Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 25 Desember 2017

Persiapan Nabi SAW Untuk Pembersihan Institusi Politik Yahudi Qainuqa'



B. Pembersihan Institusi Politik Kaum Yahudi Bani Qainuqa'

1. Persiapan untuk melakukan pembersihan institusi politik Qainuqa' (di antara kaum Yahudi)

Rasulullah Saw. melakukan serangkaian aktivitas-aktivitas militer sebelum beliau mengumumkan penyerangannya terhadap Bani Qainuqa’. Dilihat dari satu sisi bahwa tujuan dari aktivitas-aktivitas militer ini adalah untuk mengawasi gerakan-gerakan musuh, sedang dilihat dari sisi yang lain adalah untuk memperlihatkan wibawa dan kekuatan Negara Islam di wilayah gurun Arab. Sehingga, ketika Rasulullah Saw. menyerang Bani Qainuqa’ tidak seorangpun yang berani menolongnya.
Gerakan-gerakan militer yang dilakukan Rasulullah Saw. tampak seperti berikut ini: (Lihat Lampiran 4, Peperangan dan ekspedisi pasukan perang sejak sampainya Rasulullah di Madinah sampai perang Bani Qainuqa’)

a. Pasukan Pimpinan Hamzah Pergi ke Tepi Pantai

Pada bulan Rabi’ul Awal Rasulullah Saw. memasuki Madinah al-Munawwarah. Rasulullah Saw. tinggal di Madinah al-Munawwarah kurang lebih selama enam bulan dalam rangka menstabilkan kondisi internal Madinah al-Munawwarah. Di Madinah beliau membangun angkatan bersenjata.
Ketika angkatan bersenjata yang dibangunnya itu sudah mapan, maka di bulan Ramadhan yang penuh berkah Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin pamannya Hamzah bin Abdul Muththalib pergi ke tepi pantai melalui al-‘Ish dengan kekuatan tiga puluh pasukan berkuda dari kaum Muhajirin, dan tidak seorangpun dari mereka yang berasal dari kaum Anshar. Kepergian mereka adalah untuk menghalangi kafilah kaum kafir Quraisy yang membawa barang-barang dagangannya. Sedang tujuan utamanya adalah mengacaukan pikiran pihak musuh, serta membuat kacau barisannya.
Hamzah dan pasukannya pergi ke tepi pantai. Di tepi pantai dia bertemu dengan Abu Jahal bin Hisyam dengan dikawal tiga ratus orang berkuda yang berasal dari penduduk Makkah. Lalu Majdi bin Amru al-Juhani memisahkan mereka. Dengan demikian, Majdi sebagai orang yang mendamaikan kedua kelompok. Kemudian, masing-masing pergi, sehingga di antara mereka tidak terjadi perang.

b. Pasukan Pimpinan Ubaidah bin al-Harits

Pada bulan berikutnya, yakni pada bulan Syawal, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan pimpinan Ubaidah bin al-Harits dengan kekuatan enam puluh pasukan berkuda dari kaum Muhajirin, dan tidak seorangpun dari mereka yang berasal dari kaum Anshar. Kepergian mereka adalah untuk menghalangi kafilah kaum kafir Quraisy yang membawa barang-barang dagangannya. Sedang tujuan utamanya adalah mengacaukan pikiran pihak musuh, serta membuat kacau barisannya.
Ubaidah dan pasukannya pergi hingga sampai di perairan di bawah Tsaniyah al-Marrah. Di sini mereka bertemu dengan sekelompok besar orang-orang kafir Quraisy, jumlah mereka kira-kira dua ratus orang. Namun, di antara mereka tidak terjadi perang. Hanya saja, ketika itu Sa’ad bin Abi Waqqash ra. dipanah dengan anak panah. Dengan demikian, Sa’ad bin Abi Waqqash ra. merupakan orang pertama dalam Islam yang dipanah dengan anak panah.

c. Pasukan Pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash

Bulan berikutnya, bulan Dzul Qa’dah, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash dengan kekuatan dua puluh orang dari kaum Muhajirin. Kepergian mereka adalah untuk menghalangi kafilah kaum kafir Quraisy yang membawa barang-barang dagangannya. Sedang tujuan utamanya adalah mengacaukan pikiran pihak musuh, serta membuat kacau barisannya.
Mereka pergi dengan berjalan kaki hingga sampai di al-Kharrar bagian dari wilayah Hijaz. Namun, mereka mendapati bahwa kafilah telah lewat kemarin. Akhirnya, mereka kembali tampa melakukan peperangan.

d. Perang Waddan

(Waddan adalah sebuah desa yang terletak antara Makkah dan Madinah. Sedang jarak antara Waddan dan al-Abwa’ kurang lebih enam mil. Ghazwah Waddan aktivitas-aktivitas militer pertama yang terjadi pada tahun kedua dari hijrah.)

Kemudian pada bulan Shafar, Rasulullah Saw. keluar memimpin sekelompok sahabat untuk menghalangi kaum kafir Quraisy. Perang ini memiliki dua tujuan:

Pertama, mengacaukan pikiran pihak musuh.
Kedua, mengadakan perdamaian dengan sebagian suku-suku di Arab. Dengan demikian, memperkuat hubungan dengan sebagian pihak musuh untuk mempermudah mengalahkan sebagian pihak musuh yang lain.
Untuk itu, Rasulullah Saw. memperlihatkan bahwa beliau hendak pergi pada kaum Quraisy Bani Dhamrah. Rasulullah Saw. dan pasukannya berjalan hingga sampai di Waddan. Perang Waddan disebut juga perang al-Abwa”. Lalu, Rasulullah Saw. berdamai dengan Bani Dhamrah. Setelah itu beliau kembali ke Madinah tanpa melakukan peperangan. Rasulullah Saw. tinggal di Madinah pada bulan Shafar hingga awal bulan Rabi’ul Awwal.

e. Perang Bawwath

(Gunung yang berada dekat Yambu')

Pada bulan Rabi’ul Awwal Rasulullah Saw. mendengar adanya kafilah kaum kafir Quraisy yang akan membawa barang-barang dagangan. Kafilah itu dipimpin oleh Umayyah bin Khalaf. Rasulullah Saw. keluar untuk menghadangnya sebagai pelaksanaan atas rencana yang telah beliau susun, yaitu mengacaukan pikiran pihak musuh. Rasulullah Saw. dan pasukannya berjalan hingga sampai di Bawwath melalui arah Ridhwa. Namun, beliau mendapati bahwa kafilah telah melintas. Akhirnya, beliau kembali ke Madinah al-Munawwarah. Rasulullah Saw. berada di Madinah beberapa hari bulan Rabi’ul Akhir dan beberapa hari bulan Jumadil Ula.

f. Perang al-’Usyairah

Pada bulan Jumadil Ula, Rasulullah Saw. keluar dengan kekuatan seratus lima puluh pasukan berkuda dari kaum Muhajirin untuk menghadang kafilah kaum kafir Quraisy yang sedang membawa barang dagangannya. Tindakan itu dilakukan sebagai pelaksanaan atas rencana untuk mengacaukan pikiran musuh yang telah dirancang oleh Rasulullah Saw.
Beliau dan pasukannya berjalan hingga memasuki al-‘Usyairah melalui tengah Yambu'. Namun, beliau mendapati bahwa para pedagang yang terdiri dari kaum kafir Quraisy telah melintas. Akhirnya, beliau dan pasukannya tinggal di al-‘Usyairah hingga beberapa hari terakhir bulan Jumadil Ula dan beberapa hari pertama bulan Jumadil Akhir.
Dan di al-‘Usyairah ini beliau membuat perjanjian damai dengan Bani Mudlij dan sekutunya dari Bani Dhamrah. Kemudian, beliau kembali ke Madinah dengan tidak melakukan peperangan.

g. Perang Safwan (perang Badar Pertama)

Rasulullah Saw. tidak tinggal di Madinah, ketika beliau kembali dari perang al-‘Usyairah, kecuali beberapa hari yang kurang dari sepuluh hari, yaitu sampai Kuraz bin Jabir al-Fahri menyerang unta-unta dan binatang-binatang ternak yang digembalakan pagi-pagi sekali di Madinah. Untuk membela Negara Islam dan memberi pengajaran pada orang yang menyerang, maka Rasulullah Saw. keluar mencarinya hingga beliau sampai di lembah bernama Safwan melalui arah Badar. Namun, beliau tidak menemukan Kuraz bin Jabir. Perang Safwan ini disebut juga perang Badar pertama. Kemudian, Rasulullah Saw. kembali ke Madinah. Beliau tinggal di Madinah beberapa hari terakhir bulan Jumadil Akhir dan bulan Rajab.

Meski Perang ini dilakukan sebagai sebuah reaksi, akan tetapi musuh-musuh Negara Islam memahami betul bahwa Negara Islam tidak akan rela kehormatannya dinodai tanpa membalasnya dengan kekuatan yang dimilikinya.






j. Membasmi para provokator di dalam Negara Islam

Bahaya para provokator dalam menciptakan kekacauan tidak kurang dari bahaya mereka yang menghunuskan pedang dalam peperangan. Rasulullah Saw. benar-benar menyadari hal ini. Untuk itu, Rasulullah Saw. mulai mengawasi para provokator dan membunuhnya, guna memadamkan api kekacauan dan peperangan, serta memperkokoh kebenaran.
Rasulullah Saw. telah membunuh orang-orang di antara mereka setelah perang Badar dan sebelum dimulainya pembersihan institusi politik Bani Qainuqa’ agar mereka tidak bergabung dengannya, di antaranya adalah:

1. Membunuh 'Ashma’ bintu Marwan

Di bulan Ramadhan, setelah Rasulullah Saw. kembali dari Badar, beliau bersabda: “Ketahuilah bahwa anak perempuan Marwan telah menyakiti aku.” Anak perempuan Marwan ini telah menyakiti Rasulullah Saw., dengan syair (puisi) ia telah menjelek-jelekkan Rasulullah Saw. Perkataan Rasulullah Saw. ini didengar oleh Umair bin ‘Adi al-Khathmi -sedang dia seorang yang buta- ketika memasuki sore di hari itu juga, ia berjalan menemui ‘Ashma’ bintu Marwan di rumahnya, lalu ia membunuhnya.
Kemudian, di pagi harinya ia bersama Rasulullah Saw. ia berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh aku telah membunuhnya.” Rasulullah Saw. bersabda: “Kamu telah menolong Allah dam Rasul-Nya, wahai Umair.” Dia berkata: “Apakah aku berhak atas sesuatu dengan membunuhnya, wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda: “Tentu.”

2. Membunuh Abu 'Ufaik

Pada bulan kedua, yakni bulan Syawal, Rasulullah Saw. bersabda: Siapa yang akan meluruskan si kotor ini” -Abu ‘Ufaik- mengingat Abu 'Ufaik adalah seorang yang sangat tua sekali di antara Bani ‘Amru bin ‘Auf, dia adalah seorang Yahudi, dengan syair dia jelek-jelekkan Rasulullah Saw. Ketika Salim bin Umair -dia salah seorang sahabat yang cerdas dan turut dalam perang Badar- mendengar perkataan Rasulullah Saw. ini, dia berkata: “Aku bernadzar untuk membunuh Abu ‘Ufaik, atau aku terbunuh olehnya.” Lalu, dia mendatanginya dan membunuhnya. Kami akan memperlihatkan bahwa Rasulullah Saw. juga menggunakan strategi ini sebelum beliau melakukan pembersihan institusi politik Bani Nadhir. (Lihat Lampiran 5, Peta Perang Badar)

Bacaan: Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam