Suasana lebaran masih
terasa kental ketika keluarga besar aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di 88
kota dan kabupaten se-Indonesia mengadakan acara Liqa Syawal 1435 H bersama
ulama dan tokoh umat (LSH) pasca Hari Raya Idul Fitri 1435 H.
Di Surabaya misalnya,
suasana meriah halal bi halal tersebut
tampak di Gelora Pancasila Surabaya, Ahad (31/8/2014). Pertemuan hangat terjadi
antara aktivis HTI dan masyarakat yang hadir. Tampak pihak kepolisian yang ikut
menyimak jalannya acara. Di depan sekitar 2.000 peserta, Ketua HTI Kota
Surabaya Muhammad Ismail menyampaikan seruan kepada seluruh umat memperjuangkan
syariah.
Sebelumnya, Jumat
(29/8/2014) malam HTI Surabaya juga mengadakan silaturahim dengan sekitar 200
ulama dan tokoh umat di Gedung Graha Astranawa. Dalam kesempatan itu, Dosen
Kimia ITS Lukman Atmaja -pendiri NU cabang Inggris ketika ia kuliah doktoral di
sana- menyatakan ayahnya bersama para santri NU dulu berperang membela dinul Islam dalam perjuangan kemerdekaan.
”Sebagai putra pejuang
kemerdekaan, saya sering merasa bahwa semangat membela dinul Islam yang seperti dulu itu, kini ada di Hizbut Tahrir.
Semangat juang yang tidak pernah reda, disertai penguasaan tsaqafah Islamiyah
yang luas dan mendalam, dengan program yang rapi dan teratur, tanpa kekerasan
dan tanpa penggunaan senjata, membuat saya meneguhkan niat untuk terus bersama
saudara-saudara di Hizb,” ungkapnya.
KH RM Kamil Sutastito
dari Ponpes Alkamil mengungkapkan perasaannya. Ia telah merasakan perjuangan
syariah yang diusung Hizbut Tahrir, sehingga menjadi pilihan baginya.
Di DKI Jakarta, LSH
dilakukan di lima tempat, salah satunya di Jakarta Barat. Acara yang
berlangsung di Ma'had Darul Muwahhid, Srengseng, Kembangan, tersebut Ketua
Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Hafidz Abdurrahman menyatakan Hizbut Tahrir adalah
hizbul ulama. ”Karena diinisiasi dan didirikan oleh seorang ulama besar alumnus
Universitas Al Azhar Kairo, al-Alim al-Allamah Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani.
Beliau adalah seorang ulama yang mufakkirun
siyasiyyun sekaligus siyasiyyun
mufakkirun,” ungkapnya Ahad (24/8/2014).
Menurut Hafidz,
bersama Syeikh Taqiyuddin berderet pula ulama Al Azhar lainnya antara lain
Syeikh Abdul Qodim Zallum dan Syeikh Ahmad Ad Da'ur.
Hafidz juga
menjelaskan Hizbut Tahrir terlahir dari keprihatinan dan kepeduliaan para ulama
atas kondisi kaum Muslimin yang tidak lagi merdeka, masih terjajah baik secara
fisik maupun pemikiran.
Karenanya, ia mengajak
para ulama yang hadir untuk memaksimalkan diri memberikan apa yang dimiliki
untuklslam dan kemuliaan Islam, sebagaimana telah dilakukan oleh Sa'ad bin
Mu'adz, tokoh besar, kuat dan berpengaruh di Madinah.
"Sa'ad bin Mu'adz
pada akhirnya, bukan saja merindukan Allah. Tapi gayung bersambut Allah pun
merindukannya dengan bergetarnya Arsyur Rohman
saat kematian Sa'ad. Itu semua karena Sa'ad telah memberikan nushrah (dan segalanya) untuk Islam,"
tegasnya.
Di Maluku Utara, Humas
HTI Maluku Utara Sabaruddin menyatakan perjuangan kaum Muslim di Indonesia saat
ini mestinya adalah perjuangan menegakkan khilafah. "Perjuangan mengisi
kemerdekaan adalah dengan menerapkan syariah Islam dalam naungan Daulah Khilafah
yang sesuai metode kenabian,” ungkapnya dalam LSH Ternate, Sabtu (16/8/2014) di
Aula Hotel Grand Majang, Kota Ternate.
Ulama dan tokoh Kota
Banjar, Jawa Barat, KH Undang Munawar bukan saja setuju tetapi ia ingin
menyaksikan khilafah tegak. ”Saya yakin semuanya sepakat akan kewajiban
penegakan syariah dan khilafah, dan sesungguhnya sebelum nanti meninggal, saya
mengharapkan bisa menyaksikan tegaknya khilafah!” ungkapnya di hadapan sekitar
400 ulama dan tokoh dalam LSH, Ahad (24/8/2014) di Graha Banjar Idaman (GBI)
Kota Banjar.
Dalam acara ini banyak
hadir para ulama dan tokoh masyarakat, di antaranaya, Ketua MUI Kota Banjar,
Kepala Kemenag Kota Banjar, Ketua Persis Kota Banjar, Ketua PUI Kota Banjar,
Ketua Syarikat Islam, Pengasuh pesantren Darul Ulum, Kasat Intel Polresta Banjar
dan banyak lagi. Juga hadir mantan Walikota Banjar yang sekarang menjabat ketua
IPHI.
Jubir HTI Muhammad
Ismail Yusanto menyatakan, selain merupakan kewajiban, secara faktual persatuan
umat Islam pun tidak akan efektif tanpa khiIafah. "Tanpa khilafah,
persatuan umat Islam menjadi tidak efektif!" tegasnya dalam LSH, Ahad
(24/8/2014) di Yayasan Uswatun Hasanah, jalan Abdul Wahab Syahranie, Samarinda.
Terbukti, kaum Muslim
di belahan dunia lain hanya bisa mengelus dada atas apa yang terjadi di Jalur
Gaza, Palestina. Padahal jumlah kaum Muslim di seluruh dunia mencapai 1,7
milyar lebih. Jumlah tersebut seolah tidak berdaya untuk menghentikan
kebiadaban zionis Israel yang hanya berpenduduk sekitar 7,7 juta jiwa.
Demokrasi
Kufur
Sedangkan pengasuh
Pondok Pesantren Tahfidz Quran Abdurrahman bin Auf, KH Ahmad Faiz menyatakan
alasannya sehingga demokrasi dikatakan sistem kufur. ”Karena akidah demokrasi
adalah sekulerisme (fashluddin 'anil hayyah),
memisahkan agama dari kehidupan, dan meletakkan kedaulatan tertinggi di tangan
rakyat,” ungkapnya di hadapan sekitar 200 peserta LSH, Ahad (24/8/2014) di
Gedung KPPN, Purworejo, Jawa Tengah.
Menurutnya, hal itu
secara asasi bertentangan dengan akidah Islam, karena dalam pandangan Islam al-hakim adalah di tangan musyari' (Allah SWT). Selain itu, demokrasi
juga tidak bisa lepas dari liberalisme yakni paham kebebasan, baik kebebasan
berakidah, kebebasan berpendapat, kebebasan kepemilikan, maupun kebebasan
berperilaku. Padahal dalam pandangan Islam, perbuatan manusia terikat dengan
hukum syara'.
Setelah memaparkan
batilnya ide demokrasi, Kyai Faiz menjelaskan sistem khilafah, dari sisi
sebaqai sebuah kewaiiban syar'i, juga dari sisi sebagai alternatif pengganti
demokrasi.
Di sesi tanya-jawab
LSH Sulselbar, pengurus Muhammadiyah Masamba Andi Kaharuddin menanyakan
dapatkah umat berharap terjadi perubahan ke arah penerapan Islam seusai pileg
dan pilpres lalu. Dengan berseloroh, Lajnah Faaliyah HTI Sulselbar Hasanuddin
Rasyid pun menjawab dengan balik bertanya.
"Apakah pada
waktu kampanye dulu, mereka para caleg dan capres/cawapres yang akhirnya
terpilih itu menjanjikan untuk memperjuangkan penerapan syariat Islam? Jika
ada, maka mungkin saja umat berharap," ujarnya dalam LSH, Ahad (24/8/2014)
di gedung Aula Kecamatan Nuha, Sorowako, Kabupaten LuwukTumur.
Tapi jika faktanya
tidak ada caleg ataupun capres/cawapres yang selama kampanye berjanji untuk
menerapkan atau memperjuangkan syariat Islam jika terpilih, maka apakah layak
umat berharap akan terjadi perubahan ke arah Islam?
Oleh sebab itu,
lanjutnya, yang diperlukan adalah melakukan perjuangan perubahan masyarakat
sesuai apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni terus-menerus
membina masyarakat dan berupaya meraih thalabun
nusrah (mengajak beriman dan menerapkan syariah Islam secara kafah tanpa
syarat) kepada pemilik pengaruh dan kekuatan riil (ahlul quwwah) di tengah masyarakat hingga turun pertolongan
Allah SWT dengan tegaknya khilafah. [] joy
dari kontributor daerah
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 134, September 2014
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar