Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 02 Juni 2017

Miris, Obat Aborsi Dijual Bebas!


pro sistem syariat Islam

Tahukah Anda, penjualan obat aborsi melalui internet marak bermunculan. Sebagaimana yang diberitakan media, pada bulan Oktober lalu (2014), di Bandung, polisi berhasil meringkus salah satu tersangka penjualan obat aborsi bernama Kankan Irawan alias Dimas. Yang mengejutkan, ternyata Dimas telah menjalankan bisnis ilegalnya itu sejak tahun 2009 lalu!

Tidak hanya Dimas, Erwin Hendriyan, tersangka lain yang juga memiliki blog penjualan obat aborsi, mengaku kepada polisi bahwa dirinya telah menjual obat aborsi hingga ke seluruh Nusantara. Erwin telah menjual obat aborsi sejak 2011 silam.

Obat aborsi tersebut dijual dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp500.000-Rp2.500.000, tergantung jenis paket dan usia janin yang ingin digugurkan.

Memprihatinkan

Pemerhati sosial lwan Januar prihatin dan geram menanggapi penjualan obat aborsi ini. Iwan menuturkan, "Yang membuat saya prihatin dan geram ada dua hal, pertama, hal ini membuat semakin mudah bagi kaum wanita yang ingin melakukan aborsi ilegal dan tak sesuai syariat lslam. Karena pasti yang membeli obat ke sana adalah mereka yang hamil karena perzinaan, bukan karena alasan medis yang bisa dibenarkan syariat. Kedua, ini malah membahayakan nyawa dan kesehatan reproduksi kaum wanita. Apa ada jaminan obat-obatan itu benar-benar aman bagi pemakainya? Siapa yang mengawasi? Tapi ini bukan berarti kalau begitu aborsi dilegalkan saja. Bukan!”

Iwan menyatakan bahwa penjualan obat aborsi ini marak karena merupakan efek dari gaya hidup masyarakat liberal di Tanah Air.

"Ini realita hukum pasar. Hukum pasar kan penawaran dan permintaan. Penjual obat aborsi dan klinik gelap aborsi itu bermunculan dan marak karena melihat 'pasar'nya ada. Mereka menangkap kecenderungan tingginya minat perempuan untuk melakukan aborsi, seiring dengan semakin permisifnya pergaulan pria-wanita. Tidak bakal ada penjual kalau tidak ada pembeli,” ungkap Iwan Januar kepada Media Umat (30/10/2014).

Elly Risman, Psikolog dan Executive Director Yayasan Kita dan Buah Hati juga menyatakan hal senada. Pada saat dihubungi Media Umat (1/11/2014), Elly mengatakan, "Ini seperti lingkaran setan. Saat pornografi dan pornoaksi merajalela, penyedia obat aborsi bermunculan. Demand tinggi, supply pun tinggi.”

Apa yang disampaikan Iwan dan Elly juga diamini oleh juru bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Iffah Ainur Rochmah.

”Dalam demokrasi, hukum permintaan dan penawaran adalah dasar berlangsungnya transaksi. Tidak ada nilai halal dan haram yang melandasi. Jika ada permintaan maka di sana akan ada penawaran. Karena tahu banyak orang yang mengalami kehamilan akibat seks bebas, maka produsen melihat ini sebagai peluang untuk menawarkan obat aborsi. Atau sebaliknya, karena banyaknya penyedia layanan dan obat aborsi, maka orang tidak akan takut lagi melakukan seks bebas. Sungguh ini lingkaran setan yang harus segera dihentikan,” kata Iffah.

Berdasarkan data yang diungkap BKKBN 2010, di Indonesia diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi mencapai 2,4 juta jiwa. Parahnya, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja. Karena seks bebas terjadi di mana-mana, maka penawaran obat aborsi sebagai jalan keluar pintas juga marak di mana-mana. "Negara kita sudah menganut prinsip hidup liberalisme. Ada kebebasan perilaku yang dijamin negara. Sampai sekarang tidak ada larangan orang melakukan perzinaan, kecuali perselingkuhan rumah tangga. Tidak hanya itu, pornografi pun semakin marak," kata Iwan. “Aborsi itu bukan kasus yang 'seksi' untuk dibahas apalagi dibongkar, tidak seperti isu terorisme atau politik,” ungkapnya kesal.

Dampaknya Berbahaya

Elly menyatakan bahwa maraknya penjualan obat aborsi ini memiliki dampak yang sangat berbahaya. "Dampaknya sangat luar biasa.
Pertama, tentu saja pelaku aborsi mendapatkan dosa dan membuat akidahnya tumbang. Dengan aborsi anak-anak kita juga menjadi pembunuh ulung! Namun, dia sendiri nggak ngerti. Saya tahu mereka itu panik, lihat umurnya masih muda kan?
Kedua, dampak psikologisnya, kalau obat aborsinya gagal akan menjadi pengalaman buruk yang luar biasa. Tapi kalau berhasil, mereka akan melakukannya lagi, ingat seks itu candu.
Ketiga, bagaimana dengan masa depan nanti? Mereka itu calon ibu. Calon keluarga masa depan," papar Elly kepada Media Umat.

Elly bahkan menganggap hal ini sebagai bencana yang besar, bahkan lebih besar dari tsunami Aceh atau tsunami manapun yang ada. ”Ibu orang Aceh, banyak kehilangan waktu tsunami di Aceh dulu. Tapi saya merasa persoalan ini lebih besar dari tsunami. Bencana yang kita hadapi sebenarnya adalah pandemik kerusakan otak, padahal otak yang membedakan kita dengan binatang. Bencana ini juga bikin akidah anak jadi tumbang!” tegasnya lagi.

Iwan juga menyatakan bahwa dengan dijualnya obat aborsi secara bebas di dunia maya, akan membuat aborsi semakin liar dan berkembang. Selain itu, justru akan mengancam kesehatan reproduksi kaum wanita yang melakukan aborsi.

Kan tidak ada jaminan obat-obatan itu aman dan benar pemakaiannya. Ada penjual yang ternyata menjual obat maag dosis tinggi sebagai obat aborsi," kata Iwan.

Senada dengan Iwan, Iffah mengatakan, maraknya obat aborsi ini sangat berbahaya, dapat membahayakan moral, merusak kesucian perilaku masyarakat, dan mengancam fisik pemakainya. Ini merupakan cerminan dari maraknya pergaulan bebas yang terjadi tidak hanya di kalangan remaja tetapi hampir pada semua lini usia.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 138, Nopember 2014
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam