Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 20 Desember 2017

Usaha Mengembalikan Hegemoni Negara Islam setelah Kalah Perang Uhud



3 . Usaha Mengembalikan Hegemoni Negara Islam setelah kekalahan di Uhud

Setelah kekalahan yang dialami kaum muslimin di Uhud, maka secara militer posisi Negara Islam menjadi lemah. Sehingga sebagian besar hegemoni Negara Islam yang telah berhasil ditanamkan pada suku-suku di Arab menjadi hilang.
Kekuatan kaum muslimin tidak melakukan aktivitas yang sifatnya militer menjelang penyatuan kembali diri mereka, maka Rasulullah Saw. -politisi yang telah teruji dan berpengalaman- dengan cepat melakukan aktivitas politik yang menjauhkan benturan secara militer dengan musuh.
Namun, setelah Rasulullah Saw. selesai menyiapkan aktivitas-aktivitas yang sifatnya militer, maka beliau kembali melakukan benturan secara militer. Semua itu tampak sangat jelas bagi kami seperti dalam aktivitas-aktivitas berikut yang pernah dilakukan Rasulullah Saw.

a. Perang Hamra’ al-Asad

Rasulullah Saw. tahu bahwa kaum kafir Quraisy setelah mundur dari Uhud mereka kembali menuju Makkah. Ketika pulang ke Makkah kaum kafir Quraisy kembali berpikir sebelum menghabisi Muhammad Saw. Muhammad Saw. masih hidup. Kaum kafir Quraisy tidak akan merasa aman dan tenang kecuali dengan meninggalnya Muhammad. Untuk itu, para pemimpin kaum kafir Quraisy memutuskan untuk beristirahat sebentar dari kelelahan sehabis berperang di Baldah ar-Ruha’, yaitu desa milik suku Mazinah yang berjarak dua hari dua malam dari Madinah.
Mereka akan kembali menyusun barisan mereka, menyerang Madinah al-Munawwarah, membasmi akar kekuatan kaum muslimin, dan membunuh Muhammad, baru kemudian mereka kembali ke Makkah.
Rasulullah Saw. harus bergerak cepat dan cerdas, maka besoknya, hari Ahad 16 Syawal, tahun ketiga Hijriyah beliau mengumumkan akan pergi mencari musuh. Beliau tidak pergi dengan seseorang, kecuali dengan orang yang kemarin ikut dalam perang Uhud. Rasulullah Saw. pergi menuju Hamra' al-Asad -yang berjarak 8 mil dari Madinah- lalu di tempat ini beliau berkemah. Tujuan keluarnya Rasulullah ini tidak lain kecuali untuk meraih kemenangan secara politik setelah kekalahan yang dialaminya di Uhud, dan juga untuk menetapkan bahwa kemenangan yang diraih kaum kafir Quraisy di Uhud bukanlah kemenangan yang menentukan, sebab Negara Islam masih memiliki kekuatan pemukul yang mampu menghadapi musuh.
Adapun kekuatan yang dikerahkan ke Uhud hanyalah kekuatan simbolisme bagi Negara Islam. Sedang kekuatan yang sebenarnya ditempatkan di Madinah al-Munawwarah. Sehingga kemenangan kaum kafir Quraisy Uhud tidak membuat lemah spirit (semangat) tentara kaum muslimin. Bukti terbesar atas semua itu adalah keluarnya Rasulullah Saw. setelah kekalahan di Uhud secara langsung untuk menghadapi musuh kedua kalinya dengan divisi tentara yang baru. Inilah yang dikehendaki oleh Rasulullah Saw. dalam melakukan show of force (unjuk kekuatan) terhadap musuh.
Ketika Rasulullah Saw. menyadari betul bahwa kekuatanya sedang mengalami kelelahan, sakit, dan luka, maka beliau harus melakukan permainan politik dalam keluarnya kali ini untuk menyelamatkan wibawa Negara Islam tanpa perlu benturan dengan musuh.

Apakah Hakekat Permainan Politik ini?

Rasulullah Saw. menampakkan kasih sayang pada suku Khuza'ah, sehingga suku ini, baik mereka yang muslim maupun yang musyrik tetap merasa bersama Rasulullah Saw., sependapat, dan tidak menyembunyikan sesuatu apapun dari beliau. Rasulullah Saw. menampakkan aktivitas politik secara langsung dengan menunjukkan kasih sayang pada orang-orang musyrik suku Khuza’ah.
Maksud beliau melakukan ini semua adalah agar kelompok kaum musyrik itu tetap berada dalam barisan beliau. Sebagai tindakan kehati-hatian akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Rasulullah Saw. mengirim Ma’bad bin Abi Ma’bad al-Khuza’iy -ketika itu dia menampakkan kesyirikannya- agar sementara ini kaum kafir Quraisy menghindari peperangan dengan Muhammad.

Ma’bad dan Rasulullah Saw. pergi ke Hamra’ al-Asad, sampai akhirnya bertemu dengan Abu Sufyan bin Harb dan teman-temannya di ar-Rauha’. Mereka bersepakat untuk kembali menyerang Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Mereka berkata: “Kami telah dihinakan oleh para sahabat Muhammad, para pembesar mereka, dan para pemimpin mereka, lalu kami akan kembali, padahal kami belum menghabisi mereka! Sungguh kami akan benar-benar menyerang mereka, dan membuat mereka takut.”
Ketika Abu Sufyan melihat Ma’bad, dia berkata: “Siapa di belakang kamu, wahai Ma’bad?” Ma’bad berkata: “Muhammad dan para sahabatnya keluar mencari kalian dengan pasukan yang sangat besar yang tidak ada bandingnya; mereka akan mencabik-cabik kalian; orang-orang yang kamu tinggal bergabung dengannya, sebab mereka menyesali apa yang pernah mereka lakukan; dan mereka juga punya senjata pelempar yang tak tertandingi.” Abu Sufyan berkata: “Brengsek dengan perkataanmu itu.” Ma’bad berkata: “Demi Allah, pergilah hingga kamu melihat jambul-jambal kuda.” Abu Sufyan berkata: “Demi Allah, kami telah bersepakat untuk menyerang mereka, dan menghabisi sisa-sisa mereka.” Ma'bad berkata: “Aku nasihati jangan sekali-kali kamu melakukan itu. Demi Allah, apa yang aku lihat mendorong aku mengatakan beberapa bait syair tentang mereka.” Abu Sufyan berkata: “Apa yang kamu katakan?” Ma'bad berkata: “Aku berkata:

“Karena suara kudaku, aku hampir jatuh ketakutan
Sebab, bumi berjalan karena kuda yang berkerumunan
Aku segera berusaha dengan segala kemampuan
Saat bertemu tak mampu ada di atas pelana karena tiada persenjataan
Aku kira bumi miring hingga aku cepat saat berjalan
Ketika mereka di atas dengan pemimpin yang tidak diperhitungkan
Aku berkata celaka Ibnu Harb jika bertemu kalian
Ketika kerikil-kerikil bergerak karena banyaknya yang berjalan
Kepada kaum Quraisy Makkah dengan terus terang aku peringatkan
Dan juga mereka yang masih berakal dan berpikiran
Pasukan Ahmad bukan kumpulan manusia dan kuda rendahan
Sehingga peringatanku jangan dinilai hanya sekedar ocehan.”

Karena itu, akhirnya Abu Sufyan dan teman-temannya menarik keinginan untuk kembali menyerang serta menghabisi Muhammad dan para sahabatnya. Seandainya Ma’bad di antara orang yang menampakkan keIslamannya, niscaya Abu Sufyan tidak akan menerima masukannya. Kalau saja di bawah kekuasaan Rasulullah Saw. tidak ada seseorang yang seperti Ma'bad yang mampu menundukkan mereka dengan tugas penting ini, niscaya dengan segera kaum kafir Quraisy memerangi Rasulullah Saw. Sehingga kami tidak mampu membayangkan akibatnya.
Perhatikan oleh kalian, betapa bijaknya tindakan politik Rasulullah Saw. ini. Ketika Rasulullah Saw. yakin bahwa kaum kafir Quraisy pergi dan mereka kembali ke Makkah, maka beliau juga kembali ke Madinah, setelah selama tiga hari berada di Hamra’ al-Asad, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu, yang bertepatan dengan tanggal 17, 18 dan 19 bulan Syawal, tahun ketiga Hijriyah.

b. Pembersihan (Atas) Para Provokator (Musuh) Negara Islam

Pada saat Rasulullah menuju Madinah dari Hamra' al-Asad, beliau bertemu dengan dua orang musuh, yaitu: Muawiyah bin Mughirah bin Abu al-Ash dan Abu ‘Izzah al-Juhmi. Rasulullah Saw. pernah menahan Abu ‘Izzah pada saat perang Badar, kemudian beliau membebaskan tanpa syarat. Setelah dia tertawan lagi saat ini, maka Abu ‘Izzah yakin bahwa dirinya akan binasa. Sehingga, mulailah dia memohon dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri kepada Rasulullah Saw. Dia berkata: “Wahai Rasulullah, ampunilah aku.” Rasulullah Saw. berkata: “Demi Allah, setelah ini kamu tidak akau melihat harta bendamu lagi di Makkah. Kamu telah dua kali menipu Muhammad. Wahai Zubair, penggal lehernya!” Kemudian Zubair pun memenggal lehernya.

Sumber: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam