Bab: Sifat Shalat
Sub-bab:
Sujud:
Bentuknya dan Dzikir Di dalamnya
…
Kita melangkah pada
dzikir dan doa dalam sujud. Kami katakan: bahwa terdapat sejumlah bentuk dzikir
yang bisa kita gunakan. Yang paling terkenal dan paling utama adalah “subhaana rabbiyal a'la” (Maha Suci Tuhanku
yang maha luhur) tiga kali, dan disunahkan untuk mengambilnya dan
mengutamakannya atas bentuk-bentuk doa yang lainnya. Tidak ada halangan untuk
mengucapkan bentuk lainnya setelah ucapan “subhaana
rabbiyal a'la” (Maha Suci Tuhanku yang maha luhur) tiga kali, karena
menghimpun antara dua bentuk doa atau lebih –di sini- adalah boleh-boleh saja.
Kami telah menyebutkan dalam pembahasan “ruku’:
bentuk dan dzikir di dalamnya” tiga hadits tentang ucapan “subhaana rabbiyal a'la” (Maha Suci Tuhanku
yang maha luhur) dalam sujud, sehingga kami tidak akan mengulangnya. Ada
perintah untuk mengucapkan bentuk ini, tetapi tidak ada perintah untuk
mengucapkan selainnya. Selain bentuk ini hanya berasal dari perbuatan Nabi Saw.
saja, sehingga perintahnya lebih didahulukan daripada perbuatannya.
Sekarang kami akan
menyebutkan sejumlah bentuk doa tersebut:
a. Maha Suci dan Maha
Qudus Tuhan Sekalian malaikat dan ruh
b. Maha Suci Tuhan
yang memiliki kekuasaan, kerajaan, kebesaran dan keagungan.
c. Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung pada ridha-Mu dari kemarahan-Mu, dan aku berlindung
pada kemaafan-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, di mana
aku tidak bisa menyanjungkan pujian kepada-Mu dengan pujian sebagaimana Engkau
memuji diri-Mu sendiri.
d. Ya Allah, ampunilah
aku atas segala dosaku, baik yang kecil ataupun yang besar, yang awal ataupun
yang akhir, dan yang terang ataupun yang tersembunyi.
e. Ya Allah,
jadikanlah cahaya ada di dalam hatiku, cahaya ada dalam lidahku, cahaya ada
dalam pendengaranku, cahaya ada dalam penglihatanku, cahaya ada di belakangku,
cahaya ada di depanku, cahaya ada di atasku, cahaya ada di bawahku, dan cahaya
ada untukku, dan agungkan aku dengan cahaya.
f. Ya Allah, kepada-Mu
aku bersujud, kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu aku berserah diri, wajahku
bersujud kepada Dzat yang menciptakannya, memberikan dan membaguskan rupanya,
lalu memberikan pendengarannya dan penglihatannya, dan Maha Suci Allah Dzat
sebaik-baiknya Pencipta.
Selain itu, ada
doa-doa sujud lainnya yang juga diucapkan oleh Rasulullah Saw. dalam sujudnya,
maka bagi siapa saja yang ingin menelaahnya lebih jauh dipersilakan untuk
mencarinya dalam kitab-kitab hadits.
Adapun dalil-dalil
atas keenam bentuk doa ini, maka untuk dua bentuk pertama (a dan b) semuanya
telah disebutkan dalam pembahasan “ruku’: bentuk dan dzikir di dalamnya”,
sehingga kami tidak perlu mengulangnya khawatir terlalu bertele-tele
menyebutkannya, sehingga kami persilahkan Anda untuk mengulangnya kembali di
sana. Kami sebutkan dalil-dalil bentuk doa lainnya sesuai urutan yang kami
sebutkan di atas:
1) Dari Aisyah ra. ia
berkata:
“Pada suatu malam aku
tidak menemukan Rasulullah Saw. di atas tempat tidur, lalu aku mencarinya
dengan tanganku. Kedua tanganku membentur bagian dalam telapak kakinya, dan
keduanya dalam posisi tegak. Lalu aku mendengar beliau Saw. berdoa: “Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada ridha-Mu dari kemarahan-Mu, dan aku
berlindung pada kemaafan-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu
dari-Mu, di mana aku tidak bisa menyanjungkan pujian kepada-Mu dengan pujian
sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban
dan an-Nasai)
“Ya Allah, ampunilah
aku atas segala dosaku, baik yang kecil ataupun yang besar, yang awal ataupun
yang akhir, dan yang terang ataupun yang tersembunyi.” (HR. Abu Dawud, Ibnu
Hibban dan Ibnu Khuzaimah)
“Aku menginap di rumah
bibiku, Maimunah, lalu aku memperhatikan bagaimana beliau Saw. melakukan shalat
-dan dia menyebutkan sejumlah perbuatan Rasulullah Saw.- kemudian keluar untuk
shalat dan beliau Saw. pun bershalat. Beliau Saw. mengucapkan dalam shalatnya
atau dalam sujudnya: ”Ya Allah, jadikanlah cahaya ada di dalam hatiku, cahaya
ada dalam pendengaranku, cahaya ada dalam penglihatanku, cahaya ada di
belakangku, cahaya ada di depanku, cahaya ada di atasku, cahaya ada di bawahku,
dan jadikanlah cahaya untukku.” Atau ia berkata: “Dan jadikanlah aku cahaya.”
(HR. Muslim)
“Dan dia berkata: “Dan
agungkanlah aku dengan cahaya.” Dan tidak menyebut: “Dan jadikanlah aku
cahaya.”
Sehingga di dalamnya
ada tambahan, yakni “dan agungkanlah aku dengan cahaya.” Tambahan seperti ini
boleh-boleh saja dan diterima. Dalam riwayat Muslim lainnya dari jalur Ibnu
Abbas ditemukan:
“Ya Allah, jadikanlah
cahaya ada di dalam hatiku, ada dalam lisanku…”
Di mana di dalamnya
ada tambahan: “ada dalam lisanku”.
Yang harus
diperhatikan bahwa susunan redaksi doa ini bukanlah satu kemestian, di mana
riwayat-riwayat Muslim ini tidak memiliki satu macam redaksi. An-Nasai juga
meriwayatkan dengan redaksi seperti ini:
“Kemudian beliau
berdiri dan melaksanakan shalat, seraya mengucapkan dalam sujudnya: “Ya Allah,
jadikanlah cahaya ada di dalam hatiku, jadikanlah cahaya ada dalam
pendengaranku, jadikanlah cahaya ada dalam penglihatanku, jadikanlah cahaya ada
di belakangku, jadikanlah cahaya ada di depanku, jadikanlah cahaya ada di
atasku, jadikanlah cahaya ada di bawahku, dan jadikanlah cahaya untukku, dan
agungkanlah aku dengan cahaya.” Kemudian beliau tidur, lalu Bilal datang dan
membangunkannya untuk shalat.”
“…Jika bersujud beliau
mengucapkan: “Ya Allah, kepada-Mu aku bersujud, pada-Mu aku beriman, dan
kepada-Mu aku berserah diri, wajahku bersujud pada Dzat yang menciptakannya,
memberikan dan membaguskan rupanya, lalu memberikan pendengarannya dan
penglihatannya, dan Maha Suci Allah sebagai sebaik-baiknya Pencipta…” (HR.
Ahmad)
Redaksi doa ini tidak
menjadi satu kemestian, sebab an-Nasai telah meriwayatkan redaksi doa yang
berbeda dengan hadits Ahmad yakni:
“Ya Allah, kepada-Mu
aku bersujud, kepada-Mu aku berserah diri, dan kepada-Mu aku beriman. Wajahku
bersujud pada Dzat yang menciptakannya, memberikan dan membaguskan rupanya,
lalu memberikan pendengarannya dan penglihatannya, dan Maha Suci Allah Dzat sebaik-baiknya
Pencipta.”
Inilah sejumlah tasbih
dan doa yang ma’tsur. Kadar
pengulangannya dalam satu kali sujud, minimal diucapkan tiga kali. Walaupun
begitu, jika diucapkan sekali atau dua kali saja maka itu sah-sah saja, tetapi
dengan keutamaan yang berkurang pula. Tidak ada batasan maksimal dalam
pengulangannya, terutama ketika shalat munfarid.
Imam hendaknya bertasbih dengan ukuran yang tidak memberatkan dan tidak
menyulitkan bagi para makmumnya. Jika dia bertasbih tujuh tasbih maka itu
adalah baik, hal ini agar memungkinkan para makmum mengulang tasbih tiga kali
dengan perlahan tanpa tergesa-gesa, terlebih lagi jika ada di antara mereka
yang pelan dalam pengucapan dan ada juga yang sakit. Karena itu, sikap lemah
lembut dan kasih sayang sangat dituntut. Tidak boleh lebih dari sepuluh kali
tasbih, karena bisa mengakibatkan munculnya kesulitan bagi orang yang lemah di
antara mereka. Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
“Jika salah seorang
dari kalian berdiri shalat mengimami orang-orang, maka hendaklah dia
meringankan shalatnya, karena di antara mereka ada orang tua dan ada yang
lemah. Dan jika berdiri shalat sendirian maka hendaklah dia memanjangkan
shalatnya sekehendaknya.” (HR. Muslim)
Sebelumnya telah
disebutkan hadits Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam pembahasan
“ruku’: bentuknya dan dzikir di dalamnya”, di mana disebutkan:
“Maka kami
memperkirakan dalam ruku'nya dia membaca sekitar sepuluh tasbih, dan dalam
sujudnya sepuluh tasbih.”
Al-Qur’an tidak boleh
dibaca di dalam sujud, sama seperti di dalam ruku', karena adanya larangan.
Hadits-hadits tentang perkara ini telah kami sebutkan: dua hadits yang
diriwayatkan Malik dan Muslim dari jalur Ali bin Abi Thalib ra., dan yang
ketiga adalah hadits yang diriwayatkan Ahmad dari jalur Ibnu Abbas ra. Oleh
karena itu kami tidak akan mengulangnya. Silahkan Anda menelaahnya kembali
dalam pembahasan “ruku’: bentuknya dan dzikir di dalamnya”.
…
Bacaan: Tuntunan
Shalat Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka
Thariqul Izzah
(Artikel ini tanpa
tulisan Arabnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar