Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 16 Juni 2017

Pesantren Nahdlotul Muslimat Jadi Rumah Kaum Muslimin



KH Ahmad Fadholi Mudir ‘Am Ponpes NDM

Gagasan Hizbut Tahrir Sejalan dengan Perjuangan Pesantren

Syariah adalah aturan Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang mestinya tidak hanya dipelajari di pesantren-pesantren dan ma'had-ma'had saja tetapi juga harus diperjuangkan untuk diterapkan dalam kehidupan termasuk dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dan itu membutuhkan institusi negara. Di indonesia, formalisasi syariah pernah menjadi hot issue dalam perpolitikan tetapi kemudian padam bahkan ada yang menganggap finished dan hal yang sama juga terjadi di negeri-negeri Islam yang lain.

Tetapi melihat persoalan aktual yang ada yang diakibatkan dipinggirkannya syariah serta kuatnya pengaruh kekuatan asing yang bersifat global maka seruan penerapan Islam plus, plus perjuangan menghadirkan institusi global yang menaunginya menjadi sangat relevan bahkan merupakan keniscayaan, di sinilah gagasan politik Hizbut Tahrir, menurut saya, sejalan dengan perjuangan pesantren, tidak bertentangan.“ []joy
 

Pesantren Nahdlotul Muslimat (NDM), Surakarta, Jawa Tengah

Anda masih ingat pondok Pesantren NDM? Pesantren khusus Perempuan yang berada di Surakarta itu profilnya pernah dimuat Media Umat edisi 17. Pesantren yang terkenal dengan mencetak alumni yang mempunyai spesifikasi tafaqquh fiddin dengan menguasai ilmu alat bahasa Arab dan hafalan Al-Qur’an tersebut ternyata semakin dipercaya masyarakat.

Tidak sedikit di antara para orang tua yang membujuk pondok yang berada di Kauman Solo tersebut untuk membuka kelas ikhwan, karena anak-anak mereka tidak semuanya perempuan. Walhasil, meskipun nama ponpesnya Nahdlotul Muslimat (kebangkitan perempuan Islam), sejak 2013 sudah ada unit ikhwannya. ”Karena dorongan masyarakat yang ingin memondokkan anak laki-laki mereka dengan model keluaran seperti anak-anak putri mereka yang telah mondok di NDM," ujar KH Ahmad Fadloli, Mudir ‘Am Ponpes NDM kepada Media Umat beberapa waktu lalu.

Kepercayaan masyarakat tidak hanya menyerahkan anak-anaknya untuk dibina di NDM, lebih dari itu, bahkan pada Ramadhan tahun 2015 lalu ibu-ibu yang ikut pengajian Langgar Winongan yang diasuh Kyai Fadholi mewakafkan bangunan sekitar 900 meter di Pucang Sawit yang digunakan khusus untuk santri laki-laki. "Jadi, pondok akhwat dan ikhwan terpisah,” ujarnya.

Heterogen

Pondok NDM didirikan sebagai respon atas buruknya keadaan akibat penjajahan gaya baru (imperialisme), berwujud sekolah tapi belum terintegrasi dengan pesantren. Maka pada 1931, ibu-ibu yang suaminya aktif di Al-Islam, Syarikat Islam, Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya mendirikan pondok ini. Namun untuk kepengurusannya diserahkan kepada para kyai yang latar belakangnya berbeda-beda ormas Islam pula.

Pengasuh pesantren NDM ini mempunyai latar belakang yang beraneka ragam. Ada yang merupakan alumni beberapa pesantren di Rembang, Ma'had Al-Azhar Bogor, Ma'had Al-Islam Mangkubumen, Ma'hadul Ulum (LIPIA) Jakarta dengan corak pemikiran yang berbeda-beda. Namun kesamaan visi pengasuh dalam hal menjadikan Islam sebagai nilai-nilai dasar dari semua aspek kehidupan telah menyatukan mereka untuk membina santri.

Perbedaan pandangan pengasuh dalam permasalahan cabang (masail furu'iyah) bahkan menjadi hal yang unik bagl para santri dan justru mendidik mereka memiliki adab perbedaan pendapat (ikhtilaf) dalam tataran riil. Meskipun bagi santri yang baru masuk bisa jadi membingungkan, namun secara alamiah mereka menjadi memahami mana perbedaan yang diperbolehkan dan perpecahan yang terlarang.

Adanya perbedaaan ini bukannya tidak diketahui oleh para wali santri bahkan mereka sudah tahu sebelumnya sehingga santri NDM ini berangkat dari latar belakang keluarga yang beraneka ragam pula.

Saat itu, ada santri yang latar belakangnya dari NU seperti ibunya Cak Imin, ada yang dari Muhammadiyah yaitu istrinya Pak Amin Rais, istrinya Ustadz Abu Bakar Ba'asyir juga dulunya mondok di sini dan sekarang ada santri ikhwan dan akhwat dari keluarga besar MMI dan HTI. "Artinya, pesantren ini diharapkan jadi rumah seluruh kaum Muslimin untuk mendidik putra-putrinya,” ungkap kyai alumnus Ponpes Lasem Rembang dari Fakultas Pertanian UNS tersebut.

Para pengasuh pesantren NDM ini juga aktif pada organisasi dan kelompok yang berbeda-beda dan hal itu bukanlah menjadi masalah yang serius bagi manajemen pesantren sebab pesantren adalah lembaga "ilmiah” yang mempunyai tujuan dan target spesifik yang sangat dapat disinergikan kepada aktivitas dakwah Islam yang diusung oleh siapapun.

Saat ini, santri ikhwan dan akhwatnya sekitar 400 orang dari unit MTs dan KMI (setingkat Madrasah Aliyah). Di tingkat MTs santri diharapkan hafal 3 juz, Arbain Nawawi, hadits hukum Umdatul Ahkam, fiqh Syafii, Nahwu Alwadhih dan itu dilanjutkan di tingkat KMI. Di tingkat MTs santri mendapat pelajaran formal dan mengikuti Ujian Nasional. Adapun di tingkat KMI santri mengikuti paket C agar bisa meneruskan ke perguruan tinggi.

”Jadi keunggulannya memberikan dasar pendidikan agama yang baik dan terbukti alumninya tidak kesulitan jika meneruskan ke Mesir, LIPIA, UIN, pondok di jenjang yang lebih tinggi dan bagi yang ingin "nyeberang" ke perguruan tinggi umum jika bisa, atau jika mengabdi mengajar di sekolah-sekolah Islam juga banyak,” ungkapnya berpromosi.

Selain konsentrasi di NDM, para kyai dan ustadznya pun berkiprah di tengah masyarakat dengan memberikan pengajian-pengajian umum. []joko prasetyo

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 166
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam