Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 20 Juni 2017

Hikmah Emas Aksi 212



Aksi Bela Islam 3 pada 2 Desember 2012 mencatatkan diri sebagai aksi terbesar umat Islam Indonesia hingga saat ini. Jumlahnya jutaan, bahkan ada yang memperkirakan jumlahnya 3 sampai 4 juta orang. Siapapun tidak menduga -termasuk panitia- umat Islam dari berbagai daerah bisa berkumpul di Jakarta untuk menuntut agar penista Al-Qur’an ditahan.

Sebelumnya berbagai cara dilakukan oleh pemerintah dibantu oleh aparat keamanan untuk mencegah massa datang ke Jakarta. Intimidasi pun dirasakan tokoh-tokoh di daerah. Perusahaan-perusahaan otobus pun dilarang mengangkut massa ke Jakarta. Bahkan di jalan pun, aparat keamanan berusaha menghadang rombongan yang sudah kadung berangkat dengan alasan yang tidak masuk akal alias dicari-cari.

Tapi semua rencana makar pemerintah terhadap umat Islam itu gagal. "Itu semua pertolongan Allah SWT,” ujar Ketua Dewan Penasihat Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF) Habib Muhammad Rizieq Syihab di Jakarta, Ahad (4/12/2016) saat menyampaikan evaluasinya terkait Aksi Bela Islam 3.

Menurutnya, tidak ada seorang habib, kyai, ulama, ormas, atau parpol manapun yang bisa mengumpulkan orang sebanyak itu untuk satu tujuan. Aksi pun berlangsung lancar, damai, tertib dan menuai banyak pujian.

Ia mengungkapkan, pertolongan juga datang ketika Allah SWT memperlihatkan keindahan persatuan dan kebersamaan umat Islam. Pada Aksi Bela Islam 1 dan 2, keindahan tersebut sudah diperlihatkan oleh Allah. "Pada Aksi Bela Islam II, indahnya persaudaraan hanya pada lokasi aksi. Tapi, kali ini persaudaraan ini tidak hanya di lokasi aksi,” katanya.

”Seperti yang saya katakan, bagaimana warga sepanjang jalan membantu saudara-saudara dari Ciamis yang berjalan kaki. Artinya, sentuhan itu masuk ke kampung-kampung. Ini menunjukkan nuansa kebersamaan umat Islam lebih nyata dan benderang,” ungkap Rizieq.

Menurut juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) M Ismail Yusanto menilai, Aksi 212 lalu telah membuktikan bahwa umat bisa bersatu. Jutaan umat dari berbagai kelompok atau elemen hadir dengan semangat atau spirit dan tujuan yang sama yakni membela Islam. Padahal sebelum ini, banyak orang skeptis ketika berbicara tentang persatuan umat. ”Ternyata pesimisme itu salah. Umat bisa bersatu,” jelas Ismail.

Keberhasilan persatuan umat ini, menurutnya, tidak lain didorong oleh kekuatan akidah Islam. ”Inilah aksi yang membuktikan dahsyatnya kekuatan dorongan akidah Islam,” kata Ismail yang saat aksi berbaur bersama massa di kawasan Jl. Merdeka Selatan.

Kuatnya dorong akidah ini, menurutnya, mampu menghancurkan segala penghalang yang dipasang oleh aparat keamanan dalam menggembosi acara itu. Ia yakini, bila bukan karena dorongan akidah, tidak mungkin umat segitu banyak bisa serempak hadir dengan penuh semangat juang, menerobos semua hambatan dan rintangan yang menghadang.

Ismail menjelaskan dampak dorongan akidah ini pula yang mewujudkan pengorbanan yang luar biasa di tengah umat. ”Coba lihat, karena semua bus dilarang, orang-orang Ciamis nekad jalan kaki. Ini pengorbanan luar biasa dan akhirnya menginspirasi kaum Muslim yang lain," jelasnya.

Di jalan mereka disambut oleh masyarakat bak pejuang yang mau berangkat ke medan laga. Di sepanjang jalan masyarakat menyediakan berbagai kebutuhan denqan cuma-cuma alias gratis. Semua dilakukan secara sukarela. Suasana kebersamaan sangat terasa. ”Perekatnya ya iman,” tandas Ismail.

Ia sepakat dengan Habib Rizieq, pertolongan Allah menjadikan hal yang tampak mustahil menjadi mungkin. Ia mengungkapkan, bagaimana bisa acara yang ditetapkan dalam waktu kurang 1 minggu berhasil menghadirkan jutaan orang? Bagaimana bisa jutaan orang yang tumplek bleg di sekitar Monas itu bisa berjalan tertib, rapi, bersih, nyaris tanpa insiden, dan dalam waktu sekejap tempat acara dan jalanan sekitar Monas bersih seperti semula. Hujan yang datang di saat yang tepat telah memberikan jalan buat mereka yang ketika itu harus kembali berwudhu, sekaligus membuat suasana area aksi menjadi lebih sejuk. ”Inilah pertolongan Allah. Inilah tadbirur rabbani (manajemen ilahiyah),” katanya bersemangat.

Keberhasilan aksi ini, kata Ismail, menunjukkan kekuatan dan keagungan umat Islam. Menurutnya, ini sinyal sangat jelas kepada siapapun untuk tidak bermain-main dengan umat Islam. ”Sudah sangat lama umat di negeri ini disepelekan, dilecehkan dan diabaikan. Aksi lalu menegaskan, semua itu tidak boleh lagi terjadi. Kekuatan psikologis seperti inilah yang saya kira kemudian menggerakkan Presiden untuk hadir di tempat acara,” jelasnya.

Dan pasca Aksi 212, masih ada energi besar yang tersimpan di tubuh Umat. Mereka bisa keluarkan kembali.

Ar-Rayah Disambut Hangat Umat

Sebuah bendera raksasa berwarna hitam berukuran 15 m x 10,5 meter bertuliskan kalimat syahadat: La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, berwarna putih diarak berkeliling di atas kepala massa yang memenuhi pelataran Monumen Nasional, Jakarta dalam Aksi 212. Bendera produksi syabab Hizbut Tahrir lndonesia (HTI) Chapter Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini bergerak bak gelombang dari tangan ke tangan. Tak ada satupun yang risih terhadap bendera tersebut. Semua saling membantu membentangkan Ar-Rayah -nama sebutan bendera Rasulullah tersebut.

Sampai akhirnya, Ar-Rayah menjadi ikon foto di sejumlah media baik dalam maupun luar negeri. Pengambilan gambar dari drone tak hanya memfokuskan pada jumlah massa yang besar, tapi juga membidik Ar-Rayah yang terbentang di tengah-tengah massa.

Sambutan massa yang luar biasa inipun mengisyaratkan bahwa stigmatisasi negatif terhadap bendera Rasulullah oleh aparat kepolisian khususnya Densus 88 -selalu berusaha mengidentikkan bendera itu dengan bendera ISIS- tak berhasil. Umat sangat memahami, bendera itu adalah bagian dari Islam. Makanya, sebagaimana bisa dilihat dan didengar di Youtube, massa melafalkan tahmid ketika memindahkan bendera raksasa ini.

Aksi 212 ini sekaligus menjadi ajang mengenalkan bendera Rasulullah yang selama ini masih asing di benak kaum Muslim. Ke depan semoga mereka menjadi garda terdepan untuk menegakkan panji-panji tersebut di muka bumi. []emje

Menjaga Spirit 212

Tanggal 2 Desember 2017 menjadi hari yang bersejarah bagi kaum Muslim di Indonesia. Inilah hari ketika ada pertemuan akbar umat Islam di jantung Ibukota Jakarta. Lebih dari 6 juta orang tumplek di Monumen Nasional dan sekitarnya. Bukan sekadar bertemu, mereka menuntut agar penista Al-Qur’an yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditahan. Aksi 212, begitu orang menyebut, sekaligus menunjukkan betapa kaum Muslim mampu melaksanakan aksidengan damai, tertib, dan bermartabat.

Hujan deras yang mengguyur arena aksi bertepatan dengan saat pelaksanaan shalat Jum’at tak membuat jutaan orang buyar. Mereka seolah menjadikan air dari langit itu sebagai air wudhu setelah sebelumnya sangat sulit mendapatkan air untuk bersuci.

Semangat mereka bertahan ini sama kuatnya dengan semangat mereka untuk datang dari berbagai daerah. Upaya sistematis yang dilakukan oleh aparat keamanan agar massa tidak ke Jakarta mereka lawan dengan semangat juang dan pengorbanan. Ribuan Muslim Ciamis, Jawa Barat, menjadi pendobrak kebuntuan. Setelah mereka tak bisa mendapatkan bus-bus untuk mengantar mereka ke Jakarta, mereka mengambil keputusan di luar dugaan: berjalan kaki. Justru aksi luar biasa itu menggugah kesadaran baru bagi kaum Muslim di tempat lain untuk berbondong-bondong ke Jakarta. Mereka merasa malu jika hanya berdiam diri. Jadilah Aksi 212 sebuah pertemuan akbar di luar prediksi siapapun.

Dorongan keimanan dan kecintaan mereka membela Islam adalah kuncinya. Dorongan ini mampu menggerakkan kaum Muslim di luar kebiasaan umumnya. Mereka rela mengorbankan harta dan waktunya untuk pergi ke Jakarta. Mereka berbagi tanpa memandang siapa yang mereka beri. Mereka rela memungut sampah-sampah orang lain. Di tengah lautan manusia, mereka saling menghormati dan menyayangi sehingga tidak ada insiden saling sikut dan injak di antara mereka. Semuanya sabar. Yah, berkat dorongan keimanan itu pula, pertolongan Allah datang.

Ini adalah pemandangan yang luar biasa indah. Kaum Muslim yang selama ini sering dilecehkan dan dihinakan di negerinya sendiri, bangkit membela agamanya. Mereka adalah sebuah kekuatan besar yang bisa menggilas siapapun. Sinyal persatuan umat ini begitu kentara.

Sayang, setelah itu tuntutan mereka belum terwujud. Ahok tetap berkeliaran mengumbar janji dalam kampanye. Tidak ditahan. Padahal, inilah tuntutan nyata dari aksi tersebut -bukan ibadah dan dzikir bersama. Namun, para penggerak aksi ini masih bersabar. Mereka tahu apa yang harus dilakukan jika negara sampai bermain-main dengan penista Al-Qur’an.

Umat pun sangat paham. Kalau sekarang mereka diam, bukan berarti menyerah, Mereka sementara istirahat untuk menunggu apa yang akan terjadi. Inilah yang harus dipahami para penguasa negeri ini. Dan suatu saat, gelombang itu akan bangkit kembali, membesar, dan melabrak siapapun yang menista Al-Qur’an.

Jikalau pun Ahok masuk penjara, itupun bukan akhir sebuah perjuangan. Masih banyak yang harus diperjuangkan oleh kaum Muslim negeri ini yakni menerapkan Al-Qur’an secara kaffah. Sebab, saat ini ayat suci itu masih diletakkan di bawah ayat konstitusi oleh negara. Bukankah itu pelecehan firman ilahi.

Tanpa menerapkan Al-Maidah 51 di sebuah negara yang diatur dengan aturan Islam, maka akan muncul Ahok-Ahok baru. Maka umat harus terus maju, dan bangkit untuk kemuliaan Islam. Jaga spirit Aksi 212 menyongsong perubahan ke arah penerapan Islam secara kaffah dalam naungan khilafah.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 187
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam