Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 30 Juni 2017

Ancaman Kesehatan Wanita



Wanita dalam ancaman kesehata, fisik maupun jiwa. Hasil penelitian dari US Advisory Board Company menunjukkan bahwa 62 persen dari wanita dinilai kurang memperhatikan kesehatannya karena rutinitas kesibukannya. Dilaporkan pula 77 persen tidak tahu apa yang harus dilakukan agar tetap sehat. Hal itu tentu mengurangi kualitas hidupnya.

Nah, salah satu yang menjadi sorotan pada peringatan Hari Kesehatan Sedunia (HKS) awal April lalu adalah kesehatan jiwa. Tema global tahun ini "Depression: Let's Talk," dengan tema nasional: ”Depresi: Yuk Curhat!” Kesehatan jiwa menjadi perhatian karena termasuk silent killer. Kerap diabaikan sebagai pengganggu kualitas hidup, padahal bisa menyebabkan kematian. Bunuh diri misalnya.

Stres Fisik

Gaya hidup sekuler kapitalis menebar penyakit mematikan yang mengancam kesehatan wanita. Pergaulan bebas, menjadi pemicu penyakit kanker serviks yang menjadi pembunuh nomor satu bagi wanita. Selanjutnya, penyakit HIV/Aids yang juga kerap ditularkan pada wanita oleh pasangannya.

Sementara itu, dunia kecantikan dengan segala kehebohannya juga mengancam kesehatan wanita. Seperti penggunaan kosmetik berbahaya yang menjanjikan kecantikan instan: produk pemutih, pembesar (maaf) payudara, pemutih gigi, pelentik bulu mata, dsb. Juga aneka jenis perawatan tubuh yang tidak aman seperti program pelangsingan ekstrim, sedot lemak, operasi plastik, pemancung hidung, dsb.

Makanan-makanan yang konon mempercantik wanita dari dalam, juga mengancam kesehatan wanita. Seperti vitamin peluntur lemak, bubuk saset pemulus kulit, pencerah wajah, dll. Ditambah lagi kuliner ekstrim, makanan instan dan junk food yang juga menjadi bagian gaya hidup masa kini, kian mengancam kesehatan.

Stres Jiwa

Sementara itu, tak kalah bahaya adalah ancaman gangguan kesehatan jiwa pada wanita. Seperti kita ketahui, wanita memiliki perasaan lebih peka sehingga mudah stres. Masalah apapun menjadi beban pikiran. Walau sekadar candaan tidak nyambungnya warna baju dan kerudung, bisa bikin tekanan jiwa.

Nah, gaya hidup sekuler-kapitalis, lagi-lagi memicu depresi jiwa. Kegagalan wanita dalam menampilkan stereotype cantik ala Barat, seperti tubuh tinggi, langsing, hidung mancung, kulit mulus, dll, memicu stres. Betapa banyak wanita rendah diri karena merasa tidak cantik. Stres memikirkan pendapat orang lain tentang penampilan dirinya. Lalu stres memikirkan biaya perawatan demi cantik.

Budaya media sosial yang selalu menampakkan gaya hidup glamour dan serba indah, juga memperparah kondisi psikis wanita. Ada rasa iri, merasa tidak seberuntung teman-temannya yang begitu eksis di media sosial. Ada rasa frustasi, mengapa tidak bisa sekaya mereka.

Wanita yang sudah menikah menjadi istri atau ibu bagi anak-anaknya, tak juga lepas dari stres. Bahkan bertambah-tambah merasakan beratnya beban kehidupan. Lagi-lagi, disebabkan sistem hidup sekuler-kapitalis yang menghimpit beban. Sistem ekonomi yang tidak menyejahterakan, sistem pendidikan yang tidak mencerdaskan, sistem sosial yang merusak moral, sistem kesehatan yang menyakitkan, menambah beban rumah tangga.

Stres Sosial

Sejatinya, memang tak hanya wanita yang mengalami stres berat. Depresi bukan hanya menyerang secara individualistik, melainkan sudah menjadi fenomena massal. Artinya, gangguan kejiwaan telah mengancam masyarakat komunal. Mulai anak-anak hingga dewasa dilanda stres. Anak-anak hingga dewasa, pria maupun wanita mengalaminya. Maraknya bunuh diri, tawuran, kekerasan dalam rumah tangga, kesurupan, itulah stres sosial.

Makin banyak orang yang mudah tersinggung, mengamuk, dan agresif. Juga mudah menyerah dan putus asa. Termasuk meluasnya penggunaan narkoba untuk pelarian dari tekanan jiwa, menunjukkan depresi individual maupun massal serta yang terselubung makin serius di masyarakat.

WHO memperkirakan, 4 persen dari populasi mengalami depresi. Depresi yang berlarut-larut, mengantarkan pada bunuh diri. Menurut WHO, tiap tahun terjadi bunuh diri hampir 800.000 kematian. Artinya, setiap 40 detik, seseorang bunuh diri (kemenkes.go.id).

Solusi Personal

Depresi dapat terjadi pada siapapun, usia berapapun. Dan tidak banyak yang menyadarinya. Sebab, depresi seringkali dianggap sekadar perubahan suasana hati (mood). Padahal, depresi merupakan real disease atau masalah kesehatan yang nyata. Gejalanya antara lain, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, perasaan bersalah atau tidak berguna, lelah berkepanjangan, bahkan pemikiran menyakiti diri sendiri.

Termasuk Muslimah, mustahil menghindari masalah. Sebagai manusia biasa, depresi mungkin saja terjadi. Secara personal, kenali pemicunya. Jika penyebabnya karena beban pekerjaan yang terlalu berat, berhentilah. Kurangilah atau berbagilah. Jika penyebabnya hubungan dengan sesama, komunikasilah. Curhatlah dengan orang yang tepat.

Termasuk, jika media sosial malah membuat stres karena memunculkan perasaan tidak menyenangkan, seperti iri, kesalahpahaman, lebih baik tidak usah punya akun. Sudahlah rugi waktu, rugi kuota, eh, bikin sengsara.

Masalah harus dihadapi dengan benteng iman dan takwa. Sabar, ikhlas dan tawakal. Allah SWT berfirman yang artinya: ”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang , dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sdngkanya” (TQS. Ath-Thalaaq:2-3).

Tancapkan keyakinan bahwa setiap permasalahan tidak lain sebagai ujian keimanan. Apabila kita sabar dan menjalaninya dengan baik, insya Allah lolos dalam ujian tersebut sehingga keimanannya meningkat. Karena setiap orang beriman akan diuji Allah. Allah SWT berfirman: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (TQS. Surat Al-Baqarah: 155).

Jangan Stres Berjuang

Selain personal, stres hanya bisa diatasi secara sistem jika sekulerisme-kapitalis yang menjadi pemicunya dilengserkan. Ganti dengan sistem Islam yang mengatur kehidupan dengan tatanan terbaiknya. Tegakkan sistem politik, ekonomi, hukum, sosial-budaya, pendidikan dan kesehatan yang adil dan menyejahterakan. Bangkitkan peradaban Islam yang gemilang.

Maka, jangan stres memperjuangkan khilafah. Karena hanya Khilafah Islamlah yang mampu mewujudkan kehidupan sosial yang sehat, sehingga menyehatkan pula jiwa dan raga manusia-manusia di dalamnya. Dengan begitu, ancaman kesehatan wanita juga bisa diminimalkan, bahkan dihilangkan. []kholda

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 195
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam