Sesungguhnya umat
Islam memiliki peran sangat besar mengusir penjajah dari negeri ini. Mereka
berkorban harta dan jiwa. Lihat saja bagaimana Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU),
Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari mengobarkan Resolusi Jihad pada 10 November
1945.
Anehnya, begitu
merdeka, para penguasa justru mengambil konsep-konsep dari orang kafir untuk
mengatur negeri ini. Bahkan, aturan hukum diambil sepenuhnya dari Belanda,
penjajah yang telah menjarah kekayaan negeri ini lebih dari tiga abad lamanya.
Maka, memang penjajah
telah hengkang secara fisik, tapi kaki dan tangan mereka masih mencengkeram
erat negeri khatulistiwa yang kaya raya ini. Ini bisa berlangsung karena sistem
negeri ini sama dan sebangun dengan sistem penjajah.
Melalui liberalisme
gaya baru atau neoliberalisme, penjajah menjadikan negeri ini membuka seluruh
pintu-pintunya untuk dimasuki dengan leluasa. Pintu-pintu itu adalah peraturan
perundang-undangan yang pro terhadap asing.
Terjadilah
liberalisasi di seluruh sektor melalui legalisasi peraturan yang disusun oleh
wakil rakyat. Melalui proses demokratisasi yang dianggap sebagai sistem
pemerintahan terbaik, wakil rakyat atas nama rakyat justru melindungi
keberadaan asing. Para penjajah ini bisa kembali leluasa menjarah atas nama
pasar bebas.
Neoliberalisasi ini
semakin nyata di era reformasi. Lebih nyata lagi di era Jokowi-JK. Di saat
pengangguran sekarang mencapai lebih dari 11 juta orang, pekerja-pekerja Cina
justru masuk. Ketika industri dalam negeri mulai tumbuh, barang impor dari Cina
merajai pasar. Sudah dapat diduga anak negeri terpinggirkan. Bukan karena
kemauan mereka tapi karena kebijakan pemerintah.
Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) mulai dijual lewat bursa. Siapa yang beli? Ya para pengusaha,
termasuk pengusaha asing. Perusahaan-perusahaan swasta pun telah berpindah
tangan kepada orang asing. Penjarah negeri ini seperti Freeport, Chevron, Exxon
Mobil dll makin mantap menjarah tambang migas lndonesia.
Liberalisasi itu
menjadi wujud penjajahan gaya baru atau neoimperialisme. Lihatlah bagaimana
para penguasa lebih tunduk kepada asing dibanding kepada aspirasi rakyatnya
sendiri.
Rakyat? Ya, mereka
menjadi pelengkap penderita. Benarlah anekdot bahwa mereka telah diwakili
kesejahteraannya oleh wakil rakyat.
lronisnya, ketika ada
gerakan lslam yang menawarkan solusi atas negeri ini secara konseptual, malah
dituding mengancam negara. Padahal, diterapkan saja belum, tapi sudah
ditakut-takuti. Tudingan fundamentalis-lah, teroris, ekstrimis, dan sebagainya
disematkan agar rakyat tidak mendukung dan bergabung dengannya.
Sementara
neoimperialisme dan neoliberalisme yang sudah nyata-nyata merusak dan mengancam
kelangsungan negeri ini malah dipertahankan dan dipuja-puja. Mereka lupa bahwa
konsep tersebutlah yang menjadikan negeri ini karut marut seperti sekarang.
Ada dua perspektif
terhadap kondisi tersebut. Pertama, liberalisme dan imperialisme ini sengaja
dipertahankan karena hanya dengan itulah asing bisa mengamankan keberadaannya.
Hanya dengan itu pula, antek-antek asing bisa berkuasa dan ikut-ikutan menikmati
kekayaan negara.
Kedua, mereka sangat
takut terhadap Islam. Sejarah masa lalu menjadi cermin bagaimana Islam bisa
mengalahkan mereka. Inilah dendam masa lalu Barat yang kafir atas Islam. Maka
sebaik apapun konsep Islam, pasti mereka tolak karena dendam dan kebencian.
Islam
Menyelamatkan
Maka bisa diduga orang
yang mengatakan Islam sebagai ancaman adalah mereka yang pertama, buta terhadap
Islam; kedua, memang dendam dan benci terhadap Islam. Tak ada ceritanya, dalam
kurun sejarah masa lalu lebih dari 13 abad kaum Muslim menguasai dunia, ada
kerusakan yang begitu parah dalam segala sektor.
Malah Islam menjadi
mercusuar bagi peradaban manusia. Raja dan Kaisar Eropa sampai-sampai
menginginkan agar keluarga mereka bisa dididik oleh pendidikan Islam (di
Khilafah). Dunia yang saat itu hidup dalam kebodohan berubah karena imbas
perkembangan peradaban Islam.
Dalam situasi
kehancuran peradaban Barat sekarang, tak ada lagi solusi kecuali hanya kembali
kepada Islam. Hanya orang yang bodoh, mempertahankan sistem
kapitalisme-liberalisme-sekulerisme yang sedang sekarat. Kembali kepada
komunisme, lebih bodoh lagi karena sistem itu telah hancur.
Sistem Islam atau
khilafah, sesungguhnya adalah sistem yang pas dengan manusia. Sistem ini pernah
diterapkan oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Tata
aturan di dalamnya dibuat oleh Allah SWT, Dzat Yang Maha Benar dan MahaAdil.
Keberadaannya pun
tidak hanya bagi kaum Muslim, tapi bagi manusia. Termasuk non-Muslim. Tak ada
diskriminasi. Sistem ini memuliakan manusia dan tetap menghormati keberagaman
di tengah masyarakat.
Lebih dari itu,
khilafah akan menjadi jalan bagi sebuah kemajuan dan kesejahteraan bagi umat
manusia di dalamnya. Khilafah akan menjadi negara adidaya yang siap menghadapi
upaya intervensi baik secara politik dan ekonomi.
Dan yang terpenting,
dengan khilafah, syariah lslam bisa diterapkan secara kaffah. Dampaknya, hidup
akan menjadi berkah. Pintu keberkahan langit dan bumi akan dibuka oleh Allah
karena Allah ridha terhadap kehidupan di muka bumi yang sesuai aturan-Nya.
Siapa yang tidak ingin
hidupnya mendapat ridha Allah? Hanya setan yang tidak menginginkan itu semua
terwujud di muka bumi. Mengapa? Karena dengan sistem Islam, umat dijaga agar
mereka selamat masuk surga. Jadi lslam adalah ancaman bagi setan. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 157, September 2015
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar