Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 09 Juni 2017

HTI Gelar Liqa Syawal Di 88 Kota



Suasana lebaran masih terasa kental ketika keluarga besar aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di 88 kota dan kabupaten se-Indonesia mengadakan acara Liqa Syawal 1435 H bersama ulama dan tokoh umat (LSH) pasca Hari Raya Idul Fitri 1435 H.

Di Surabaya misalnya, suasana meriah halal bi halal tersebut tampak di Gelora Pancasila Surabaya, Ahad (31/8/2014). Pertemuan hangat terjadi antara aktivis HTI dan masyarakat yang hadir. Tampak pihak kepolisian yang ikut menyimak jalannya acara. Di depan sekitar 2.000 peserta, Ketua HTI Kota Surabaya Muhammad Ismail menyampaikan seruan kepada seluruh umat memperjuangkan syariah.

Sebelumnya, Jumat (29/8/2014) malam HTI Surabaya juga mengadakan silaturahim dengan sekitar 200 ulama dan tokoh umat di Gedung Graha Astranawa. Dalam kesempatan itu, Dosen Kimia ITS Lukman Atmaja -pendiri NU cabang Inggris ketika ia kuliah doktoral di sana- menyatakan ayahnya bersama para santri NU dulu berperang membela dinul Islam dalam perjuangan kemerdekaan.

”Sebagai putra pejuang kemerdekaan, saya sering merasa bahwa semangat membela dinul Islam yang seperti dulu itu, kini ada di Hizbut Tahrir. Semangat juang yang tidak pernah reda, disertai penguasaan tsaqafah Islamiyah yang luas dan mendalam, dengan program yang rapi dan teratur, tanpa kekerasan dan tanpa penggunaan senjata, membuat saya meneguhkan niat untuk terus bersama saudara-saudara di Hizb,” ungkapnya.

KH RM Kamil Sutastito dari Ponpes Alkamil mengungkapkan perasaannya. Ia telah merasakan perjuangan syariah yang diusung Hizbut Tahrir, sehingga menjadi pilihan baginya.

Di DKI Jakarta, LSH dilakukan di lima tempat, salah satunya di Jakarta Barat. Acara yang berlangsung di Ma'had Darul Muwahhid, Srengseng, Kembangan, tersebut Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Hafidz Abdurrahman menyatakan Hizbut Tahrir adalah hizbul ulama. ”Karena diinisiasi dan didirikan oleh seorang ulama besar alumnus Universitas Al Azhar Kairo, al-Alim al-Allamah Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani. Beliau adalah seorang ulama yang mufakkirun siyasiyyun sekaligus siyasiyyun mufakkirun,” ungkapnya Ahad (24/8/2014).

Menurut Hafidz, bersama Syeikh Taqiyuddin berderet pula ulama Al Azhar lainnya antara lain Syeikh Abdul Qodim Zallum dan Syeikh Ahmad Ad Da'ur.

Hafidz juga menjelaskan Hizbut Tahrir terlahir dari keprihatinan dan kepeduliaan para ulama atas kondisi kaum Muslimin yang tidak lagi merdeka, masih terjajah baik secara fisik maupun pemikiran.

Karenanya, ia mengajak para ulama yang hadir untuk memaksimalkan diri memberikan apa yang dimiliki untuklslam dan kemuliaan Islam, sebagaimana telah dilakukan oleh Sa'ad bin Mu'adz, tokoh besar, kuat dan berpengaruh di Madinah.

"Sa'ad bin Mu'adz pada akhirnya, bukan saja merindukan Allah. Tapi gayung bersambut Allah pun merindukannya dengan bergetarnya Arsyur Rohman saat kematian Sa'ad. Itu semua karena Sa'ad telah memberikan nushrah (dan segalanya) untuk Islam," tegasnya.

Di Maluku Utara, Humas HTI Maluku Utara Sabaruddin menyatakan perjuangan kaum Muslim di Indonesia saat ini mestinya adalah perjuangan menegakkan khilafah. "Perjuangan mengisi kemerdekaan adalah dengan menerapkan syariah Islam dalam naungan Daulah Khilafah yang sesuai metode kenabian,” ungkapnya dalam LSH Ternate, Sabtu (16/8/2014) di Aula Hotel Grand Majang, Kota Ternate.

Ulama dan tokoh Kota Banjar, Jawa Barat, KH Undang Munawar bukan saja setuju tetapi ia ingin menyaksikan khilafah tegak. ”Saya yakin semuanya sepakat akan kewajiban penegakan syariah dan khilafah, dan sesungguhnya sebelum nanti meninggal, saya mengharapkan bisa menyaksikan tegaknya khilafah!” ungkapnya di hadapan sekitar 400 ulama dan tokoh dalam LSH, Ahad (24/8/2014) di Graha Banjar Idaman (GBI) Kota Banjar.

Dalam acara ini banyak hadir para ulama dan tokoh masyarakat, di antaranaya, Ketua MUI Kota Banjar, Kepala Kemenag Kota Banjar, Ketua Persis Kota Banjar, Ketua PUI Kota Banjar, Ketua Syarikat Islam, Pengasuh pesantren Darul Ulum, Kasat Intel Polresta Banjar dan banyak lagi. Juga hadir mantan Walikota Banjar yang sekarang menjabat ketua IPHI.

Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto menyatakan, selain merupakan kewajiban, secara faktual persatuan umat Islam pun tidak akan efektif tanpa khiIafah. "Tanpa khilafah, persatuan umat Islam menjadi tidak efektif!" tegasnya dalam LSH, Ahad (24/8/2014) di Yayasan Uswatun Hasanah, jalan Abdul Wahab Syahranie, Samarinda.

Terbukti, kaum Muslim di belahan dunia lain hanya bisa mengelus dada atas apa yang terjadi di Jalur Gaza, Palestina. Padahal jumlah kaum Muslim di seluruh dunia mencapai 1,7 milyar lebih. Jumlah tersebut seolah tidak berdaya untuk menghentikan kebiadaban zionis Israel yang hanya berpenduduk sekitar 7,7 juta jiwa.

Demokrasi Kufur

Sedangkan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Quran Abdurrahman bin Auf, KH Ahmad Faiz menyatakan alasannya sehingga demokrasi dikatakan sistem kufur. ”Karena akidah demokrasi adalah sekulerisme (fashluddin 'anil hayyah), memisahkan agama dari kehidupan, dan meletakkan kedaulatan tertinggi di tangan rakyat,” ungkapnya di hadapan sekitar 200 peserta LSH, Ahad (24/8/2014) di Gedung KPPN, Purworejo, Jawa Tengah.

Menurutnya, hal itu secara asasi bertentangan dengan akidah Islam, karena dalam pandangan Islam al-hakim adalah di tangan musyari' (Allah SWT). Selain itu, demokrasi juga tidak bisa lepas dari liberalisme yakni paham kebebasan, baik kebebasan berakidah, kebebasan berpendapat, kebebasan kepemilikan, maupun kebebasan berperilaku. Padahal dalam pandangan Islam, perbuatan manusia terikat dengan hukum syara'.

Setelah memaparkan batilnya ide demokrasi, Kyai Faiz menjelaskan sistem khilafah, dari sisi sebaqai sebuah kewaiiban syar'i, juga dari sisi sebagai alternatif pengganti demokrasi.

Di sesi tanya-jawab LSH Sulselbar, pengurus Muhammadiyah Masamba Andi Kaharuddin menanyakan dapatkah umat berharap terjadi perubahan ke arah penerapan Islam seusai pileg dan pilpres lalu. Dengan berseloroh, Lajnah Faaliyah HTI Sulselbar Hasanuddin Rasyid pun menjawab dengan balik bertanya.

"Apakah pada waktu kampanye dulu, mereka para caleg dan capres/cawapres yang akhirnya terpilih itu menjanjikan untuk memperjuangkan penerapan syariat Islam? Jika ada, maka mungkin saja umat berharap," ujarnya dalam LSH, Ahad (24/8/2014) di gedung Aula Kecamatan Nuha, Sorowako, Kabupaten LuwukTumur.

Tapi jika faktanya tidak ada caleg ataupun capres/cawapres yang selama kampanye berjanji untuk menerapkan atau memperjuangkan syariat Islam jika terpilih, maka apakah layak umat berharap akan terjadi perubahan ke arah Islam?

Oleh sebab itu, lanjutnya, yang diperlukan adalah melakukan perjuangan perubahan masyarakat sesuai apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni terus-menerus membina masyarakat dan berupaya meraih thalabun nusrah (mengajak beriman dan menerapkan syariah Islam secara kafah tanpa syarat) kepada pemilik pengaruh dan kekuatan riil (ahlul quwwah) di tengah masyarakat hingga turun pertolongan Allah SWT dengan tegaknya khilafah. [] joy dari kontributor daerah

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 134, September 2014
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam