Syariah
Dan Khilafah Bukan Ancaman
Sejak keruntuhan
Khilafah Utsmaniyyah 28 Rajab 1432 H/3 Maret 1924, kaum Muslim di seluruh dunia
tak lagi memiliki pemimpin. Tak ada lagi perisai yang melindungi mereka.
Kondisi mereka laksana ayam kehilangan induk.
Pantas jika berbagai
masalah menimpa mereka. Negeri Islam yang dulunya bersatu di bawah satu
kepemimpinan dikerat-kerat menjadi negara bangsa. Ada lebih dari 50 negara.
Sudah begitu, mereka dikangkangi oleh penjajah yang rakus. Kemerdekaan yang
semula dijanjikan oleh para penjajah itu hanya janji belaka karena faktanya
kekayaan alam mereka justru dirampok oleh negara penjajah itu.
Tak cukup itu,
penjajah menelusup ke semua aspek kehidupan umat. Mereka membelokkan sejarah
peradaban Islam yang pernah gemilang. Mereka menyusun kurikulum yang tidak
memungkinkan kaum Muslim bangkit dengan agamanya. Mereka pun membuat stigma
negatif terhadap Islam dan menawarkan konsep baru Islam ala Barat.
Umat Islam yang tak
lagi punya pelindung sedikit demi sedikit teracuni pola pikir dan pola sikap
dengan paradigma Barat itu. Bagaimana tidak, pemikiran sosial politik yang
dikembangkan di dunia Islam tak lepas dari campur tangan Barat ini. Wajar jika
kemudian generasi yang dihasilkan adalah generasi bersosok Muslim tapi
berpikiran dan berperilaku ala Barat.
Ironisnya lagi,
sampai-sampai mereka tak menyadari berbagai kerusakan yang terjadi di negerinya
itu akibat ulah Barat. Mereka tetap saja mengangung-agungkan Barat dan
menganggap Barat adalah panutan bagi kehidupan mereka. Padahal fakta
kemaksiatan, kerusakan, dan kehancuran generasi di depan mata mereka.
Dalam kondisi seperti
itu, ketika ada segolongan umat yang ingin memperbaiki keadaan dengan syariah
Islam dan khilafah, ehhh... malah
dituduh sebagai ancaman. Ini aneh bin ajaib.
Diibaratkan sebuah
rumah, ada perampok masuk. Dia mengambil barang, menggergaji tiang-tiang rumah,
melubangi atap serta dinding, bahkan menyiksa anggota keluarganya. Nah, ketika ada anggota keluarga yang ingin
menolong dan membebaskan rumah itu, ternyata ada anggota keluarga lain yang
malah melarang dan menudingnya sebagai ancaman. Siapa yang melarang ini? Dia
adalah temannya rampok dan matanya buta. Dia telah lama berkawan dengan
perampok itu dan dari perampok itulah berbagai informasi didapatkannya tentang
saudara mereka yang sebenarnya baik itu.
Begitulah fakta
kekinian yang terjadi. Banyak kaum Muslim yang tak bisa mengindera dengan benar
fakta kerusakan yang ada di depan mata mereka. Mendudukkan masalah tidak mampu,
apatah lagi memberikan solusi.
Justru yang sangat
paham soal ini malah orang kafir. Mereka tahu bahwa kekuatan utama kaum Muslim
itu ada pada agamanya. Islam dulu maju dan menjadi mercusuar dunia karena
mereka berpegang-teguh pada agama mereka. Mereka sangat kuat dan ditakuti kawan
serta lawan karena memiliki khilafah, sebagai pemersatu umat, dan menerapkan
Islam secara kaffah.
Itulah mengapa usai
menghancurkan kekhilafahan Turki Utsmani, Menteri Luar Negeri Inggris saat itu
Lord Curzon ketika berbicara di House of Common mengatakan: "Situasinya
sekarang adalah Turki telah mati dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita
telah menghancurkan kekuatan moralnya, khilafah dan Islam.”
Ya, negara-negara
kafir Inggris dan Prancis -dua negara yang berperan besar dalam penghancuran
khilafah- tahu betul kekuatan Islam dan umat Islam. Mereka telah merencanakan
makar ini dalam waktu lama. Alasannya bukan karena Khilafah waktu itu berpihak
kepada Jerman pada Perang Dunia I tapi rencana ini telah dibuat ratusan tahun
sebelumnya.
Usaha yang pertama
untuk menghancurkan persatuan Islam terjadi pada abad ke-11 ketika Paus Urbanus
II melancarkan Perang Salib II untuk menduduki Al-Quds. Setelah 200 tahun
pendudukan, akhirnya pasukan Salib dikalahkan di tangan Shalahudin Ayyubi. Di
abad ke 15, Konstantinopel ditaklukkan dan benteng terakhir Kekaisaran
Byzantium itupun dikalahkan. Lalu pada abad ke-16 Daulah Islam menyapu seluruh
bagian selatan dan timur Eropa dengan membawa Islam kepada bangsa-bangsa itu.
Akibatnya jutaan orang Albania, Yugoslavia, Bulgaria dan negara-negara lain
memeluk Islam.
Setelah pengepungan
Wina tahun 1529 Eropa membentuk aliansi untuk menghentikan ekspansi Khilafah di
Eropa. Pada titik itulah terlihat bangkitnya permusuhan pasukan Salib terhadap
Islam dan khilafah, dan dibuatlah rencana-rencana untuk menghancurkan Islam dan
khilafahnya.
Tak cukup sampai di
situ, bahkan ketika khilafah telah runtuh sekalipun, mereka terus saja berusaha
agar kekuatan Islam ini tidak bangkit kembali dengan cara membuat rintangan dan
hambatan. Di antaranya penanaman sikap patriotisme/nasionalisme, pembentukan
organisasi kamuflase untuk mewadahi ghirah
umat Islam, jeratan ekonomi, merusak generasi muda, hingga menanam penguasa
boneka.
Yang pasti, mereka
sangat takut kepada Islam. Mereka sadar bahwa kebangkitan Islam mengancam
Imperialisme mereka di dunia Islam.
Rahmat,
Bukan Ancaman
Walhasil, bagi kaum
Muslim, mewujudnya Islam dalam seluruh aspek kehidupan adalah rahmat. Allah SWT
menegaskan: “Kami tidak mengutus Kamu [Muhammad]. kecuali untuk menjadi rahmat
bagi seluruh alam.” (TQS al-Anbiya' [21]: 107)
Konsekuensi menjadi
rahmat bagi manusia dan alam Semesta, maka risalah ini diturunkan untuk
mewujudkan kemaslahatan [jalb al-mashalih]
manusia, dan mencegah kemafsadatan [dar'u
al-mafasid].
Berbagai kemaslahatan
akan lahir jika Islam diterapkan secara kaffah melalui institusi khilafah. Di
antaranya adalah terjaganya agama [hifdz ad-din],
jiwa [hifdz an-nafs], akal [hifdz al-‘aql], harta [hifdz al-mal], keturunan [hifdz
an-nasl], kehormatan [hifdz al-karamah],
keamanan [hifdz al-amn] dan negara [hifdz ad-daulah] yang notabene merupakan
kemaslahatan bagi individu dan publik, misalnya, bisa disebut sebagai hasil
penerapan syariah.
Lebih dari itu,
penerapan syariah dan khilafah adalah perintah agama. Kaum Muslim yang mengkaji
dengan benar nash-nash Al-Qur’an dan sunnah serta ijmak sahabat tak akan bisa
menolak adanya kewajiban tersebut. Bahkan para ulama termasyhur dari berbagai
mazhab pun sepakat akan hal itu.
Akhirnya, inilah Islam
kaffah. Sistem ini akan memberikan kebaikan dan keadilan di muka bumi, karena
Islam berasal dari Dzat Yang Maha Baik dan Adil. Sedikitpun tak memberi
ancaman, malah menjanjikan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sambutlah syariah dan
khilafah. []
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 173, Mei 2016
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar