Tahukah Anda,
penjualan obat aborsi melalui internet marak bermunculan. Sebagaimana yang
diberitakan media, pada bulan Oktober lalu (2014), di Bandung, polisi berhasil
meringkus salah satu tersangka penjualan obat aborsi bernama Kankan Irawan
alias Dimas. Yang mengejutkan, ternyata Dimas telah menjalankan bisnis
ilegalnya itu sejak tahun 2009 lalu!
Tidak hanya Dimas,
Erwin Hendriyan, tersangka lain yang juga memiliki blog penjualan obat aborsi,
mengaku kepada polisi bahwa dirinya telah menjual obat aborsi hingga ke seluruh
Nusantara. Erwin telah menjual obat aborsi sejak 2011 silam.
Obat aborsi tersebut
dijual dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp500.000-Rp2.500.000, tergantung
jenis paket dan usia janin yang ingin digugurkan.
Memprihatinkan
Pemerhati sosial lwan
Januar prihatin dan geram
menanggapi penjualan obat aborsi ini. Iwan menuturkan, "Yang membuat saya
prihatin dan geram ada dua hal, pertama,
hal ini membuat semakin mudah bagi kaum wanita yang ingin melakukan aborsi
ilegal dan tak sesuai syariat lslam. Karena pasti yang membeli obat ke sana
adalah mereka yang hamil karena perzinaan, bukan karena alasan medis yang bisa
dibenarkan syariat. Kedua, ini malah
membahayakan nyawa dan kesehatan reproduksi kaum wanita. Apa ada jaminan
obat-obatan itu benar-benar aman bagi pemakainya? Siapa yang mengawasi? Tapi
ini bukan berarti kalau begitu aborsi dilegalkan saja. Bukan!”
Iwan menyatakan bahwa
penjualan obat aborsi ini marak karena merupakan efek dari gaya hidup masyarakat liberal
di Tanah Air.
"Ini realita
hukum pasar. Hukum pasar kan penawaran
dan permintaan. Penjual obat aborsi dan klinik gelap aborsi itu bermunculan dan
marak karena melihat 'pasar'nya ada. Mereka menangkap kecenderungan tingginya
minat perempuan untuk melakukan aborsi, seiring dengan semakin permisifnya
pergaulan pria-wanita. Tidak bakal ada penjual kalau tidak ada pembeli,” ungkap
Iwan Januar kepada Media Umat (30/10/2014).
Elly Risman, Psikolog
dan Executive Director Yayasan Kita dan Buah Hati juga menyatakan hal senada.
Pada saat dihubungi Media Umat (1/11/2014), Elly mengatakan, "Ini seperti
lingkaran setan. Saat pornografi dan pornoaksi merajalela, penyedia obat aborsi
bermunculan. Demand tinggi, supply pun tinggi.”
Apa yang disampaikan
Iwan dan Elly juga diamini oleh juru bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
Iffah Ainur Rochmah.
”Dalam demokrasi, hukum permintaan dan
penawaran adalah dasar berlangsungnya transaksi. Tidak ada nilai halal dan
haram yang melandasi. Jika ada permintaan maka di sana akan ada
penawaran. Karena tahu banyak orang yang mengalami kehamilan akibat seks bebas,
maka produsen melihat ini sebagai peluang untuk menawarkan obat aborsi. Atau
sebaliknya, karena banyaknya penyedia layanan dan obat aborsi, maka orang tidak
akan takut lagi melakukan seks bebas. Sungguh ini lingkaran setan yang harus
segera dihentikan,” kata Iffah.
Berdasarkan data yang
diungkap BKKBN 2010, di Indonesia diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi
mencapai 2,4 juta jiwa. Parahnya, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan
remaja. Karena seks bebas terjadi di mana-mana, maka penawaran obat aborsi
sebagai jalan keluar pintas juga marak di mana-mana. "Negara kita sudah
menganut prinsip hidup liberalisme. Ada kebebasan perilaku yang dijamin negara.
Sampai sekarang tidak ada larangan orang melakukan perzinaan, kecuali
perselingkuhan rumah tangga. Tidak hanya itu, pornografi pun semakin
marak," kata Iwan. “Aborsi itu bukan kasus yang 'seksi' untuk dibahas
apalagi dibongkar, tidak seperti isu terorisme atau politik,” ungkapnya kesal.
Dampaknya
Berbahaya
Elly menyatakan bahwa
maraknya penjualan obat aborsi ini memiliki dampak yang sangat berbahaya.
"Dampaknya sangat luar biasa.
Pertama, tentu saja pelaku aborsi mendapatkan
dosa dan membuat akidahnya tumbang. Dengan aborsi anak-anak kita juga menjadi
pembunuh ulung! Namun, dia sendiri nggak ngerti.
Saya tahu mereka itu panik, lihat umurnya masih muda kan?
Kedua, dampak psikologisnya, kalau obat
aborsinya gagal akan menjadi pengalaman buruk yang luar biasa. Tapi kalau
berhasil, mereka akan melakukannya lagi, ingat seks itu candu.
Ketiga, bagaimana dengan masa depan nanti?
Mereka itu calon ibu. Calon keluarga masa depan," papar Elly kepada Media
Umat.
Elly bahkan menganggap
hal ini sebagai bencana yang besar, bahkan lebih besar dari tsunami Aceh atau
tsunami manapun yang ada. ”Ibu orang Aceh, banyak kehilangan waktu tsunami di
Aceh dulu. Tapi saya merasa persoalan ini lebih besar dari tsunami. Bencana
yang kita hadapi sebenarnya adalah pandemik kerusakan otak, padahal otak yang
membedakan kita dengan binatang. Bencana ini juga bikin akidah anak jadi
tumbang!” tegasnya lagi.
Iwan juga menyatakan
bahwa dengan dijualnya obat aborsi secara bebas di dunia maya, akan membuat
aborsi semakin liar dan berkembang. Selain itu, justru akan mengancam kesehatan
reproduksi kaum wanita yang melakukan aborsi.
”Kan tidak ada jaminan
obat-obatan itu aman dan benar pemakaiannya. Ada penjual yang ternyata menjual
obat maag dosis tinggi sebagai obat aborsi," kata Iwan.
Senada dengan Iwan,
Iffah mengatakan, maraknya obat aborsi ini sangat berbahaya, dapat membahayakan
moral, merusak kesucian perilaku masyarakat, dan mengancam fisik pemakainya.
Ini merupakan cerminan dari maraknya pergaulan bebas yang terjadi tidak hanya
di kalangan remaja tetapi hampir pada semua lini usia.
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 138, Nopember 2014
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar