Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 24 Mei 2018

Mendeteksi Sifat Nifaq – Sifat Munafiq










Mendeteksi Sifat Nifaq – Sifat Munafiq
Sifat-Sifat Munafiq

Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang
Berikut ini artikel SwaraQuran Edisi No.7 Tahun ke-5 / DZULHIJJAH 1426 H / Januari 2006
Menerima kebenaran
Allah telah mengutus segenap Rasul-Nya kepada umat manusia. Namun begitu, sebagian besar umat-umat itu mendustakan dakwah para Rasul. Kebenaran yang datang pun ditentang, bahkan tak segan mencemoohnya. Oleh karena itu kesudahan mereka adalah kehancuran dan kebinasaan.
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat atom rasa sombong.” Kemudian Beliau bersabda, “Sombong yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (Hadits Riwayat Muslim)
Karenanya, setiap mukmin tidak boleh menolak kebenaran dan nasihat kebenaran sehingga menyerupai orang-orang kafir, juga agar tidak terjerumus ke dalam sifat sombong yang bisa menghalanginya masuk Surga (diharamkan masuk Surga). Maka dari itu kita wajib menerima kebenaran dari siapa saja (orang yang perkataannya itu benar),
Maka hikmah (kebijaksanaan) adalah laksana harta orang mukmin yang hilang. Di mana saja ditemukan, maka ia akan mengambil dan memungutnya. Kita lihat apa yang dikatakan, bukan melihat siapa yang mengatakan.
Nifaq Pintu Kekufuran
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [Qur'an Surat (2) al-Baqarah : 10]
Ibnu Katsir berkata, “Ada pendapat yang mengatakan bahwa penyakit itu berupa keraguan. Pendapat lain mengatakan riya'. Pendapat yang lain lagi mengatakan kekejian dan kekotoran. Yang benar ialah semua ungkapan itu. Yakni penyakit yang ada dalam hati kaum munafiq adalah keraguan, riya', dan kekejian atau kekotoran.
Hudzaifah al-Yamani berkata, “Hati itu ada empat macam: Satu, hati murni yang di dalamnya ada pelita yang menyala, itulah hati orang mukmin. Dua, hati yang tertutup, itulah hati orang kafir. Tiga, hati yang terbalik, itulah hati orang munafiq. Ia mengetahui kebenaran, tetapi mengingkarinya. Ia melihat, tetapi membuta. Empat, hati yang terdiri dari dua materi: iman dan kemunafiqan, mana yang menang dalam pergulatan itulah yang menang.” (Hadits Riwayat Ahmad)
Ibnul Qayyim berkata, ”Artinya, Allah membalikkan dan mengembalikan mereka pada kebatilan yang dahulu mereka ada di dalamnya, disebabkan oleh usaha dan perbuatan mereka yang salah. Inilah sejahat-jahatnya dan seburuk-buruknya hati. Ia mempercayai bahwa yang batil adalah benar dan setia kepada para pengikut kebatilan. Sebaliknya ia mempercayai bahwa yang haq itulah yang batil dan memusuhi orang-orang yang mengikuti kebenaran.”
Jenis Nifaq
Nifaq terbagi menjadi dua jenis. Satu, nifaq perbuatan. Nifaq ini berbentuk tumbuhnya perilaku-perilaku yang menunjukkan ciri golongan munafiq, walaupun secara hati nurani ia tidak berkeinginan menjadi munafiq. Tetapi, jika dilakukan secara kontinyu dapat menyebabkan pelakunya sampai pada tingkat nifaq keyakinan.
Seperti yang disabdakan Nabi Saw., “Ada empat hal, jika berada dalam diri seseorang, maka ia menjadi munafiq yang sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu dari empat hal itu, maka berarti ia memiliki suatu kebiasaan (ciri) nifaq hingga ia meninggalkannya : bila dipercaya ia berkhianat, bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia mengingkari, dan bila berdebat ia curang.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Terkadang seseorang melakukan kebaikan, iman, buruk, kufur dan nifaq, maka ia akan mendapatkan pahala dan siksa sesuai dengan konsekuensi dari apa yang ia lakukan.
Dua, nifaq keyakinan. Yaitu menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekafiran. Ini adalah pertanda rusaknya iman, ia sangat berbahaya, karena dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan berkata, “Allah mensifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan. Seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci agama Islam dan pemeluknya dan kecenderungan kepada musuh-musuh agama Islam untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam.”
Posisi Nifaq
Nifaq bertempat antara iman dan kufur: yakni ragu. Ragu terhadap setiap keputusan Allah dan Rasul-Nya, sehingga seringkali ia tidak membenarkan dan berpaling dari apapun yang Allah sampaikan dan diserukan oleh Rasul-Nya.
Penyakit nifaq semakin subur seiring dengan cintanya hati terhadap dunia dan cenderung terhadap hawa nafsu. Ia menjual akhirat dengan kesenangan sesaat di dunia, berpura-pura menampakkan keislaman, namun hatinya memendam kekufuran dan keingkaran yang tiada terhingga. Suka berdusta, mengkhianati janji, curang di dalam perdebatan (tidak mau mengakui kebenaran), enggan bersikap adil, senang dengan penyelewengan, jika diajak melakukan kebaikan mereka lari.
Hati mereka gelap dan hitam pekat, tidak ada cahaya Islam dan tauhid, bahkan terselimuti kesyirikan, kekufuran dan kemaksiatan. Enggan taat kepada Allah dan rasul-Nya, bahkan menentangnya, ia selalu berupaya menghindar dari syari'at Allah dengan beragam alasan. Dengan demikian, setiap amal kebaikan yang ia lakukan tidak bermanfaat, lenyap hilang begitu saja di hadapan Allah. Sebagaimana firman-Nya yang artinya,
Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Qur'an Surat (47) Muhammad : 9]
Oleh karena itu, orang yang telah terserang penyakit ini tidak mungkin mendapatkan keberuntungan selamanya, kecuali jika ia bertaubat.
Menandai Gejala Nifaq
Maka Allah menimbulkan kemunafiqan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. [Qur'an Surat (9) at-Taubah : 77]
Dulu, para shahabat khawatir terjebak jerat nifaq ini, padahal iman mereka tidak diragukan. Diceritakan, Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata, “Aku bertemu dengan 30 shahabat Rasulullah Saw., mereka khawatir kalau-kalau ada nifaq di dalam dirinya. Tidak ada seorangpun yang berani mengatakan imannya seperti Jibril dan Mika'il.” (Hadits Riwayat Bukhari, dengan mu'allaq)
Umar bin Khaththab berkata kepada Hudzaifah, “Wahai Hidzaifah, aku memintamu agar engkau bersumpah, demi Allah : apakah Rasulullah Saw. menyebut namaku termasuk orang-orang munafiq? Hudzaifah menjawab, tidak. Tetapi, selain engkau aku tidak tahu.” (Hadits Riwayat Bukhari)
Ibnul Qayyim berkata, “demi Allah! Sungguh sifat nifaq telah putus dari hati para pendahulu (sahabat) karena kejelian dan kehati-hatian mereka serta senantiasa curiga terhadap diri mereka sendiri (kalau-kalau ada nifaq di dalam hatinya).”
Hasan al-Bashri berkata, “Orang yang merasa aman dari kemunafiqan adalah munafiq, dan orang yang merasa takut dihinggapi kemunafiqan itulah orang yang beriman.”
Sifat-Sifat Munafiq
Di antara sifat-sifat munafiq adalah :
Berdusta
Dusta merupakan titik awal munculnya sifat nifaq. Oleh karenanya, sifat dusta sangat dominan melekat pada diri orang munafiq. Kedustaan terbesar adalah mengatakan keimanan, padahal hatinya ingkar (mendustakan kebenaran), menolak apapun yang Allah sampaikan, baik dalam al-Qur'an maupun yang dituntunkan oleh Nabi Saw., bahkan menghina dan melecehkan hukum Allah Swt.
Munafiq selalu identik dengan kedustaan yang senantiasa melekat pada mereka.
Seorang muslim yang suka berdusta, bisa jadi ia telah terkena virus kemunafiqan, oleh karenanya diwajibkan segera mengobati penyakit ini dan menjauhinya. Seorang ulama terdahulu berkata, “Termasuk dosa terbesar adalah lisan yang banyak berdusta.”
Meremehkan Syari'at Allah
Benar kata Nabi Saw., bahwa dusta akan mengakibatkan dosa, dan orang yang membiasakan diri berdusta ditulis oleh Allah sebagai pendusta. Akhirnya ia meremehkan syari'at Allah. Ini berawal dari keraguan terhadap syari'at, lalu meremehkan dan merendahkan syari'at. Sehingga ia beranggapan, bahwa mengikuti syariat Allah tidak akan memberikan manfaat apapun. Allah Swt. berfirman, artinya,
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. [Qur'an Surat (2) al-Baqarah : 10]
Menyebarkan Keraguan Tentang Islam
Keraguan terhadap syari'at Allah yang melekat terhadap dirinya itu terus ia sebarkan di tengah kaum muslimin, ditambah dengan cerita yang dusta penuh kebodohan bahwa syari'at Allah buruk. Bahkan, ia terus mencari celah agar manusia ragu dan bahkan anti terhadap ajaran Islam, entah itu dakwahnya, berbagai kegiatannya, dan amal baik yang lain. (bahkan hal seperti ini bisa juga dilakukan oleh orang yang dianggap oleh orang banyak sebagai seorang yang paham agama Islam dalam ceramah-ceramah yang dia lakukan maupun pernyataan-pernyataan yang dia buat)
Kisah perang Ahzab dapat dijadikan referensi. Pada surat itu Allah menggambarkan sikap orang-orang munafiq yang menyebarkan keraguan-keraguan di tengah kaum muslimin dengan mengatakan, bahwa Allah dan Rasul-Nya hanya memberikan janji bohong.
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafiq dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata : "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya." [Qur'an Surat (33) al-Ahzab : 12]
Memecah Belah Kaum Muslimin
Tujuan utama ia menyebarkan kedustaan atas nama Allah dan keraguan di kalangan kaum Muslimin, tiada lain adalah untuk memecah-belah kaum muslimin. Usaha itu ia lakukan dengan berbagai cara dan strategi. Di antaranya adalah :
Satu, menghalangi kaum muslimin untuk berinfaq. Sebagaimana yang pernah mereka ucapkan kepada kaum Anshar ketika kaum Muhajirin hijrah di Madinah.
Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah). ..." [Qur'an Surat (63) Al Munafiqun : 7]
Dua, memprovokasi kaum muslimin dengan berita dusta. Oleh karenanya, kaum muslimin harus senantiasa waspada terhadap setiap berita yang dibawa oleh orang-orang yang belum diketahui kejujurannya (atau telah diketahui tidak suka Islam). Dahulu, dengan berita dusta, keluarga Nabi Saw. pernah mengalami fitnah yang sangat hebat. Yakni, 'Aisyah dituduh serong dengan Sufyan bin Mua'aththal. Berita ini dihembuskan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul (tokoh munafiq Madinah). Kemudian Allah menurunkan surat an-Nur untuk membersihkan keluarga Nabi Saw., lalu menjelaskan kepada Nabi Saw., bahwa yang menghembuskan fitnah adalah sekelompok manusia yang berada di tengah-tengah kaum muslimin, mereka ikut shalat dan bergabung bersama barisannya. Artinya, dia menampakkan kemuslimannya, tetapi membenci keimanan.
Riya'
Riya' juga merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Karena ia melakukan ibadah bukan karena Allah melainkan hanya untuk manusia, bahkan sangat terpaksa, dengan tujuan untuk menutupi aibnya. Allah Swt. berfirman, artinya,
... Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. [Qur'an Surat (4) an-Nisa' : 142]
Ibnu Katsir berkata, “Inilah gambaran orang munafiq dalam melakukan amal yang paling utama, mulia lagi baik, yaitu shalat. Jika mereka melakukannya mereka lakukan dengan malas, sebab tidak disertai oleh niat, iman, takut (kepada Allah), dan mereka pun tidak memahami maknanya (shalat). Mereka melakukan shalat hanya untuk tujuan perlindungan diri dan kepura-puraan. Oleh karena itu mereka banyak meninggalkan shalat yang pelaksanaannya (bisa sengaja) tidak terlihat oleh manusia, seperti shalat Isya' dan Shubuh. Dalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan, bahwa Nabi Saw. bersabda, “Shalat yang paling berat bagi kaum munafiq adalah Isya' dan Shubuh.”
Menipu Dengan Penampilan
Di antara karakteristik sifat nifaq adalah menipu orang lain dengan penampilan, entah dengan ucapan atau perbuatan. Yakni ucapannya sangat manis, penampilan menarik dan meyakinkan, namun hatinya teramat dengki terhadap kebaikan-kebaikan Islam (kaffah) dan kaum muslimin. Hidupnya tergantung kepada orang lain, tidak mampu menunjukkan sikap dan jati diri, sehingga Allah menyifati mereka sebagai batang kayu yang tersandar.
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. [Qur'an Surat (2) al-Baqarah : 204]
Membuat Kerusakan di Muka Bumi
Dengan demikian apa yang ia lakukan pada hakikatnya adalah menebarkan kerusakan dan permusuhan di muka bumi. Merusak iman, agama Islam, moral, fisik, ketentraman masyarakat (dan mendukung orang-orang yang maksiat demikian).
Ia tetap bersikukuh bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk kemaslahatan umat, tetapi tidak demikian. Allah berfirman, artinya,
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi." Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." [Qur'an Surat (2) al-Baqarah : 11]
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [Qur'an Surat (2) al-Baqarah : 12]
Yang dimaksud kerusakan dalam ayat tersebut ialah kekafiran, kemunafiqan dan kemaksiatan. Kerusakan orang munafiq yang paling mendasar adalah mendahulukan akal dan hawa nafsu daripada syariat Allah. Mereka menyangka sedang memperbaiki atau meluruskan apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw. mereka mengutak-atik ayat dan hadits beserta pemahamannya dengan alasan penyegaran dan pembaharuan, dan fenomena ini akan terus berkembang dari masa ke masa. Jadi yang mereka maksudkan dengan ishlah (perbaikan) adalah segala yang mengikuti akal (hawa nafsu) dan pendapat mereka, bukan syariat Islam.
Modal mereka adalah ucapan yang manis dan humanis, penampilan yang keren dan meyakinkan (juga gelar, jabatan, titel, posisi, pangkat, popularitas), sehingga dengan itu mereka mudah untuk mengelabui orang dan menyembunyikan kemunafiqannya.
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. ... [Qur'an Surat (63) al-Munafiqun : 4]
Iman Mudah Goyah
Ini disebabkan dia beriman tanpa ilmu dan tujuan yang benar. Al-Qur'an menyatakan, artinya,
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. [Qur'an Surat (22) al-Hajj : 11]
Jika pengakuan iman tanpa didasari dengan ilmu dan tujuan yang benar, tidak hanya goyah, tetapi ia berbalik kembali kepada kekafiran.
Selalu Diliputi Ketakutan
Ketika kaum muslimin telah siap berangkat perang ke Tabuk, justru mereka, kaum munafiqin memohon kepada Nabi Saw. agar diijinkan tidak ikut berperang, dengan alasan, mereka khawatir jika tergoda kepada gadis-gadis Romawi, lalu turunlah ayat, artinya,
Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. [Qur'an Surat (9) at-Taubah : 49]
Nifaq menyebabkan ketakutan yang sangat luar biasa terhadap ujian dan cobaan yang membentang dihadapannya, baik yang berhadapan langsung maupun tidak. (Annas I. Wibowo: bahkan ada penceramah dalam kutbah Jum'at yang saya saksikan sendiri yang intinya mengajak umat Islam untuk tidak perlu berjuang seperti Nabi Saw. dan para sahabat dan menerima saja keadaan saat ini yang buruk terutama mengenai hukum-hukum Allah dalam hal ekonomi Islam, politik Islam, pemerintahan Islam, kenegaraan Islam)
Ia mendukung kaum muslimin jika mereka mendapatkan kemenangan, tetapi jika kaum muslimin mendapat ujian dan cobaan yang berat ia lari dan bersembunyi (dan mengajak orang lain untuk melakukannya). Yang jelas hidupnya selalu diliputi oleh kecemasan dan kekhawatiran.
Nifaq Lebih Berbahaya Daripada Kekufuran
Dr. Abdul Karim Zaidan berkata, “Munafiq lebih berbahaya dan lebih buruk daripada orang kafir, karena ia menyamakan antara iman dan kekufuran, ditambah lagi dengan menambahkan penipuan (tentang iman) dan penyesatan serta memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir (serta aturan, tradisi, dan paham-paham mereka) untuk memasuki komunitas atau barisan kaum muslimin sehingga ia dapat menyakiti kaum muslimin dengan leluasa. Sangat berbeda dengan kekafiran, karena mereka jelas sehingga ia tidak bisa melakukan tipu daya kepada kaum muslimin.”

ElFata volume 06 2006 :
Seseorang berkata, “Sesungguhnya sebagian hukum syariat ini perlu ditinjau kembali dan direvisi karena sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman ini. Contohnya adalah hal yang berkaitan dengan warisan di mana lelaki mendapatkan dua kali lipat dari bagian yang diperoleh wanita. “Bagaimana hukum syariat terhadap orang yang mengeluarkan statement seperti ini?”
Jawaban:
Tidak seorangpun yang boleh menentang atau mengubah hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah kepada para hamba-Nya yang telah dijelaskan di dalam kitab-Nya atau berdasarkan ucapan Rasul-Nya yang terpercaya seperti hukum-hukum warisan, shalat lima waktu, zakat, puasa, (politik dan negara Islam), dan semisalnya yang juga telah dijelaskan Allah kepada para hamba-Nya serta telah disepakati oleh umat (ijma' shahabat, hasil-hasil ijtihad yang benar). Sebab, ia adalah tasyri' (produk hukum) yang sudah valid untuk umat ini pada masa Nabi Saw. dan juga sepeninggal Beliau hingga hari kiamat.
Barangsiapa yang mengklaim bahwa hukum selain-Nya lah yang lebih relevan maka dia telah menjadi kafir. Demikian pula orang yang membolehkan untuk menyelisihinya (hukum-hukum Allah) dia dianggap kafir juga karena sudah menjadi penentang Allah Swt. dan Rasul-Nya serta ijma' umat ini (ijma' shahabat, hasil-hasil ijtihad yang benar).
Oleh karena itu wajib bagi pihak yang berwenang (penguasa / pemerintah (Khalifah dengan Khilafah / Negara Islam / Daulah Islam yang saat ini masih diperjuangkan untuk tegak kembali)) untuk memaksanya bertaubat jika dia seorang muslim, jika mau, maka dia tidak dikenai sanksi dan bila tidak mau, maka wajib dibunuh sebagai orang kafir dan keluar dari Islam (murtad). Hal ini berdasarkan sabda Nabi Saw.,
Barangsiapa yang telah mengganti / merubah agamanya, maka bunuhlah dia.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari)
Kita memohon kepada Allah agar kita dan semua kaum muslimin diselamatkan dari fitnah-fitnah yang menyesatkan dan dari penyimpangan terhadap syariat yang suci ini.
Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, juz 11, hal.415 dari fatwa Syaikh Ibnu Baz

______WAJIB MENERAPKAN HUKUM ISLAM______
Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat (musuh-musuh) yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. [Qur'an [6] Al An'am : 123]
_____________________________________________________
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. .... [Qur'an [7] Al A'raf : 3]
_____________________________________________________
Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. [Qur'an [7] Al A'raf : 87]
______WAJIB MENERAPKAN HUKUM ISLAM______
Semoga Yang Maha Kuasa melindungi agama kami. Aamiin.
Alhamdulillah.
Go Belajar

Liberal Jelas Sesat Akal – Artikel : Liberal Sesat Mendzalimi Akal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam