Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 24 Mei 2018

Liberal Jelas Sesat Akal – Liberal Sesat Menzhalimi Akal









Liberal Jelas Sesat Akal – Artikel : Liberal Sesat Mendzalimi Akal
Liberal Menzhalimi Akal
Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang
Berikut ini artikel Majalah Islam ar-risalah Edisi No.065 / Th.VI Syawal – Dzulqadah 1427 H / Nopember 2006 M
Argumen-argumen tekstual tak jarang berfungsi bukan sebagai penambah keluasan cakrawala berpikir, tapi sebagai katup pembahasan”. Itulah di antara pernyataan nyleneh kaum liberalis
Tentu yang mereka maksud argumen-argumen tekstual adalah nash Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan itu yang mereka sebut sebagai katup! Katup, sesuatu yang biasa digunakan untuk membuka dan menutup. Mereka menuduh Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai alat untuk mengungkung kebebasan berpikir dan membatasi keluasan cakrawala.
Mempertuhankan Akal

Karena itu, orang-orang liberal berpendapat sudah saatnya menggelorakan semboyan kebebasan berpikir, yaitu berpikir tentang apapun tanpa batas, liar tanpa norma, termasuk dalam mendudukkan dan memahami al-adillah an-naqliyyah (dalil-dalil Al Qur'an dan Al-Hadits).
Bagi mereka, jika dibandingkan akal, Al-Qur'an dan Al-Hadits bersifat relatif dan bukan merupakan kebenaran yang mutlak sifatnya. Jadi, dianggapnya akal lebih otoritatif untuk menentukan dan menafsirkan benar dan salah, halal dan haram. Bahkan jika terjadi pertentangan di antara keduanya, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah di satu sisi, serta akal di sisi yang lain, maka Al-Qur'an dan As-Sunnah lah yang perlu ditafsirkan ulang dengan kaidah hermeneutik ataupun pemahaman substantif.
Bahkan juga, bagi mereka jika perlu merubah lafazhnya. Contohnya, di antara pentolan mereka berani mengganti Innad diina 'indallahil Islam dengan Innad diina indallahil Hanafiyah. Kenapa demikian? Mereka beralasan kalau agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam, itu namanya arogan dan anti toleransi. Astaghfirullah!
Entah dari mana mereka mendapatkan inspirasi, tapi idea seperti itu mirip dengan apa yang pernah dilakukan iblis manakala menolak perintah Allah dengan dalih akalnya.
Allah Swt. berfirman:
Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." [Qur'an Surat (7) Al A'raf : 12]
Kedudukan Akal dalam Islam

Sesungguhnya tiada alasan untuk mempertentangkan akal dengan naql, karena memang tidak ada pertentangan antara dalil naqli yang shahih dengan aqli yang sharih (benar dan lurus). Akal berfungsi sebagai penguat kebenaran nash syar'i. Tetapi, bila terjadi pertentangan antara keduanya, maka nash syar'i harus didahulukan dan dimenangkan, sementara akal harus dikalahkan karena sifat keterbatasannya. Akal dapat dijadikan dalil jika ia sejalan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah (akal hanyalah menafsirkan / membuat kesimpulan dengan tepat dalil-dalil berdasarkan metode yang benar) . Jika ia bertentangan dengan keduanya, maka ia dianggap bertentangan dengan sumber dasarnya.
Peranan akal di sisi naql, adalah seperti peranan orang awam di sisi mujtahid. Para mujtahidlah yang mengetahui nash syar'i sekaligus maksud dari nash, hingga dialah yang mampu memutuskan hukum halal dan haram berdasarkan kekuatan ilmunya terhadap nash syar'i tersebut serta sifat kedudukannya kepada musyari' (yang berhak menentukan syari'at) yakni Allah dan Rasul-Nya. Karena kekuatan nash syar'i dan ketundukan terhadap musyari' inilah hingga Allah memuliakan mujtahid. Hasil ijtihad yang salah pun mendapat pahala satu, yakni pahala ijtihad. Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila seorang hakim menghukumi suatu perkara dengan kekuatan ijtihadnya kemudian hasil ijtihad tersebut benar maka dia mendapat pahala dua. Dan apabila salah, maka dia baginya pahala satu (yakni pahala ijtihad).” (Hadits Riwayat Bukhari)
Sementara orang awam –sampai dia tidak lagi awam– kewajibannya adalah memahami dan mengikuti mujtahid serta percaya kepadanya. Itu saja! Karena bisa jadi, sekalipun dijelaskan dalil dan istidlal (maksud dalil tersebut) kepadanya, belum tentu si awam memahaminya.
Coba, kalau seorang awam dipaksa berijtihad. Di samping pasti rusak, itu juga sama saja menghina dan menzhalimi mereka karena mendaulat untuk berbuat di luar kemampuannya.
Jelaslah, bahwa tidak berbanding kalau harus mempertentangkan antara naql dan akal. Karena naql sebenarnya mutlak,
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. [Qur'an Surat (2) Al Baqarah : 147]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Dien kaum muslimin ditegakkan di atas landasan ittiba' pada Kitabullah, As-Sunnah, dan apa-apa yang menjadi kesepakatan ummat (hal-hal yang diridhoi Nabi Saw., ijma' shahabat). Ketiga perkara ini merupakan pokok-pokok yang ma'shum (terjaga dari kesalahan).”
Sedangkan kebenaran akal tidak mutlak, sangat bergantung dan terikat erat dengan sifat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang Allah berikan kepada masing-masing manusia.

Allah Swt. berfirman:
... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." [Qur'an Surat (17) Al Isra' : 85]
Mengapa Memilih Kesesatan

Demikianlah Islam dalam mendudukkan akal. Dan yang lebih penting lagi bahwa Allah Swt. Menurunkan wahyu dan mengutus para Rasul adalah untuk menutupi kekurangan yang ada pada manusia, termasuk kekurangan dalam akalnya. Tanpa petunjuk niscaya sesat, dan tanpa teladan niscaya kebingungan.
Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah karunia, yang dengannya manusia bisa hidup dalam keterarahan, dan dengannya juga seorang muslim justru tidak akan terkekang, melainkan lapang dan seimbang.
Sedangkan bagi mereka yang menolaknya, kemudian lebih memilih akal (hawa nafsu) sebagai agama, sesungguhnya orang itu telah mengambil kesesatan daripada petunjuk, dan memilih kebingungan daripada jalan yang lempang. Dan itulah para liberalis. Sungguh naif!
Wallahu a'lam (fath dan hanif)

______WAJIB MENERAPKAN HUKUM ISLAM______
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [Qur'an [4] An Nisa' : 115]
_____________________________________________________
.... Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. .... [Qur'an [4] An Nisa' : 135]
_____________________________________________________
.... Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. .... [Qur'an [6] Al An'am : 119]
_____________________________________________________
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. [Qur'an [6] Al An'am : 70]
______WAJIB MENERAPKAN HUKUM ISLAM______
Semoga Yang Maha Kuasa melindungi agama kami. Aamiin.
Alhamdulillah.
Go Belajar

Wala' Dan Bara' Konsekuensi Tauhid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam