Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 21 Juli 2017

Makna Dzikir Dan Keutamaan Dzikir



Kedua: Dzikir-dzikir yang Diucapkan Setelah Shalat

Dzikir memiliki beberapa makna. Kadang dzikr dimaknai sebagai al-Qur’an yang mulia, sebagaimana dalam firman-Nya:

“Demikianlah (kisah 'Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (ke-Rasulannya) dan (membacakan) al-Qur’an yang penuh hikmah.” (TQS Ali Imran [3]: 58)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (TQS. al-Hijr [15]: 9)

Kadangkala dipahami sebagai kitab-kitab para Nabi terdahulu, seperti firman-Nya:

“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah ad-Dzikr, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.” (TQS. al-Anbiya [21]: 105)

Ad-Dzikr di sini artinya adalah Taurat.

Dan seperti firman-Nya:

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (tentang Nabi dan kitab-kitab) jika kamu tidak mengetahui.” (TQS. an-Nahl [16]: 43)

Kadang dzikir dipahami sebagai as-syarf (kemuliaan) dan keluhuran, sebagaimana firman-Nya:

“Dan sesungguhnya al-Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.” (TQS. az-Zukhruf [43]: 44)

Kadangkala dipahami sebagai shalat, seperti firman Allah Swt.:

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah, dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (TQS. al-Jumu’ah [62]: 9)

Kadang dipahami sebagai ad-din, sebagaimana firman-Nya:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (TQS. Thaha [20]: 124)

Makna asal dzikir adalah mendatangkan. Mendzikirkan sesuatu berarti mendatangkan sesuatu. Mendatangkan itu bisa di dalam benak, dan bisa pula dilafalkan dengan lisan. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“Allah azza wa jalla berfirman: Aku berada sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku dalam satu kumpulan maka Aku mengingatnya dalam satu kumpulan yang lebih baik daripada kumpulan mereka...” (HR. Muslim dan Ahmad)

Makna dzikir inilah yang popular dan masyhur, dan banyak disebut dalam al-Qur'an. Firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS. al-Ankabut [29]: 45)

“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (TQS. an-Nisa [4]: 142)

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” (TQS. an-Nisa [4]: 102)

Masih banyak lagi ayat lainnya. Makna terakhir untuk dzikir adalah istihdhar, dan makna awalnya adalah al-Qur'an. Dalam pembahasan topik ini, keduanya itulah yang dilakukan ketika selesai shalat.

Al-Qur'an telah mendorong kita untuk senantiasa berdzikir kepada Allah. Banyak ayat yang mendorong kita untuk memperbanyak dzikir. Allah Swt. berfirman:

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu.” (TQS. al-Baqarah [2]: 200)

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya, serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (TQS. Ali Imran [3]: 41)

“Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh, dan banyak menyebut Allah.” (TQS. As-Syu’ara [26]: 227)

“Supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau.” (TQS. Thaha [20]: 33-34)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS al-Ahzab [33]: 21)

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (TQS. al-Ahzab [33]: 41)

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi. Dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (TQS. al-Jumu’ah [62]: 10)

Rasulullah Saw. telah menganjurkan dzikrullah, dan mendorong (untuk melakukan)-nya dengan berbagai keutamaan memperbanyak dzikrullah. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:

“Adalah Rasulullah Saw. berjalan di jalanan Makkah, lalu beliau melewati sebuah bukit yang disebut Jumdan, dan beliau berkata: “Berjalanlah kalian, ini adalah Jumdan, dan al-mufarridun telah (melewatinya) terlebih dahulu.” Para sahabat bertanya: “Apakah al-mufarridun itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: 'Orang-orang yang banyak berdzikir pada Allah dari kalangan laki-laki dan perempuan” (HR. Muslim)

Tirmidzi meriwayatkan hadits ini, di dalamnya disebutkan:

“Beliau Saw. berkata: Orang-orang yang sangat menyukai dan memperbanyak dzikrullah, di mana dzikir telah melepaskan beban berat dari diri mereka, sehingga mereka datang pada Hari Kiamat dalam keadaan ringan.”

Ahmad telah meriwayatkan hadits ini, dan di dalamnya disebutkan:

“Beliau Saw. berkata: Orang-orang yang memperbanyak dzikrullah.”

Dzikrullah memiliki kedudukan dan derajat yang tinggi. Sebelumnya telah disebutkan firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS. al-Ankabut [29]: 45)

Ayat tersebut ditafsirkan bahwa dzikrullah itu lebih besar pengaruhnya dalam mencegah perbuatan keji dan munkar daripada shalat. Dari Abu Darda ra., ia berkata: Nabi Saw. bersabda:

“Tidakkah aku beritahukan kepada kalian tentang amal kalian yang paling baik dan paling bersih di sisi Tuhan kalian dan paling tinggi derajatnya, bahkan lebih baik bagi kalian daripada menginjakkan emas dan waraq, dan lebih baik bagi kalian daripada kalian bertemu dengan musuh kalian lalu kalian memenggal leher mereka dan mereka pun memenggal leher kalian? Para sahabat menjawab: “Ya.” Beliau berkata: “(Yaitu) mengingat Allah.” (HR. Tirmidzi dan Malik)

Dzikir itu bisa berupa istighfar (mohon ampunan), bisa berupa isti'adzah (mohon perlindungan), dan bisa juga berupa tasbih, tahmid, takbir dan tahlil, serta bisa berupa membaca al-Qur’an dan memanjatkan do'a. Kami akan membahas satu-persatu secara rinci.

Sumber: Tuntunan Shalat Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka Thariqul Izzah

(Artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam