Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 05 September 2017

Dalil Orang Junub Boleh Makan Minum Dan Bersetubuh Tanpa Wudhu



5. Orang yang junub boleh makan dan minum tanpa perlu berwudhu. Aisyah berkata:

“Rasulullah Saw. jika ingin tidur -sedangkan beliau Saw. dalam keadaan junub- beliau Saw. berwudhu, persis wudhu untuk shalat. Dan jika ingin makan atau minum, beliau mencuci dua telapak tangannya, kemudian beliau makan dan minum jika berkehendak.” (HR. Ahmad, an-Nasai dan Muslim)

Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari jalur Aisyah:

“Bahwasanya Nabi Saw. Jika ingin makan padahal beliau Saw. dalam keadaan junub, maka beliau mencuci kedua tangannya, kemudian makan.”

Demikianlah, Rasulullah Saw. mencuci tangannya padahal beliau Saw. dalam keadaan junub, kemudian beliau Saw. makan.

Selain itu, orang yang junub boleh menyetubuhi isterinya dan tidur lagi tanpa perlu berwudhu. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwasanya dia berkata:

“Rasulullah Saw. mendatangi (menyetubuhi) isterinya di permulaan malam, kemudian beliau Saw. tidur dan tidak menyentuh air. Ketika beliau Saw. bangun di penghujung malam, beliau Saw. kembali mendatangi (menyetubuhi) isterinya dan mandi.” (HR. Ahmad dan para penyusun kitab as-Sunan)

Dan dari Aisyah ra. diceritakan dengan lafadz:

“Bahwasanya Nabi Saw. seringkali tidur dalam keadaan junub dan tidak menyentuh air.” (HR. Baihaqi)

Baihaqi menshahihkan hadits ini.

Tetapi hadits ini didhaifkan oleh sejumlah imam ahli hadits. Mereka menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan Abu Ishaq dari al-Aswad dari Aisyah, padahal Abu Ishaq tidak mendengar hadits ini dari al-Aswad. Akan tetapi Baihaqi berkata: Sesungguhnya Abu Ishaq menjelaskan bahwa dia mendengar hadits dari al-Aswad. Dia menambahkan: Menurut kami hadits at-Tsauri dari Abu Ishaq dari al-Aswad adalah shahih. Sehingga hadits ini bisa diamalkan.

Hadits-hadits ini tidak menyebutkan wudhu dan mandi untuk mengulangi persetubuhan, atau ketika mau tidur, atau mau makan dan minum, tetapi yang lebih baik sebelum melakukan beberapa aktivitas tersebut hendaknya seseorang berwudhu seperti wudhu yang dilakukannya ketika akan shalat. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwasanya dia berkata:

“Adalah Rasulullah Saw. jika ia sedang junub lalu ingin makan atau tidur, maka beliau Saw. berwudhu seperti halnya wudhu untuk shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Qais bahwasanya dia berkata:

“Aku bertanya kepada Aisyah tentang witir Rasulullah Saw., lalu dia menceritakan hadits ini: Aku berkata: Bagaimana yang dilakukan beliau Saw. saat sedang junub? Apakah beliau Saw. mandi sebelum tidur, ataukah tidur sebelum mandi? Aisyah berkata: Setiap dari keduanya itu seringkali dilakukan Rasulullah saw. Kadangkala beliau Saw. mandi lalu tidur, dan kadangkala pula beliau Saw. berwudhu lalu kemudian tidur. Aku berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan keluasan dalam urusan ini.” (HR. Muslim)

Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Said al-Khudri bahwasanya dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian mendatangi (menyetubuhi) isterinya, kemudian ingin (menyetubuhinya) kembali, maka hendaknya dia berwudhu.” (HR. Muslim, Ahmad dan para penyusun kitab as-Sunan)

Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya dia berkata:

“Umar bertanya kepada Nabi Saw. apakah seseorang dari kami boleh tidur sedangkan dia dalam keadaan junub? Maka Nabi Saw. berkata: “Iya, jika dia berwudhu.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan para penyusun kitab as-Sunan)

Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar dari Umar ra.:

“Bahwasanya dia bertanya kepada Rasulullah Saw.: Apakah salah seorang dari kami boleh tidur sedangkan dia dalam keadaan junub.? Beliau Saw. berkata: “Dia (boleh) tidur dan berwudhu jika dia mau.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

Semua hadits ini beberapa kali menyebutkan Rasulullah Saw. makan, padahal beliau Saw. dalam keadaan junub. Beliau Saw. tidak lebih hanya mencuci tangannya saja, dan kadangkala pula dalam kesempatan yang lain beliau Saw. makan, padahal dalam keadaan junub setelah beliau Saw. berwudhu seperti wudhu yang dilakukannya untuk shalat. Hal ini menunjukkan bahwa seorang Muslim berhak memilih, antara berwudhu dan tidak berwudhu. Ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar di atas yang menyebutkan:

“Dan berwudhu jika dia mau.”

Selain itu, Rasulullah Saw. memerintahkan orang yang junub berwudhu terlebih dahulu ketika ingin mengulang persetubuhan. Dan beliau Saw. sendiri melakukannya dalam beberapa kesempatan, tetapi dalam beberapa kesempatan yang lain beliau Saw. mengulang persetubuhan tanpa berwudhu.

“(Beliau Saw.) menyetubuhi isterinya di permulaan malam, kemudian beliau Saw. tidur dan tidak menyentuh air. Ketika bangun di penghujung malam beliau Saw. kembali menyetubuhi isterinya.”

Kami katakan dianjurkan (mustahab), karena wudhu itu sendiri hukumnya mandub (sunah) dalam berbagai kondisi. Selama hukum wudhu itu mandub maka dalam kondisi junub pun mandub hukumnya. Ini tentunya selain wudhu yang wajib. Orang yang junub dibolehkan makan, minum, mengulang persetubuhan, tidur tanpa berwudhu, tetapi jika dia berwudhu maka itu lebih baik dan lebih utama.

Bacaan: Tuntunan Thaharah Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka Thariqul Izzah

(Artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam