Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 04 Mei 2017

Pribadi-Pribadi Teladan Dalam Hijrah



Kaki-Kaki Emas Di Jalan Hijrah

Selalu ada pribadi-pribadi berkepribadian emas dalam sejarah perjuangan islam, termasuk dalam proses hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Hijrah bukan perjalanan ringan, justru amat berat. Dengan jarak tempuh lebih dari 400 km, para sahabat melangkahkan kaki ke negeri "orang lain'. Tak ada sanak famili di sana, tak ada rumah tinggal, dan tak ada nafkah yang dijanjikan Rasulullah SAW kecuali ridha Allah SWT.

Keridhaan Allah itulah yang justru menjadi bahan bakar semangat kaum Muslimin meninggalkan negeri mereka, Mekkah, menuju negeri baru Madinah. Meski untuk itu mereka harus meninggalkan harta, tempat tinggal, nafkah, bahkan ada sebagian dari sahabat harus meninggalkan istri atau suami, anak-anak dan orangtua.

Salah satu sosok sentral dalam hijrah adalah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Ia adalah pendamping hijrah Rasulullah SAW. Mendampingi Rasulullah adalah kehormatan sekaligus mengundang kematian. Karena tak ada orang yang amat diincar untuk dilenyapkan oleh kaum Musyrik Quraisy melebihi Rasulullah SAW, tapi justru Abu Bakar amat berharap menjadi teman hijrah beliau.

Abu Bakar telah membeli dua ekor unta yang dipersiapkan untuk berhijrah bersama Nabi SAW. Kedua unta itu ia persiapkan dan diberi makan selama empat bulan. Sampai suatu ketika Rasulullah SAW mendatangi rumah Abu Bakar. Beliau meminta agar Abu Bakar untuk keluar rumah agar bisa berbicara dengan aman. Akan tetapi Abu Bakar menjawab, ”Wahai Rasulullah, di rumah ini hanya ada dua anakku, demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusan untukmu." Kemudian Rasulullah berkata, "Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengizinkanku hijrah dan keluar dari Mekkah.”

Abu Bakar bertanya, ”Siapa temannya, wahai Rasulullah?" Nabi SAW. berkata, ”Teman?” Perkataan Rasulullah mengisyaratkan bahwa Abu Bakar memang orang yang dipilih untuk mendampingi beliau. Aisyah saat menuturkan riwayat ini berkomentar, ”Demi Allah, hingga ketika itu aku belum pernah melihat orang menangis karena kegirangan, dan saat itu aku melihatnya pada Abu Bakar.”

Bukan hanya menyertakan dirinya, tapi Abu Bakar ash-Shiddiq ra. juga melibatkan putra-putrinya dalam perjalanan hijrah yang berbahaya ini. Ia memerintahkan putranya Abdullah bin Abu Bakar ra. untuk hadir di tengah-tengah orang Quraisy untuk mencuri informasi-informasi penting. Kemudian sore harinya ia memerintahkan mantan budaknya, Amir bin Fuhairah, menggembalakan kambing dan membawanya kepada Abu Bakar dan Rasulullah SAW. Kambing itu diperah susunya dan disembelih untuk bekal makanan.

Putrinya Asma binti Abu Bakar ra. juga diperintahkan untuk membawa makanan bagi mereka berdua. Karena lupa tidak membawa tali pengikat makanan, maka Asma melepas ikat pinggangnya dan membelahnya menjadi dua sebagai pengikat makanan, hingga ia dijuluki dzatu an-nithaqaini (wanita yang punya dua ikat pinggang).

Abu Bakar menghabiskan banyak hartanya untuk perbekalan hijrah, selain untuk membeli dua ekor unta dan menyewa penunjuk jalan. Kabar ini sampai kepada ayahnya, Abu Quhafah. Ia yang sudah buta mencemaskan keluarga Abu Bakar lalu mendatangi keluarga tersebut. ”Demi Allah, aku berpendapat bahwa Abu Bakar berniat melaparkan kalian, karena membawa semua kekayaannya!"

Asma binti Abu Bakar ra. membela ayahnya, "Tidak, sesungguhnya ayah meninggalkan kekayaan yang banyak untuk kita!" Kemudian ia mengambil batu, meletakkannya di karung dan mengambil tangan kakeknya agar meraba karung tersebut, ”Kakek, letakkan tanganmu di kekayaan ini.” Abu Quhafah pun meraba karung tersebut. Ia berkata, “Tidak apa-apa. Jika ia meninggalkan kekayaan sebanyak ini, ia telah berbuat baik.”

Ya Allah berkahilah keluarga Abu Bakar!

Pengorbanan dan ujian di jalan hijrah juga dialami keluarga Rasulullah SAW, yakni Zainab ra. Saat akan berangkat ke Madinah, orang-orang mengejar Zainab. Mereka berhasil mengejarnya di Dzi Thawa lalu mulai meneror Zainab. Salah seorang di antara mereka, yakni Habbar bin al Aswad menjulurkan tombaknya hingga Zainab yang kala itu sedang hamil seketika mengalami keguguran.

Saat itu saudara ipar Zainab, Kinanah bin ar-Rabi' membela Zainab. ia mengeluarkan panahnya dan berkata, "Demi Allah, jika salah seorang di antara kalian mendekat kepadaku, akan kulesatkan anak panahku padanya!" Orang-orang Quraisy pun pulang kembali ke Mekkah.

Zainab binti Rasulullah ra. baru bisa keluar meninggalkan Mekkah beberapa hari kemudian secara diam-diam. Ia meninggalkan suaminya Abu al-Ash bin ar Rabi yang masih bersikukuh dengan kemusyrikannya.

Abu al Ash bukan saja enggan memeluk Islam, tapi ia pernah juga turut berperang pada medan Badar. Saat itu ia tertangkap oleh kaum Muslimin. Mendengar suaminya tertangkap, Zainab bermaksud menebusnya dengan kalung pemberian ibundanya, Khadijah binti Khuwailid ra. Ia mengirim utusan untuk membawa kalung itu kepada Rasulullah SAW di Madinah. Hal ini terjadi sebelum hijrahnya Zainab ke Madinah.

Melihat utusan membawa kalung milik Zainab yang merupakan pemberian istrinya tercinta, Khadijah ra., Rasulullah SAW merasa sedih. Ia berkata kepada para sahabat, "Jika kalian ingin membebaskan suami Zainab, dan mengembalikan hartanya kepadanya silahkan lakukanlah!" Para sahabat berkata, "Itu akan kami lakukan wahai Rasulullah.” Kemudian mereka membebaskan Abu al-Ash dan mengembalikan kalung Zainab.

Masih banyak lagi kisah-kisah keteladanan para sahabat di jalan hijrah. Semuanya memberikan pedoman bahwa tak ada yang dapat menghentikan dakwah meski harus meninggalkan apa yang demikian berharga di mata manusia. Harta, tempat tinggal, bahkan keluarga pun harus terpisah manakala berhadapan dengan kalimatul haq.

Betapa banyak orang yang dalam hatinya merasa sudah berjuang tapi masih merengkuh erat-erat dunia. Kakinya tak mau melangkah di jalan dakwah lebih lebar lagi kecuali dengan sekadar merayap. Mereka sebenarnya tengah bermimpi menjalankan dakwah dan dapat meraih ridha Allah dengan kebekuan hati dan pikiran mereka.

Maka, bagaimanakah sekarang posisi kita di hadapan Allah bila dibandingkan dengan keluarga Abu Bakar? Saatnya pantaskan diri di hadapan ilahi agar perjalanan dakwah menjadi ringan untuk dikayuh, dan pengorbanan pun menjadi mudah untuk dikerjakan. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 160, Oktober-Nopember 2015
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam