Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 24 Juni 2018

Fase Tafa’ul Tamm Dakwah Nabi SAW Secara Terbuka Di Makkah


Oleh: K.H. Hafidz Abdurrahman

Surat al-Hijr: 94 turun pada tahun ke-3 kenabian, sekaligus menandasl fase baru, yaitu Tafa'ul ma'a al-Ummah. Pada fase baru ini, Nabi SAW dan para sahabat mulai melakukan aktivitas interaksi secara terbuka dengan umat, dengan target menjadikan ajaran Islam diterima kaum Quraisy dan lainnya. Hanya saja, organisasi dan keanggotaannya belum didemonstrasikan kepada publik.

Setelah proses ini berjalan dua tahun, tepat tahun ke-5 kenabian, Umar bin al-Khatthab masuk Islam. Setelah itu, diikuti oleh Hamzah bin Abdul Muthallib. Sebagaimana doa Nabi SAW, ”Allahummanshur al-Islam bi ‘Umarain.” [Ya Allah, tolong Islam dengan dua 'Umar]. Umar yang pertama adalah Umar bin al-Khatthab, dan Umar kedua adalah Amru bin Hisyam [Abu Jahal]. Ternyata Allah memilih Umar bin al-Khatthab sebagai penolong Islam.

Setelah kedua tokoh penting Quraisy ini masuk Islam, maka Islam semakin kuat. Mereka juga benar-benar membuktikan keislaman mereka. Pada saat itu, Rasul pun menyiapkan uslub baru, untuk memprokalamirkan kelompoknya, yang kemudian dikenal dengan Hizbur Rasul. Uslub yang belum pernah dilakukan oleh siapapun, dan dilakukan di tempat yang memang menjadi pusat perhatian, yaitu Ka'bah al-Musyarrafah.

Rasul SAW memimpin barisan para sahabat, mereka berbaris dengan dua barisan. Barisan pertama dipimpin oleh Umar bin al-Khatthab, dan barisan kedua dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthallib. Mereka kemudian melakukan thawaf, mengelilingi Ka'bah aI-Musyarrafah. Tentu saja aktivitas ini memancing perhatian kaum kafir Quraisy. Melalui aktivitas ini, kelompok dan anggota Hizbur Rasul itu pun telah diperkenalkan secara terbuka kepada khalayak. Fase i'lan [memproklamasikan eksistensi kelompok dan anggotanya] ini membawa konsekuensi.

Pertama, jika sebelum fase ini, banyak kaum kafir Quraisy yang sudah mengetahui bahwa di Makkah telah ada seorang Nabi yang diutus oleh Allah membawa agama baru, tetapi mereka belum tahu siapa saja pengikutnya, maka setelah fase ini semuanya menjadi terang-benderang.

Kedua, dengan adanya fase baru ini, kaum kafir Quraisy pun tahu siapa saja yang bisa mereka jadikan rujukan tempat bertanya, dan melakukan klarifikasi terkait dengan ajaran Islam, dan berbagai fitnah yang menyelimutinya.

Ketiga, konsekuensi lainnya, para sahabat yang telah memeluk Islam tidak bisa lagi menyembunyikan keislamannya, khususnya orang-orang yang sanggup menanggung akibat dari keputusannya. Kecuali mereka yang memang lemah, atau ada pertimbangan tertentu, sehingga tetap berusaha untuk menyembunyikan keislamannya.

Setelah fase ini, pertarungan antara Islam dengan kekufuran semakin terbuka. Kaum Muslim yang mayoritas dhuafa’, dan tidak didukung dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai, selain keimanannya yanq kuat, harus bertempur menghadapi kaum kafir yang lebih kuat. Tetapi, Islam adalah agama yang dibangun dengan pondasi yang kokoh, pemikiran dan keyakinan yang kuat, sehingga tak tergoyahkan. Selain itu, argumentasi yang digunakannya pun rasional, sehingga memuaskan akal dan menentramkan hati.

Pendek kata, dalam pertarungan yang tidak seimbang ini, Islam menang. Namun alih-alih orang kafir itu menyadari kelemahannya, justru mereka berusaha dengan berbagai cara untuk mengalahkan Islam. Mula-mula mereka menghadapi Islam hanya dengan pemikiran, tetapi kalah. Mereka pun menggunakan cara fisik, yaitu dengan melarang dan menyerang orang-orang yang menjadi budak mereka. Bilal disiksa, dengan ditindih batu di bawah terik matahari. Keluarga Ammar bin Yasir, termasuk ibunda Ammar, disiksa hingga Ibunda Ammar gugur sebagai syahidah pertama.

Berbagai penyiksaan yang mereka lakukan ternyata juga tidak mampu mengubah keyakinan para sahabat yang telah memeluk Islam. Meski bertubi-tubi penyiksaan dilakukan terhadap mereka. Menghadapi situasi yang buruk ini, Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk hijrah meninggalkan Makkah ke Habasyah, Afrika, untuk melindungi keyakinan mereka. Mereka pun mendapat perlindungan dari Raja Najasyi di Habasyah. Namun, orang kafir pun tidak rela. Mereka dikejar, dan difitnah.

Ketika Amru bin Ash, yang memang ahli diplomasi itudiutus oleh kaum kafir Quraisy untuk menemui Raja Najasyi, tujuannya tak lain agar Raja Najasyi mengusir kaum Muslim dari wilayahnya, dan mengembalikan mereka ke Makkah. Namun, Raja Najasyi berhasil diyakinkan oleh Ja'far bin Abi Thalib, kakak Ali bin Abi Thalib. Setelah dibacakan Q.S. Maryam, maka Raja Najasyi pun mengatakan, "Bahwa Islam dan Kristen, yang dipeluknya, ini keluar dari sumber cahaya yang sama [Allah].” Maka, Amru bin Ash pun gagal memulangkan mereka.

Sebagian kaum Muslim yang hijrah ke Habasyah pun ada yang kembali ke Makkah, dengan konsekuensi menghadapi berbagai ujian yang berat. Namun, sebagian yang lain bertahan di sana. Di Makkah sendiri, akhirnya kaum Kafir Quraisy menerapkan kebijakan Muqatha'ah [isolasi dan boikot] selama tiga tahun. Mereka tidak boleh mendapatkan suplai makanan, minuman dan lain-lain. Kebijakan yang betul-betul berat, sehingga membuat mereka yang diembargo itu tidak mendapatkan akses makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Karena mereka diboikot di Lembah Abu Thalib.

Selama tiga tahun, mereka benar-benar tersiksa. Bukan hanya orang Islam, tetapi Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib pun terkena imbasnya. Karena target mereka untuk menjauhkan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib dari Nabi dan Islam, sehingga benar-benar terkucil. Tetapi, ternyata Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib tidak meninggalkan Nabi. Tak hanya itu, mereka pun tidak boleh menikahi atau dinikahi oleh kabilah yang lain.

Tetapi, kondisi sulit ini berhasil mereka lalui dengan sabar, dan akhimya pemboikotan ini dibatalkan, setelah Piagam Pemboikotan yang mereka tempel di Ka'bah dimakan rayap. Pada saat yang sama, kaum kafir Quraisy yang merasa iba dengan kondisi Nabi SAW dan para sahabat, serta Bani Hasyim dan Abdul Muthallib, akhirnya merobek-robek piagam yang tinggal tersisa sedikit itu. Dengan begitu, berakhirlah penderitaan mereka. Wallahu a'lam.[]

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 207

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam