Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 31 Mei 2017

Pesantren 3 in 1 Pertama Di Bandar Lampung



KH Muhammad Sulthan, Pimpinan Ponpes Jabal An Nur Al Islami:

Demokrasi Bukan Bagian Dari Islam

Hizbut Tahrir itu bagus. Alhamdulillah, saya memandang Hizbut tahrir itu rajin bersilaturahim. Memang salah satu cara iika mau membumikan khilafah ya harus seperti itu, menyosialisasikannya ke tengah-tengah masyarakat, turun ke bawah dan tidak ada rasa gengsi dan saya lihat itu di Hizbut Tahrir.

Dulu harapan kami memang dengan partai-partai politik Islam yang ada, tetapi ketika mereka masuk sistem bukannya mewarnai malah diwarnai. Sedangkan saya melihat Hizbut Tahrir berada di luar sistem pemerintahan, itu lebih asyik sebenarnya. Jadi ketika dia nanti menang tidak ada tekanan dari siapa-siapa. Jebakan-jebakan demokrasi yang sangat luar biasa itu kan berbahaya, bahkan tidak sedikit ulama-ulama yang mengambil demokrasi, padahal demokrasi itu bukan bagian dari Islam. Kita tidak mengenal demokrasi. Kalau Islam mencari yang terbaik, demokrasi mencari yang terbanyak. []

Ponpes Modern Jabal An-Nur Al-Islami, Parendoan, Batu Putuk, Betung Barat, Bandar Lampung

Semua bangunannya tampak baru! Bahkan sebagiannya masih dalam tahap pembangunan sehingga tukang yang sedang mengaduk, pasir, bata dan material lainnya menghiasi beberapa ruas jalan kompleks Pondok Pesantren Jabal An Nur Al Islami (JNI). Pembangun secara total dan besar-besaran tersebut dimulai 2,5 tahun lalu saat JNI pindah ke Jalan Wan Abdurrahman Kampung Parendoan, Kelurahan Batu Putuk Kecamatan Betung Barat, Bandar Lampung.

Tadinya, pesantren yang berdiri sejak 25 Mei 2007 beralamat di Campang Raya, Bayur Atas, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung tepatnya berada di atas gunung-yang sekarang sudah rata dan menjadi gudang semua.

Karena pesantren ini berdiri di atas gunung, maka diberi nama Jabal An Nur alias gunung yang bercahaya. Nama tersebut diambil dari gunung Jabal An Nur di Mekkah. ”Sesuai dengan namanya, kita bersama para pendirinya terinspirasi dari Jabal An Nur di Mekkah, supaya mendapat cahaya dari Allah,” ujar KH Muhammad Sulthon, pimpinan JNI.

Sebelum pindah ke Parendoan, fasilitas yang ada sangat terbatas. Dindingnya belum ada yang tembok. Batangnya dari tangkil, dindingnya triplek. Selama lima tahun tidak ada air. "Jadi kami membeli dua tangki air setiap hari. Jika hujan turun kami buat penadah hujan," kenang ulama yang akrab disapa Kyai Sulthon tersebut.

Bahkan enam bulan pertama, pesantren yang didirikan oleh KH Muhammad Fathoni Syafe'i, Lc -ayahanda Kyai Sulthon- tersebut hanya satu orang. Seiring berjalannya waktu dan semakin meningkatnya kepercayaan warga untuk menitipkan anak-anaknya di JNI maka santri terus bertambah hingga akhirnya harus dipindah. Sekarang jumlah santri putra putri sekitar 280 orang, semuanya mondok (boarding).

"Alhamdulillah, 2012 tepatnya 25 Februari kami pindah ke tempat ini dan itupun atas pertolongan Allah. Dahulu tempat ini hutan lebat, banyak binatang seperti beruang dan rusa. Alhamdulillah, dengan ketulusan dan keikhlasan para pengurus pondok, pengembangannya signifikan,” ujar Kyai Sulthon.

JNI didirikan lantaran KH Muhammad Fathoni Syafe'i saat itu melihat semakin banyaknya generasi yang lahir tidak berakhlakul karimah dan merebaknya narkoba. ”Kita dengan para pendiri menginginkan pondok-pondok yang didirikan memiliki pendidikan dengan warna Islam yang harapan kami dari pondok ini akan lahir generasi-generasi yang dapat menerapkan syariat Islam dalam kehidupannya," ujar Kyai Sulthon.

Three in One

JNI merupakan pesantren pertama di Bandar Lampung yang menerapkan sistem pendidikan dengan menggunakan tiga bahasa pengantar yaitu bahasa Arab, Inggris dan Indonesia; serta mengintegrasikan sistem pondok modern, salafiyah, dan Kementerian Agama. Sehingga JNI dikenal sebagai pesantren dengan kurikulum Three in One. "Kurikulum 3 in 1 inilah yang dibutuhkan oleh anak-anak kita untuk menghadapi perkembangan zaman yang serba teknologi,” ujar Kyai Sulthon.

Selain dari Lampung, JNI membina para santri yang berdatangan dari Kalimantan, NTT, Jakarta, Probolinggo, Palembang dan Jambi. Semua santri menginap di pesantren yang memiliki luas lahan 1,5 hektar dengan 15 unit bangunan permanen, 10 lokal dan 5 asrama yang semuanya dalam kondisi penuh.

”Jadi kalau tidur malam semua penuh baik masjid, kamar di dalam dan di luar," ujarnya sehingga JNI memutuskan untuk terus menambah bangunan di lahan yang masih luas tersebut.

Adapun ekstrakulikulernya antara lain, seni membaca Al-Qur’an, keorganisasian dan kepemimpinan, pidato tiga bahasa (Arab, Inggris, Indonesia), kursus-kursus keterampilan, hafalan Al-Qur’an, seni beladiri dan santri pecinta alam.

Kaligrafi, beladiri, pencak silat, shalat tahajud, dhuha, menjadi program wajib untuk di laksanakan di sini. ”Kami memang tidak mengejar santri untuk mengikuti lomba-lomba di luar, namun kami mengirimkan langsung ke tengah-tengah masyarakat agar berkiprah di sana seperti mengirimkan santri untuk menjadi da'i di tengah-tengah masyarakat seperti menjadi guru maupun khatib,” ujar pimpinan pesantren yang membuka kelas MTs dan MA tersebut.

Alumni JNI saat ini tersebar ke berbagai tempat. Ada yang di perguruan tinggi di Lampung seperti IAIN Raden Intan Bandar Lampung, Jogya, Kudus bahkan sampai ke Yaman untuk menimba ilmu di sana.

”Alumni kami sudah ada yang ke Yaman mengambil sarjana syariah Islam, dan tahun depan kami akan mengirim lagi dua orang ke sana. Semua itu mandiri tidak ada bantuan dari luar,” pungkasnya. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 156, Agustus-September 2015
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam