Istilah paranoid
lazimnya digunakan untuk seseorang yang mengalami gangguan mental. Paranoid
yang berasal dari bahasa Yunani kuno paranoia
muncul karena meyakini orang lain ingin membahayakan dirinya. Dikatakan
gangguan mental karena perilaku tersebut sifatnya irasional, menetap,
mengganggu dan membuat stres. Orang yang terkena gangguan paranoid akan
diliputi oleh kecemasan atau ketakutan yang berlebihan secara tidak rasional.
Julukan paranoid ini
bisa kita lekatkan pada Barat melihat sikap-sikap mereka terhadap umat Islam.
Ketakutan yang irasional telah memunculkan tindakan-tindakan yang irasional
pula. Tercermin bagaimana Barat melihat Islam sebagai ancaman bagi mereka. Di Australia
atas nama mencegah ideologi radikal (baca: Islam), siapapun siswa yang shalat
berjamaah akan dicatat dan laporannya diberikan kepada pemerintah NSW (New
South Wales) dalam program deradikalisasi.
Tindakan pemerintah
Australia ini mengikuti jejak pemerintah Inggris yang dikenal dengan program 'prevent' (pencegahan). Tujuannya mengalihkan
seseorang agar menjauh dari potensi radikal sejak dini. Di Inggris, program
kontra-ekstrimisme ini hanya dalam dua tahun mengidentifikasi 834 Muslim
Inggris dibawah usia 18 tahun yang berpotensi menjadi radikal. Seorang anak
kecil berusia tiga tahun pun menjadi korban dari sikap paranoid ini. Ia dipaksa
untuk ikut program 'prevent' karena
disebut-sebut sebagai calon radikal dan ekstrimis masa depan.
Sikap paranoid yang
sama ditunjukkan oleh Prancis. Atas nama menjaga sekulerisme, pemerintah
Perancis melarang penggunaan cadar di tempat umum dan kerudung bagi pelajar di
sekolah-sekolah umum. Tidak hanya itu, di negara yang membanggakan dirinya
sebagai negara paling demokratis ini, ribut soal pemberian menu makanan halal
sebagai alternatif daging babi di kafetaria sekolah-sekolah. Alasannya,
lagi-lagi mengancam sekulerisme Perancis. Sebelumnya seorang anak usia 8 tahun
diinterogasi polisi Prancis dengan tuduhan berkomentar mendukung terorisme.
Ketakutan itu jelas-jelas tidak rasional. Apa hubungannya shalat berjamaah,
memanjangkan jenggot, berkerudung atau makanan halal dengan terorisme?
Namun sikap paranoid
negara-negara Barat ini sekaligus menunjukkan kegagalan sistem kapitalisme
untuk berhadapan secara rasional dengan Islam. Kekalahan itu kemudian dialihkan
dengan kebijakan sanksi/hukuman atas nama melindungi sekulerisme. Bukankah selama
ini mereka menganggap demokrasi adalah sistem yang paling baik. Kenapa harus
takut berdialog dengan pemikiran-pemikiran Islam yang mengkritik kapitalisme?
Sikap paranoid ini
menunjukkan sikap hipokrit Barat. Mengklaim menjunjung tinggi kebebasan
beragama, tapi ketika umat Islam melaksanakan ajaran agamanya berkerudung,
berjenggot, shalat berjamaah dicurigai bahkan dilarang. Menyatakan kebebasan
berpendapat, namun membungkam kelompok-kelompok Islam yang mengkritik
kapitalisme dengan tuduhan mendukung ekstrimisme dan terorisme.
Sikap paranoid ini
tidak bisa dilepaskan dari keguncangan yang dialami sistem kapitalisme. Berbagai krisis ekonomi,
politik, dan sosial di Barat, telah membuat negara itu khawatir, masyarakat
dunia akan menjadikan Islam sebagai alternatif pilihan ideologi mereka.
Karena itu mereka perlu membangun stigma negatif terhadap ajaran Islam yang
sesungguhnya, dengan cara melakukan kriminalisasi dan monsterisasi. Merekapun
melakukan penyesatan politik dengan menggambarkan seolah-olah Islam adalah
ancaman dunia dengan pencitraan sebagai agama ekstrimis dan teroris.
Namun berbagai bentuk
makar Barat ini pasti akan gagal. Mengingat Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, dibangun dengan akidah
yang rasional dan sesuai dengan fitrah manusia, tidak akan bisa ditolak oleh
siapapun yang memang benar-benar menginginkan kebenaran. Sebaliknya, sekuat
apapun usaha Barat untuk menutupi kegagalan dan kejahatan kapitalisme, tidak
akan berhasil. Karena kapitalisme sejatinya merupakan ideologi yang rusak dan
bersifat merusak. Kapitalismelah yang menjadi pangkal kerusakan dunia saatini.
Barat tidak bisa
menutup-nutupi bagaimana kejahatan mereka pada era kolonialisme yang telah
merampas, membunuh, dan merampok kekayaan alam negara lain. Amerikalah negara
yang pertama kali menjatuhkan bom nuklir dengan sasaran penduduk sipil.
Akibatnya 80 ribu warga sipil terbunuh di Hiroshima dan 70 ribu di Nagasaki.
Belum lagi yang mati atau sakit yang parah kemudian akibat terpapar radiasi.
Kejahatan Amerika dan
negara-negara Barat di dunia Islam pun demikian terang benderang di depan mata.
Akibat kejahatan Amerika lebih dari 1 juta terbunuh di Irak, ribuan di
Afghanistan. Negara ini juga mendukung penuh kejahatan Zionis Yahudi yang
membantai umat Islam di Palestina. Mereka pula bertanggung jawab terhadap
kebrutalan penguasa-penguasa represif di dunia Islam. Karena negara-negara
Baratlah yang menjadi pendukung utama rezim diktator yang membantai rakyatnya
sendiri.
Sikap paranoid inilah
yang membuat mereka demikian berusaha keras membendung tegaknya Khilafah Islam
yang akan menerapkan seluruh syariah Islam. Keberadaan Khilafah Islam yang
sejati ini, akan menggeser dominasi negara-negara Barat di dunia. Manusiapun akan
berbondongebondong hidup di bawah naungan Khilafah, mengingat kebaikan yang
didapat manusia saat syariah Islam diterapkan secara totalitas. Kembalinya
khilafah merupakan wa'dullah wa busyra
Rasulillah, janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah SAW. Tsumma takunu khilafah 'ala minhajin nubuwah.
Ditambah pula dengan keberadaan kelompok dakwah yang sungguh-sungguh
memperjuangkannya dengan ikhlas dan tanpa kenal lelah. Kemenangan sungguh sudah
di depan mata melalui pertolongan Allah SWT. Allahu
Akbar! [] farid wadjdi
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 156, Agustus-September 2015
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar