Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 10 Juni 2017

Yayasan Irena Center tempat Berlabuhnya Para Mualaf



Betapa hancurnya hati seorang mualaf ini melihat kekasihnya yang seorang Muslim sejak lahir dipergokinya berselingkuh dengan perempuan lain. Padahal masih terbayang, ketika dirinya mengucap dua kalimat syahadat tiga bulan sebelumnya mendapat penentangan keras dari orangtua bahkan diancam untuk dibunuh, tetapi sang pujaan kini malah berpaling.

Sumpah serapah bukan hanya dialamatkan kepada lelaki tersebut tetapi agama Islam -yang sebenarnya mengharamkan pacaran apalagi selingkuh- diseret-seret. Bahkan puncaknya gadis ini ingin kembali ke agama Kristen. Untung saja temannya membujuk untuk menunda keputusan tersebut dan sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu ke Yayasan Irena Center.

Setelah turut menangis mendengar curhatan gadis tersebut, Pimpinan Irena Center Ustadzah Irena Handono berkata ”Alhamdulillah”. Gadis itupun bertanya mengapa malah bersyukur. "Karena lelaki itu bukanlah jodoh yang pantas buat kamu! Yakinlah Allah memberikan jodoh yang jauh lebih baik dari orang itu," jawab Irena yang kemudian langsung menjelaskan akidah Islam yang berlandaskan tauhid.

Dan masuk Islam semestinya semata-mata karena menerima kebenaran akidah dan ajarannya, bukan karena lelaki yang dicintainya atau motif apapun. Jadikanlah cinta kepada Allah di atas segala-galanya. Kemudian secara rutin gadis itu mengikuti pembinaan mualaf untuk memperkokoh iman.

Selain gadis itu, Irena Center kerap didatangi oleh mualaf lainnya dengan berbagai masalah yang dihadapinya; mulai dari ancaman, penyiksaan, dan kehilangan harta bahkan nyaris kehilangan nyawa.

Kepada para mualaf yang datang, Irena kerap menyatakan Irena Center bukan lembaga keuangan. ”Saya tekankan kepada para mualaf dan juga yang lainnya. Irena Center adalah lembaga think tank, lembaga pemikiran, bukan lembaga keungan, jadi kalau untuk mencari uang bukan di sini tempatnya,” tegas Irena. Menurutnya, Irena Center fokus pada pembinaan mualaf yang diarahkan pada empat hal. Pertama, sterilisasi akidah dari pemahaman yang menodai fitrah. Kedua, sinkronisasi penyampaian pesan wahyu. Ketiga, stabilisasi menyampaikan ajaran Islam dengan metode dan cara penyampaian yang dapat dinalar dan diterima oleh hati nurani. Kelima, standarisasi pengamalan wahyu.

Memantapkan Akidah

Banyaknya orang yang masuk Islam patut disyukuri namun sayangnya, banyak mualaf yang kurang kokoh akidahnya lantaran pembinaannya tidak terstandarisasi. Contohnya ada yang hanya mengajarkan Buku Iqra. Iqra ini kan sebenarnya buku yang mengajarkan baca tulis huruf Hijaiyah, huruf Al-Qur’an. Belajar Iqra berarti masih belum belajar akidah Islam, belum belajar tentang Islam itu sendiri.

Ada juga yang hanya diajari bersuci, shalat dan puasa tetapi tidak dimantapkan akidahnya. Padahal yang sangat diperlukan mualaf adalah pemantapan akidah. "Sehingga mantap tidak ada keraguan sedikitpun merubah keyakinannya yang trinitas menjadi tauhid. Sehingga seperti Bilal, meski dicoba dengan kemiskinan dan siksaan seperti apapun tetap tidak goyah imannya,” ujar Irena.

Jadi kalau sekadar sampai tamat Iqra saja tidak cukup. Karena masalah mendasar secara kongkret, mualaf ini rata-rata Iemah dalam pemahaman Islamnya, kalau dia tidak mencari ilmu sendiri. Sehingga di antara mereka kemudian ada yang ingkar kembali, salah satunya seperti yang nyaris dilakukan seorang gadis yang disinggung di awal.

Latar belakang itulah yang membuat Irena yang sebelum masuk Islam adalah seorang biarawati, mengalami sulitnya mendapatkan pembinaan mualaf sehingga harus jungkir balik belajar sendiri. ”Maka saya berpikir, jangan deh pengalaman sulit yang saya alami terus berulang kepada mualaf-mualaf berikutnya," ujarnya menyebut salah satu latar belakang didirikannya Irena Center.

Maka, pada 27 Rajab 1425 H/ 12 September 2004 berdirilah yayasan, dimuat dalam akta Notaris No.1 tertanggal 4 Oktober 2004 dibuat di hadapan H Syarif Siangan Tanudjaya SH, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Berlokasi di Perumahan Taman Villa Baru Blok D/5 Pekayon Jaya, Bekasi.

Irena Center berasaskan Islam, bergerak dalam bidang dakwah Islam sebagai organisasi independen dan non-pemerintah. Sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang dakwah Islam, pada aktivitasnya Irena Center memprioritaskan pada bidang Kajian Perbandingan Agama dan kegiatan pembinaan umat Islam khususnya mualaf. Motto lembaga adalah Pembentengan Aqidah Ummat dan Pembinaan Mualaf.

Di awal berdirinya, mualaf yang datang bisa dihitung dengan jari. Namun saat ini, ada sekitar 500 mualaf yang tengah dibinanya. Menurutnya, mualaf itu hanya status sementara. Sehingga lamanya mualaf yang dibina Irena Center beragam waktunya.

”Bisa saja ada yang cukup cuma tiga bulan, setahun, ada juga yang sudah lima tahun tidak selesai-selesai jadi mualaf," ujarnya yang mengaku umumnya yang tingkat pendidikannya lebih tinggi lebih cepat meninggalkan status mualafnya.

Umumnya mualaf yang datang diantar oleh orang yang menolongnya. Dalam pembinaan, Irena melibatkan orang yang menolongnya tersebut. Di antaranya untuk membimbingnya shalat dan memberikan tempat bernaung untuk sementara. Karena tidak sedikit mualaf itu diusir oleh keluarga besarnya.

Karena semakin banyak mualaf yang datang dan orang yang menolongnya juga tak dapat menampung, akhirnya Irena berinisiatif membangun Pondok Pesantren Muallafah di Sentul Bogor. Pembangunannya pun bertahap sejak dua tahun lalu.

”Itu pondok bukan milik saya pribadi tetapi milik kita, umat Islam. Kita juga yang membangun ponpes itu, sekarang yang sedang dibangun adalah mushala dan gedung serba guna. Sedangkan yang belum dibangun adalah asrama untuk mualafah,” ujarnya. [] joko prasetyo

Hj Irena Handono, Pendiri Irena Center
Ustadzah Mantan Biarawati

Hj Irena binti Handono, dilahirkan di Surabaya tanggal 30 Juli 1954 dengan nama kecil Han Hoo Lie, kemudian menjadi Irena Handono. Hidup di lingkungan keluarga berada yang taat beragama Katolik di Surabaya Jawa Timur. Aktivitasnya di gereja mendorongnya terpilih sebagai Ketua Legio Maria. Lembaga Katolik lain yang pernah digelutinya adalah Biarawati, Seminari Agung (Institut Filsafat Teologia Katolik) dan Universitas Katolik Atmajaya Jakarta. Ketertarikan dan keterlibatanya secara sungguh-sungguh dalam dunia pemikiran khususnya perbandingan agama membuatnya dapat menerima cahaya kebenaran Islam.

Tahun 1983 Masjid Al-Falah, Surabaya menjadi saksi sejarah. Di hadapan KH Misbach seorang pahlawan dan Ketua MUI Jawa Timur saat itu dan disaksikan oleh seluruh jam'aah, Irena Handono berikrar masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak saat itu semua atribut dan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama sebelumnya ditanggalkan dan dihilangkan.

Jika sebelumnya adalah taat di atas nilai Katolik kini taat di atas nilai Islam. Hidupnya dipersembahkan dalam jalan dakwah, mengajak umat agar bangga menjadi Muslim dengan menjalankan semua perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Sempurnanya rukun Islam ditaati ketika pergi haji pada tahun 1992, kemudian menjadi pembimbing haji enam tahun kemudian.

Kesungguhanya dalam dakwah diwujudkan melalui beberapa lembaga yang bisa menyalurkan visi dan misi hidupnya, di antaranya ICMI, PITI, AL-Ma'wa (Pembina Mualaf) Surabaya, Pengasuh Majlis Ta'lim Al-Muhtadin Jakarta, Forum Komunikasi Lembaga Pembina Mualaf (FKLPM ), Forum Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi (FORGAPP), Lembaga Advokasi Muslim (LAM), Gerakan Muslimat Indonesia (GMI) dan (MAAI) Majlis Ilmuwan Muslimah se-Dunia Cabang Indonesia. Irena Center melengkapi semua lembaga yang pernah didukungnya. [] selly sety

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 141
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam