Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 20 Juni 2017

Bila Sistem Tidak Diganti, Akan Lahir Ahok-Ahok Baru



Sekitar 4 sampai 7 juta orang berkumpul di Monas menuntut agar Ahok segera ditahan karena telah menjadi tersangka penista Al-Qur’an, padahal pengumuman akan Aksi 212 tersebut kurang dari sepekan. Menunjukkan apa ini? Dan kalau Ahok sudah dipenjara, selesaikah perjuangan? Di seputar itulah wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo mewawancarai Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.

Catatan penting Anda terkait Aksi 212?

Pertama, Aksi 212 lalu telah membuktikan bahwa umat bisa bersatu. Jutaan umat dari berbagai kelompok atau elemen hadir dengan semangat atau spirit dan tujuan yang sama: bela Islam. Sebelum ini, orang selalu skeptis ketika berbicara tentang persatuan umat. Ternyata pesimisme itu salah.

Kedua, inilah aksi yang membuktikan dahsyatnya kekuatan dorongan akidah Islam. Hanya dalam waktu kurang dari seminggu, di tengah berbagai cara yang dilakukan oleh aparat untuk menggembosi acara ini, ternyata tetap saja jutaan umat hadir. Bila bukan karena dorongan akidah, tidak mungkin umat segitu banyak bisa serempak hadir dengan penuh semangat juang, menerobos semua hambatan dan rintangan yang menghadang.

Ketiga, Aksi 212 juga membuktikan bagaimana dengan nasrullah atau pertolongan Allah, hal yang tampak mustahil menjadi mungkin. Bagaimana bisa acara yang ditetapkan dalam waktu kurang 1 minggu berhasil menghadirkan jutaan orang? Bagaimana bisa jutaan orang yang tumplek bleg di sekitar Monas itu bisa berjalan tertib, rapi, bersih, nyaris tanpa insiden, dan dalam waktu sekejap tempat acara dan jalanan sekitar Monas bersih seperti semula. Inilah pertolongan Allah. Inilah tadbirur rabbani (manajemen ilahiyah).

Keempat, Aksi 212 ini juga dengan gagah berhasil menunjukkan kekuatan dan keagungan umat Islam, serta memberikan isyarat sangat gamblang kepada siapapun untuk tidak bermain-main dengan umat Islam. Sudah sangat lama umat di negeri ini disepelekan, dilecehkan dan diabaikan. Kekuatan psikologis seperti inilah yang saya kira kemudian menggerakkan Presiden untuk hadir di tempat acara.

Bila pada Aksi 411 lalu, Presiden menghindar, kini ia malah mendatangi dan harus mendengarkan khutbah Jumat yang disampaikan oleh Habib Rizieq Shihab, orang yang konon paling dibenci oleh Presiden, yang sangat menyengat dan menggetarkan nurani siapapun yang masih ada iman di dadanya.

Tanggapan Anda dengan adanya Ar-Rayah raksasa dalam aksi tersebut?

Masya Allah. Ini juga luar biasa. Hebat. Hadirnya panji Rasulullah, ar-Rayah, bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid, yang dibentangajalankan di atas kepala jutaan peserta telah memberikan warna khusus pada Aksi 212 kemarin. Seolah menegaskan bahwa ”Kami datang dengan dorongan tauhid. Kami disatukan oleh tauhid, dan kami berjuang untuk tegaknya kalimah tauhid.”

Dan foto-foto ar-Rayah membentang di tengah lautan manusia dalam Aksi 212 itu, menurut saya, telah menjadi best picture. Itulah mengapa kemudian banyak dijadikan foto headline media massa di dalam dan luar negeri. Saya ingin mengucapkan selamat buat yang punya ide, juga tentu yang menggarapnya serta yang membawanya ke area aksi. Barakallahu fikum.

Bagaimana pula dengan aksi longmarch kafilah Ciamis untuk ikut aksi tersebut?

Ini sangat inspiratif. Awalnya diduga larangan masif dari pihak kepolisian kepada perusahaan otobis di berbagai kota untuk tidak membawa peserta aksi ke Jakarta akan membuat aksi ini gembos. Tapi ternyata justru sebaliknya. Larangan ini justru dilawan oleh ribuan santri dari Ciamis dengan cara yang sangat jitu: jalan kaki ke Jakarta.

Meski sudah berulang dibujuk oleh Kapolres dan Dandim setempat, bahkan juga Kapolda, untuk tidak melanjukan longmarch itu, tapi para santri tetap bergeming. Mereka kukuh melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan berjalan kaki. Di luar dugaan, aksi heroik ini kemudian menginspirasi aksi serupa di berbagai daerah dan memberikan suntikan spirit perjuangan luar biasa kepada seluruh peserta Aksi 212.

Namun, apakah Anda melihat ada upaya framing dari berbagai media sekuler?

Ya, jelas sekali.

Menurut Anda, mengapa ini dilakukan?

Mereka tentu tidak menginginkan dengan Aksi 212 itu umat Islam tampak kuat dan kokoh karena bersatu dan kompak. Karena itu mereka berusaha melakukan berbagai upaya untuk mendiskreditkan aksi tersebut, atau membuat framing sesuai untuk melakukan disadvantage terhadap aksi tersebut.

Indikasinya apa saja?

Pertama, menyangkut jumlah. Mereka berusaha keras untuk tidak memberitakan yang sebenarnya. Perhatikan, berapa jumlah peserta aksi yang mereka berulang kali sebut? Dengan beraninya Metro TV menyebut 50 ribu. Padahal massa memenuhi seluruh area Monas, jalanan sekitar Monas hingga bundaran HI, Patung Tani dan perempatan Senen. Pasti jumlahnya jutaan.

Kedua, mereka juga berusaha untuk membingkai acara itu sekadar sebagai acara doa dan ibadah. Substansi protes dan tuntutan penjarakan Ahok coba ditutupi atau dialihkan.

Ketiga, mereka juga berusaha meletakkan aksi itu sebagai ancaman atas persatuan dan kebhinnekaan, karena itu mereka kemudian mendukung aksi-aksi yang menyerukan persatuan seperti Parade Kita Indonesia (PKI) pada 412 lalu. Padahal, penistaan terhadap Al-Qur’an yang dilakukan Ahok itulah yang semestinya ditunjukkan telah mengancam persatuan dan kebhinnekaan.

Selain media sekuler, bila sebelumnya Presiden dan Kapolri nampak seperti membela Ahok kini giliran Jaksa Agung juga tampaknya seperti membela Ahok.

Maklumlah, Jaksa Agung kan kader Nasdem. Sedang Nasdem pendukung Ahok. Maka, menjadi kewajiban suci bagi dia untuk membela Ahok. Pokoknya hari gini, dengan rezim macam ini, tak usahlah membayangkan akan tegak keadilan, apalagi untuk seorang Ahok. Ahok bagi mereka bagai dewa suci yang harus terus dilindungi, at all cost (berapapun ongkosnya).

Melihat kenyataan tersebut, apa semestinya yang harus dilakukan ulama dan umat Islam?

Tidak boleh berhenti berjuang. Terus awasi proses peradilan. Tapi juga jangan hanya berhenti sampai di soal Ahok. Andaipun Ahok berhasil dijebloskan ke penjara, kita harus tetap berjuang untuk melenyapkan sistem sekuler ini, yang telah melahirkan seorang Ahok. Bila sistem busuk ini tidak segera diganti pasti akan lahir lagi Ahok-Ahok baru, karena sistem sekuler memang membuka peluang lahirnya pemimpin semacam itu.

Di sinilah pentingnya perjuangan penegakan syariah dan khilafah harus terus digelorakan. Pasca Aksi 212, saya optimis, insya Allah perjuangan ke arah sana akan makin mendapat dukungan umat. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 187
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam