Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 04 Juni 2018

Keutamaan Qiyam Ramadhan dan Lailatul Qadar


QIYAM RAMADHAN DAN LAILATUL QADAR

Keutamaan Qiyam Ramadhan dan Lailatul Qadar

Terkait qiyam Ramadhan secara umum dan lailatul qadar secara khusus, terdapat sejumlah hadits Nabi Saw. yang menyebutkan keutamaannya. Saya sebutkan diantaranya:

1. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan dilandasi keimanan dan dalam rangka mencari ridha Allah Swt., maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dilakukannya.” (HR. Bukhari [37], Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, dan Tirmidzi)

Redaksi hadits yang diriwayatkan Muslim [1780] dan an-Nasai berbunyi:

“Adalah Rasulullah Saw. sangat menganjurkan qiyam Ramadhan tanpa memerintahkan para sahabat melakukannya sebagai satu ketetapan. Beliau Saw. bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan dengan penuh keimanan dan dalam rangka mencari ridha Allah Swt. maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dilakukannya. Kemudian beliau Saw. wafat dan perkara tersebut tetap dalam keadaan seperti itu.”

Di dalam riwayat Bukhari [2009], disebutkan dengan redaksi: “Dan orang-orang dalam keadaan seperti itu.”

2. Dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari ayahnya -Abdurrahman bin Auf ra.- ia berkata: “Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya Allah Swt. telah mewajibkan puasa Ramadhan atas kalian, dan aku telah mensunahkan untuk kalian shalat malamnya. Barangsiapa yang melaksanakan puasa dan qiyam Ramadhan dengan dilandasi keimanan dan mencari ridha Allah Swt. maka dia akan keluar dari dosanya seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya.” (HR. an-Nasai [2210], Ibnu Majah dan Ahmad)

3. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Saw., ia berkata:

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan dilandasi keimanan dan mencari ridha Allah Swt. maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni, dan barangsiapa yang berdiri shalat pada malam lailatul qadar dengan dilandasi keimanan dan mencari ridha Allah Swt. maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari [2014], Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, ad-Darimi dan Ibnu Hibban)

4. Dari Anas bin Malik ra., ia berkata:

“Bulan Ramadhan telah tiba. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya bulan ini telah datang pada kalian, dan di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkannya maka dia tidak mendapat kebaikan seluruhnya, dan tidak ada yang diharamkan dari kebaikannya kecuali orang yang bernasib buruk.” (HR. Ibnu Majah [1644])

Ahmad dan an-Nasai meriwayatkan hadits ini dari jalur Abu Hurairah ra.

Sabda beliau Saw. dalam hadits yang pertama dan kedua: “Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan dilandasi keimanan dan dalam rangka mencari ridha Allah Swt., maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dilakukannya,” tersebut menjelaskan tentang keutamaan qiyam Ramadhan. Apakah ada sesuatu yang lebih utama bagi seorang Muslim selain dari diampuni dosa-dosanya?

Sesungguhnya anak-anak Adam itu suka berbuat dosa dan kesalahan, dan dosa-dosanya itu akan menjerumuskan dan mengekalkannya di dalam neraka, sehingga mereka sangat membutuhkan penghapusan dan pengampunan dosa agar bisa selamat dari siksa neraka dan memasuki Surga. Dan Allah Swt. telah menjanjikan dengan qiyam Ramadhan itu akan mengampuni dosa-dosa yang dilakukannya, dan mencucinya dari segenap kotoran, serta menjadikannya sebagai penghuni Surga.

Dalam dua hadits ini: “Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan dengan dilandasi keimanan dan mencari ridha Allah Swt. maka diampunilah...,” penyebutan qiyam Ramadhan telah ditaqyid dengan kata al-iman (keimanan) dan al-ihtisab (dalam rangka mencari ridha Allah Swt.). Sabda beliau Saw. tersebut tidak sekedar memerintahkan melaksanakan qiyam (shalat malam) dalam bentuk yang mutlak, agar mereka yang melaksanakan qiyam Ramadhan memahami bahwa dengan sekedar melaksanakan qiyam pada bulan yang penuh berkah dengan sikap riya dan sum'ah itu tidak cukup, atau melaksanakan qiyam Ramadhan secara formalitas dengan cara melaksanakan shalat secepat patokan ayam agar shalatnya cepat selesai. Memang benar bahwa mereka dan orang semisal mereka tidak menanti ampunan dosa-dosa, mereka dan orang semisal mereka tidak menduga bahwa perkataan Nabi Saw. selaras dengan kondisi mereka, di mana qiyam Ramadhan itu harus semisal dengan puasanya, yakni harus dilandasi keimanan dan dalam rangka mencari ridha Allah Swt., yaitu faktor yang bisa mendorong mereka untuk melaksanakan qiyam adalah keimanan mereka, dengan penuh harapan, kejujuran dan keikhlasan, dan mereka akan menyimpan pahalanya untuk menjadi bekal di hari akhirat, serta mereka berkeinginan dan berharap qiyam Ramadhannya itu diterima oleh Allah Swt.

Allah Swt. telah mengkhususkan Ramadhan dan malam-malamnya dengan lailatul qadar. Lailatul qadar merupakan malam yang paling mulia dalam satu tahun, sehingga dikhususkannya Ramadhan dan malam-malamnya tersebut menjadi satu karunia yang agung yang tiada bandingnya. Banyak hadits yang menyebutkan keutamaan lailatul qadar, di mana telah kami pilih dua hadits saja yang kami sebutkan pada poin tiga dan empat sebagai contoh keutamaan melaksanakan qiyam pada saat datangnya lailatul qadar dan contoh kebajikannya. Ini tidak lain agar kaum Muslim menambah intensitas shalat, berdoa, bersedekah, dan pintu-pintu kebajikan mereka.
Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Sejumlah ayat al-Qur'an telah menyebutkan hal tersebut:
Firman Allah Swt.

“Haa miim. Demi Kitab (al-Qur’an) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus Rasul-Rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (TQS. ad-Dukhan [44]: 1-6)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (TQS. al-Qadar [97]: 1-5)

Dalam ayat keempat surat ad-Dukhan ini Allah Swt. berfirman:

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”

Yaitu bahwa seluruh perkara penuh hikmah dan agung, diputuskan dan ditetapkan pada malam al-qadar (lailatul qadar), dari satu tahun ke tahun berikutnya. Inilah malam penetapan seluruh urusan oleh Allah Swt., dan tidak ragu lagi hal ini menjadi karunia tertinggi dan memiliki kedudukan begitu mulia untuk lailatul qadar.

Adapun dalam surat al-Qadar, maka keutamaan lailatul qadar nampak sangat jelas dalam setiap ayatnya. Dalam ayat pertama terdapat penjelasan bahwa al-Qur’an telah diturunkan Allah Swt. pada malam itu.
Dalam ayat kedua terdapat penegasan terhadap keutamaannya, dan dalam ayat ketiga disebutkan bahwa lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan, di mana satu bulan itu terdiri dari tiga puluh hari sehingga lailatul qadar itu lebih baik dari tiga puluh ribu hari yang tidak ada lailatul qadar di dalamnya.

Dalam ayat keempat terdapat penjelasan tentang turunnya malaikat dan Jibril pada saat itu, membawa perintah yang diputuskan dan ditetapkan Allah Swt.
Sedangkan dalam ayat terakhir terdapat penjelasan bahwa dalam lailatul qadar terdapat keselamatan, yakni keselamatan dari keburukan hingga pagi hari.

Pada hadits keempat: “Barangsiapa yang tidak mendapatkannya maka dia tidak mendapat kebaikan seluruhnya, dan tidak ada yang diharamkan dari kebaikannya kecuali orang yang bernasib buruk.” Ya Allah janganlah engkau haramkan lailatul qadar pada kami selama kami masih hidup, dan dengan karunia-Mu anugerahilah kami kebaikan lailatul qadar wahai Tuhan semesta Alam, amin.

Ahmad [25898], an-Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Aisyah ra., ia berkata:

“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku menjumpai lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau Saw. berkata: “Katakanlah, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, yang senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku.”

Tirmidzi berkata: hadits ini hasan shahih.

(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Sumber: Tuntunan Puasa Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka Thariqul Izzah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam