu sembahlah Aku oleh
kalian." (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25)
Allah SWT juga
berfirman:
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
"Sungguh Kami
telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah
oleh kalian Allah saja dan jauhilah thâghût-thâghût itu." (QS. An-Nahl
[16]: 36)
Islam adalah agama
yang dibangun di atas tauhid. Kalimat dakwah pertama yang disampaikan kepada
umat manusia oleh Nabi Saw. adalah ajakan mengesakan Allah SWT dan mengakui
dirinya sebagai utusan Allah SWT. Ajaran itu pula yang dibawa oleh baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Saw. untuk disampaikan ke seluruh penjuru alam.
أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ،
فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ
بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى
"Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan
yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat dan
membayar zakat. Jika mereka melakukan semua itu, berarti mereka telah
melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam. Adapun
perhitungan atas dosa mereka diserahkan kepada Allah SWT." (HR. Muttafaq
‘alaih)
Mentauhidkan Allah
bukan semata mengakui Dia sebagai Maha Pencipta. Tidak cukup. Tapi harus pula
mengesakan Allah SWT dalam ketuhanan-Nya. Sebab, dulu kaum musyrik pun mengakui
keberadaan Allah. Mengakui Allah sebagai Pencipta, namun mereka juga menyembah
berhala dan makhluk lain.
Allah SWT berfirman:
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ
بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ
مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ
الْمُتَوَكِّلُونَ
"Sungguh jika
kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?" Niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah,
"Karena itu terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain
Allah jika Allah hendak mendatangkan kemadharatan
kepadaku, apakah berhala-berhala kalian itu dapat menghilangkan kemadharatan itu, atau jika Allah hendak
memberikan rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?”
Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku." Kepada Dialah bertawakal
orang-orang yang berserah diri." (QS. Az-Zumar [39]: 38)
Sungguh ajaran tauhid
membawa dampak yang luar biasa kepada manusia sepanjang masa. Ajaran tauhid
melahirkan kebangkitan dan keberanian untuk melakukan perubahan melawan
kesyirikan dan kezhaliman, serta kebangkitan dan keberanian untuk meruntuhkan
kedigdayaan peradaban kufur tirani yang angkara murka.
Dengan modal kalimat
tauhid, Nabiyullah Ibrahim As berani
menghancurkan berhala-berhala sesembahan kaumnya, berhadapan dengan Raja
Namrudz yang zhalim, bahkan merelakan dirinya dibakar hidup-hidup dalam kobaran
raksasa api yang sangat panas.
Dengan dorongan
kalimat tauhid Nabi Musa As. dan Nabi Harun As. berani menghadapi kediktatoran
Fir’aun bersama kejahatan tukang sihir dan pasukannya.
Demi kalimat tauhid
para sahabat radhiyallahu 'anhum dan
orang-orang shalih pun rela mengorbankan harta dan jiwa mereka di jalan Allah
SWT. Mush’ab bin Umair ra. rela meninggalkan kemewahan hidupnya dan kasih
sayang kedua orangtuanya demi memilih berada di barisan pendukung kalimat
tauhid.
Karena kalimat tauhid
Bilal bin Rabbah ra. pun sanggup menahan siksaan orang kafir. Demikian pula
keluarga Yasir, demi mempertahankan kalimat tauhid, Summayah istri Yasir rela
menerima siksaan yang mengantarkannya kepada syahid pertama dalam Islam.
Karena itulah, Islam
datang untuk membongkar kebatilan akidah umat manusia sepanjang masa. Apakah
kaum Ahlul Kitab yang meyakini Isa al-Masih sebagai bagian dari tuhan, atau
kaum Yahudi yang mempercayai Uzair sebagai anak tuhan, atau kaum paganis yang
mempersekutukan Allah SWT dengan berbagai mahluk-Nya. Islam mengajak mereka
untuk beribadah dan taat hanya kepada Allah SWT.
قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ
بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا
اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah, "Hai
Ahli Kitab, marilah (berpegang) pada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kalian, yakni bahwa kita tidak menyembah kecuali
Allah, tidak mempersekutukan Dia dengan apapun dan sebagian kita tidak pula menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling,
katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)." (QS Ali Imran [3]: 64)
Berkat kalimat tauhid,
umat manusia dibebaskan oleh Islam dari penyembahan kepada sesama mahluk.
Mereka hanya tunduk dan taat pada Allah SWT. Tidak ada yang dimintai bantuan
dan pertolongan melainkan Allah ‘Azza wa Jalla. Tak ada yang diharapkan
ridhanya selain ridha Allah SWT. Tak ada yang ditakuti selain kemurkaan-Nya.
Pemahaman tauhid yang
benar akan membuat orang yang lemah menjadi bangkit dan kuat, bangsa jahiliyah
menjadi penguasa dunia dan bangsa yang lemah menjadi adidaya super power. Manusia yang berbeda suku bangsa,
warna kulit dan bahasa justru bisa disatukan secara hakiki dengan ikatan
tauhid. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudara
kalian itu dan takutlah kepada Allah agar kalian mendapat rahmat." (QS.
Al-Hujurat [49]: 10)
Tauhid sejatinya
melahirkan ketaatan mutlak hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ketaatan hanya kepada Allah SWT
tentu menafikan pihak lain untuk ditaati. Tauhid pun meniscayakan bahwa pembuat
hukum yang wajib ditaati hanyalah Allah SWT. Dialah sebaik-baik pembuat aturan
bagi manusia. Ketika seorang manusia tidak mau berhukum pada hukum Allah dan
Rasul-Nya, tentu tauhidnya ternoda. Allah SWT berfirman:
فَلَا
وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ
لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Demi Tuhanmu,
mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim atas
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada keberatan di dalam hati
mereka atas putusan yang kamu berikan dan mereka menerima keputusan itu dengan
sepenuhnya." (QS. An-Nisa’ [4]: 65)
Selain itu Allah SWT juga mengecam orang
yang mengada-adakan hukum dengan menyatakan halal-haram untuk membatalkan
hukum-Nya.
وَلَا
تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ
لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
"Janganlah kalian
mengatakan apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian secara dusta, "Ini
halal dan ini haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sungguh orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung." (QS. An-Nahl [16]: 116)
Imam Ibnu Abi al-Izz al-Hanafi
dalam Syarh ‘Aqidah Thahawiyah (2/267) mengatakan, “Sungguh jika seseorang meyakini
bahwa hukum yang Allah turunkan tidak wajib, bahwa boleh dipilih (untuk tidak
dilaksanakan), atau ia merendahkannya, padahal ia meyakini itu adalah hukum
Allah, maka ini adalah kekufuran yang besar.”
Ketaatan pada hukum
Allah SWT adalah refleksi tauhid seorang Muslim. Ia tidak akan menjadikan
Syariah Islam sebagai perkara yang boleh dipilih sesuka hati. Ia memahami bahwa
memilih hanya Syariah Islam adalah kewajiban. Ia pun akan menjauhkan diri dari
sikap sombong dan meremehkan hukum-hukum Allah. Tak mungkin ia membanggakan sistem demokrasi dan
kapitalisme yang notabene lahir dari hawa nafsu manusia. Jika ia
mengklaim bertauhid, maka tak ada hukum atau aturan yang wajib ia laksanakan
selain aturan-aturan Allah SWT atau Syariah Islam. [Buletin Kaffah No. 057 (11
Muharram 1440 H - 21 September 2018 M)]
Oleh sebab itu, ajaran
tauhid Islam khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil tidak boleh
dikriminalisasi, dan tidak boleh pula distigmatisasi negatif, serta tidak boleh
pula dimonsterisasi sebagai simbol radikalisme, simbol terorisme, simbol anti
Kebhinekaan dan simbol intoleransi.
Ajaran tauhid Islam
khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil tersebut pun tidak boleh difitnah,
dan tidak boleh dikriminalisasi, serta tidak boleh dimonsterisasi dengan
tuduhan sebagai simbol organisasi terlarang, simbol organisasi radikal dan
simbol organisasi teroris.
Ajaran tauhid Islam
khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil tersebut pun tidak cukup ditulis,
dibaca dan diucapkan dengan lisan dan diimani dalam hati saja, namun juga wajib
dibumikan dalam segala aspek kehidupan khususnya dalam kehidupan bernegara dengan
meniadakan atau mencampakkan
seluruh hukum jahiliyah buatan manusia seperti demokrasi kapitalisme
sekulerisme, sosialisme komunisme, teokrasi, monarkhi, dan lain-lain.
Dan kemudian bersegera menerapkan hukum Allah SWT (yakni Syariah Islam) semata
secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dalam bingkai Khilafah.
Sebab tanpa Khilafah,
Syariah Islam tidak bisa diterapkan secara totalitas dalam segala aspek
kehidupan khususnya terutama dalam hal mu'amalah seperti perkara politik,
ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesehatan, hukum-persanksian, peradilan,
pertahanan dan keamanan.
Karena itu, sejatinya
Khilafah adalah taajul furudh (mahkota
kewajiban) sang pelaksana Syariah dan pemersatu umat. Dan Khilafah adalah
tuntutan dari akidah tauhid Islam itu sendiri sekaligus tuntutan dari kalimat
tauhid atau kalimat tahlil tersebut.
Dengan tegaknya
Khilafah, maka seluruh hukum-hukum Allah atau Syariah Islam tersebut akan bisa
diterapkan kembali secara kaffah atau secara totalitas dalam segala aspek
kehidupan sehingga akan terwujud kembali berlanjutnya kehidupan Islam dan
risalah Islam akan bisa disebarluaskan kembali ke segala penjuru alam dengan
dakwah dan jihad sehingga benar-benar Islam rahmatan
lil 'alamin dan khairu ummah
(umat yang terbaik) akan terwujud kembali dalam menebar rahmah dan berkah bagi
dunia dan alam semesta.
Oleh sebab itulah,
sesungguhnya puncak tauhid dan puncak kalimat tauhid atau kalimat tahlil
tersebut adalah tegaknya Khilafah Rasyidah
Islamiyah Wa'dullah (janji Allah) wa Fardhun
minallah (kewajiban dari Allah) wa
Busyrah Rasulillah (kabar gembira Rasulullah Saw.) sebagai bukti
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Wallahu a'lam bish shawab. []
#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#ReturnTheKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi
[]
Bacaan: @Zakariya
al-Bantany, Puncak Tauhid Itu Tegaknya Khilafah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar