Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 03 Juli 2017

Pesantren Nuu Waar AFKN Pencetak Dai-Daiah Pembawa Perubahan



Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN, Setu, Bekasi, Jawa Barat

Suasana gembira menyelimuti Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN, ratusan santri berkumpul di lapang utama untuk menyaksikan 90 kakak kelas mereka diwisuda, Ahad (13/3) di Pondok Pesantren Nuu Waar, Setu, Bekasi Jawa Barat. Wisuda dimulai pada pukul 07.30 dengan ditandai kehadiran dewan senat santri yang diketuai Ustadz MZ Fadzlan Garamatan ke atas panggung. Serta, dengan resmi membuka acara wisuda santri ke-28 itu. Seusai sambutan, ada ceramah umum oleh Sekjen Aliansi Cinta Keluarga Indonesia (ALIA) Rita Subagyo. Dan juga, sambutan dari ketua senat yang juga sebagai Ketua Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN).

Usai itu setiap santri bergiliran ke panggung untuk menerima sertifikat kelulusan dan cinderamata yang diserahkan dewan senat santri Ponpes Nuu Waar AFKN. Raut kegembiraan sangat tampak pada wajah para santri yang telah lulus dari Ponpes Nuu Waar. Setelah sekian lama mereka menempuh pendidikan yang jauh dari kampung halaman mereka di Nuu Waar (Irian Jaya).

Namun kegembiraan itu, sontak terhenti berganti tangis saat dua perwakilan santri menyampaikan sambutan. Dua Perakilan ini menyampaikan rasa terima kasih dan perasaan bangganya dapat menikmati pendidikan di AFKN. Berpisah dari keluarga bertahun-tahun untuk meraih impian mereka dalam bidang pendidikan.

Dan mereka pun kembali tegar saat bersama-sama membacakan ikrar. "Kami berjanji kepada Allah SWT untuk menjadi dai-dai muda yang akan membawa perubahan dalam masyarakat di pedalaman Nuu Waar!" ujar para wisudawan berikrar serentak.

Usai acara, Humas AFKN Ahmad Damanik menyampaikan pernyataannya. ”Ini merupakan wisuda bagi sekitar 90 santri AFKN yang telah menyelesaikan sarjana bidang keguruan, kebidanan dan keperawatan, ilmu teknik sipil, dan komunikasi," ujarnya kepada Media Umat.

Sebelum kegiatan wisuda ini dilakukan, lanjut Damanik, para santri yang telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi masing-masing harus mengikuti pembekalan berupa ilmu Al-Qur’an, hadits, akidah, dan berbagai keterampilan yang diikuti selama enam bulan. Setelah lulus dari ujian materi-materi yang telah diberikan mereka pun diwisuda. Semuanya adalah santri AFKN yang berasal dari Nuu Waar.

Setelah selesai proses wisuda, mereka akan dikembalikan ke kampung halaman masing-masing. Mereka harus mengaplikasikasikan ilmu yang telah mereka dapat selama masa pendidikan untuk masyarakat di pedalaman Nuu Waar. ”Sementara dengan bekal selama di Ponpes Nuu Waar mereka juga diharuskan berdakwah atau menjadi penggerak dakwah Islam di kampung masing-masing," ujarnya.

Sejarah

Sudah puluhan tahun, AFKN menampilkan kiprahnya dalam bidang dakwah, sosial, dan pendidikan untuk masyarakat pedalaman Nuu Waar. "Dalam bidang pendidikan, AFKN membawa anak-anak Nuu Waar yang dhuafa untuk kami fasilitasi pendidikan secara gratis di pulau Jawa," beber Damanik.

AFKN pun bekerja sama dengan beberapa pesantren yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi untuk menampung mereka dan memberikan pendidikan secara baik. Sebagian lainnya, kami membina mereka dengan menumpang/sewa rumah-rumah warga yang ada di daerah Pondok Hijau Permai, Kota Bekasi. Namun dengan bertambahnya santri, masyarakat merasa terganggu. Keadaan ini mendorong AFKN untuk segera mencari lahan yang cukup kondusif untuk membangun pondok pesantren. Maka didapatkan seperti sekarang ini di RT 02 RW 06 Kampung Bunut, Desa Tamansari, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi.

”Mengapa pesantern Nuu Waar ini dibangun di Bekasi? Lokasi Bekasi yang notabene tak jauh dari Jakarta sangat memudahkan pengurus untuk membawa orang-orang berilmu hadir memberikan semangat di hadapan santri. Sehingga para santri bisa mendapatkan tambahan wawasan yang memadai," aku Damanik.

Di lahan seluas 5 hektar ini, AFKN mencoba menyelenggarakan proses kaderisasi kepada para santri melalui kegiatan pendidikan hafalan Al-Qur’an, hadits, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan juga pelajaran umum lainnya. Saat ini, proses pembinaan difokuskan dari mulai anak-anak.

Pondok pesantren ini resmi mulai dibangun pada tahun 2010 secara bertahap dengan bantuan dari umat Islam di Indonesia. Saat ini telah berdiri di lahan ini dua asrama putri, 1 asrama putra, aula, ruang belajar sementara, dapur umum dan tempat makan, rumah pengajar. "Insya Allah, ke depan ini kami tengah membangun Masjid Nuu Waar di area Komplek Ponpes Nuu Waar,” ujarnya.

Pesantren ini didirikan oleh AFKN di bawah pimpinan Ustadz M Zaaf Fadzlan Rabbani Garamatan. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Mudir Ponpes Nuu Waar, Ustadz Ahmad Husein Dahlan.

Ponpes yang saat ini jumlah santrinya sekitar 500 orang, ditekankan mempersiapkan generasi Muslim Nuu Waar yang dapat menguasai ilmu agama dan ilmu umum. Mereka bisa kuat secara akidah dan mempunyai wawasan integrasi yang kuat. Sehingga mereka dengan Islamnya, menjadi pengokoh perekat Nuu Waar (Irian Jaya) dengan Indonesia. []joko prasetyo

Ustadz MZ Fadzlan Garamatan, Ketua Yayasan Al-Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN)

Melawan Kebodohan Dengan Dakwah

Ustadz Fadzlan Garamatan tidak setuju, keterbelakangan dan kebodohan masyarakat Nuu Waar (Irian Jaya) dipelihara bahkan dijadikan obyek wisata. Maka lelaki asli Nuu Waar yang lahir dari keluarga Muslim, 17 Mei 1969 di Patipi, Fak-Fak tersebut melakukan perlawanan dengan cara berdakwah.

Ketika dakwah di pedalaman Nuu Waar semakin membuahkan hasil, ia mendirikan Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (1999). Melalui lembaga sosial dan pembinaan sumber daya manusia ini, Fadzlan lebih terorganisir dalam mengenalkan Islam kepada masyarakat Nuu Waar sampai ke pelosok. Dia pun mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada, mencarikan kesempatan anak-anak setempat mengenyam pendidikan di luar Nuu Waar.

Ia tidak setuju kalau orang-orang Nuu Waar dibiarkan tidak berpendidikan, telanjang, mandi hanya tiga bulan sekali dengan lemak babi, dan tidur bersama babi. Semua penghinaan itu hanya karena alasan budaya dan pariwisata.

Berkat dakwahnya sekitar 30 tahun, Fadzlan Garamatan bersama AFKN telah mengislamkan lebih dari 220 suku di Papua. Mereka semua kini sudah wangi, mandi dua kali sehari dan tidak pernah pakai minyak babi lagi. Bahkan para Muslimah Nuu Waar pun dengan anggun mengenakan kerudung dan jilbab. Ketika ditanya Fadzlan, apakah mau memakai yokal dan sali lagi (pakaian adat Papua terbuat dari rumput yang hanya menutupi di bawah pusar sampai lutut), mama-mama dan nona-nona yang sudah memeluk Islam pun tersipu malu sembari menggelengkan kepala.

“Kasihan deh wanita-wanita “modern” di kota kota besar, baru mulai belajar telanjang dengan pakaian yang minim. Kami sudah berpengalaman bertahun-tahun dan baru mulai belajar memakai pakaian yang lebih bermartabat," ujar Fadzlan menyindir para Muslimah di perkotaan yang tidak mau menutup aurat dengan sempurna.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 171
---

SMS/WA Berlangganan Tabloid Media Umat: 0857 1713 5759

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam