Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 29 Mei 2017

Menerangi Kawasan Hitam Surabaya Utara



KH Hasyim Yahya, Ketua Yayasan Masjid Mujahidin Surabaya

Nashrullah Datang saat Kegelisahan Umat Memuncak

KH Hasyim Yahya merupakan sosok yang suka berlama-lama dengan para pemuda aktivis Islam manapun. Ambok Hasyim adalah panggilan akrabnya, sebuah panggilan suku Bugis (Sulawesi) yang bermakna buya, ayahanda atau semacamnya. Salah seorang perintis Radio Suara Mujahidin dan generasi kedua Pengurus Masjid Mujahidin, pernah berkenan hadir dan menyampaikan orasinya saat Tabligh Akbar di Taman Bungkul yang diselenggarakan HTI DPD Surabaya pada awal tahun 2000-an.

“Dalam memenangkan perjuangan Islam, faktor utamanya bukan faktor kemampuan kita para pejuang Islam, tapi lebih pada pertolongan Allah SWT. Kita tidak bisa menyelesaikan sendiri segala problematika umat yang membelit umat saat ini. Ketika umat berada di puncak kegelisahannya terhadap serangan musuh-musuh Islam, justru saat itu pertolongan Allah SWT akan datang. Seperti saat menjelang pecahnya G 30 S /PKI, umat Islam saat itu sangat gelisah dan bahkan tidak tahu makar yang dilakukan PKI begitu sistematis dan nyaris sempurna. Tapi dengan nashrullah umat Islam di Indonesia selamat dari komunisme.“ penjelasan Ambok Hasyim penuh semangat terkait dengan harapan kepada generasi muda dan semua aktivis dakwah di manapun berada.

Ambok Hasyim menerima Media Umat beberapa waktu lalu di ruang utama masjid Mujahidin seusai shalat dzuhur. ditemani kursi rodanya yang setia menemani. Selain tinggal di sebrang masjid Mujahidin di jalan Perak Timur, sebagian waktunya digunakan bermukim di rumahnya di Mekkah Al Mukarramah, Saudi Arabia. []

Menerangi Kawasan Hitam Surabaya Utara

Masjid Mujahidin Surabaya

Pelabuhan Tanjung Perak menjadi kawasan hitam karena subur dengan berbagai kemaksiatan seperti perjudian prostitusi dan premanisme. Untuk menerangi atau paling tidak mengurangi kepekatannya, para aktivis Islam pun mencoba mendakwahi mereka dengan membangun masjid, Masjid Muhajahidin sebagai pusatnya.

”Meski di awal pendirian masjid mendapatkan penolakan yang cukup kuat namun semakin lama semakin mendapatkan tempat,” ujar Ketua Takmir Masjid Mujahidin Ustadz Soegiharjo kepada Media Umat saat beranjangsana beberapa waktu lalu.

Dan untuk semakin lebih mengembangkan dakwahnya, secara legal formal dibentuk Yayasan Masjid Mujahidin Surabaya (05/03/1961) bertepatan dengan 17 Ramadhan 1380 H di depan notaris Gusti Djohan dengan nomor 92/1961.

Lokasi Masjid Mujahidin di kawasan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya utara, tepatnya di Jl. Raya Perak Timur 275. Sisi lain masjid juga menghadap ke Jl. Teluk Nibung dan Jl. Teluk Aru. Suasana pelabuhan yang sibuk dengan bongkar muat penumpang kapal laut, bongkar muat kargo peti kemas di pergudangan dan pelabuhan yang panas, membuat Masjid Mujahidin seperti sebuah oase di padang gurun. Masjid ini menaungi dan menyatukan berbagai suku yang hidup di daerah pelabuhan seperti Banjar, Padang, Bugis selain Madura dan Jawa.

Nama 'mujahidin' merupakan pemberian dari KH Abdul Ghaffar Ismail (ulama asal Pekalongan, Jawa Tengah, ayahanda penyair Taufik Ismail) ketika pengajian pendirian masjid (13/08/1954) di Gedung Al Irsyad jl. Danakarya kawasan Ampel Surabaya. Dari pengajian tersebut terkumpullah infak jamaah dalam bentangan surban ulama Jatim KH Bey Arifin sebesar Rp72.000 sebagai dana awal pembangunan masjid.

Peletakan batu pertama (17/08/1954) pendirian masjid dilakukan oleh Kolonel M Nazir dan Kolonel Soedirman, dengan disaksikan Gubernur Jatim saat itu, Samadikun, dan Walikota Surabaya saat itu, R Mustadjab. Arah kiblat masjid dilakukan secara hati-hati dan diklaim paling presisi saat itu. Dua tahun kemudian tahun 1956, masjid mulai dapat digunakan untuk shalat berjamaah.

Hingga kini Masjid Mujahidin menjadi salah satu masjid besar di Surabaya, selain Masjid Ampel di Surabaya utara, Masjid Kemayoran di Surabaya pusat, Masjid Al Falah dan Masjid Nasional Al Akbar di Surabaya selatan.

Kegiatan Mujahidin

Program Yayasan Masjid Mujahidin dibagi dalam beberapa bidang kegiatan, antara lain bidang pendidikan; bidang dakwah dan pembinaan umat; bidang sarana dan usaha serta bidang sosial dan layanan umat.

Bidang pendidikan menaungi playgroup, Taman Kanak-Kanak, SD, SMP dan SMA Mujahidin. Semua sekolah tersebut di kompleks Masjid Mujahidin. Bidang dakwah dan pembinaan umat menyelenggarakan pengajian rutin bakda maghrib maupun kuliah shubuh, pengajian ibu-ibu, remaja dan lain-lain. Da’i kondang mantan rocker Kang Hari Moekti dan inspirator Islam Felix Siauw pernah menyampaikan pengajiannya di Masjid Mujahidin.

Bidang sarana dan usaha berkaitan dengan pemeliharaan dan pengadaan sarana fisik masjid, sekolah, poliklinik, koperasi dan lain-lain. Selain di Perak Barat, Masjid Mujahidin dan TK-SD Mujahidin juga dibangun di Klakah Rejo V/1, Griya Citra Asri, Benowo, Surabaya Barat. Bidang Sosial dan layanan umat menangani pelayanan jenazah dan mobil jenazah, poliklinik, LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang bernama Lembaga Amal Mujahidin, Selain itu, Masjid Mujahidin pun menjadikan radio sebagai sarana dakwahnya. Maka Radio Suara Perak Jaya pun menjadi satu bagian yang integral dengan keberadaan Masjid Mujahidin. Radio dakwah terkemuka pada dekade 1970-1990-an berada pada frekuensi AM 1188 Khz dengan slogan 'Bersiar untuk Bersyi'ar'. Radio yang bernama awal Radio Suara Mujahidin dan pernah menjadi kebanggaan keluarga Muslim Surabaya mengudara pertama kali (23/03/1968) pukul 14.00, hanya bermodalkan pemancar radio mini, sebuah travo, menara radio dan beberapa kabel semrawut. Sinyal pertama mengudara di frekuensi short wave (SW).

Dengan kreativitas teknisi radio Ustadz Baabdullah, jangkauan siaran Radio Suara Mujahidin sampai Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, bahkan pernah sampai Malaysia dan Irian Jaya. Untuk menunjang keabsahannya, dibuatlah badan hukum dengan nama Perkumpulan Radio Suara Mujahidin pada Mei 1971. Tahun 1973 terbit peraturan pemerintah yang melarang yayasan atau masjid memiliki radio. Untuk menyesuaikannya, diubahlah badan hukumnya menjadi Radio Perkumpulan Mahasiswa PTDI (Pendidikan Tinggi Dakwah Islam) yang menginduk ke PTDI Jakarta. Perubahan nama menjadi radio SPJ (Suara Perak Jaya) dilakukan (25/04/1998) karena adanya regulasi pelarangan penggunaan istilah asing 'mujahidin'.

Beberapa penyiar pionir militan pada awal radio Suara Mujahidin di antaranya Hasyim Yahya dan Saleh Yahya bersaudara, Muhammadong, Yoenoes Mustafa, Slamet Agus Sahisnu dan Zainal Abidin Tamin. Semua penyiar tersebut saat ini sudah sepuh dan menjadi tokoh-tokoh yang disegani di kancah dakwah di Surabaya. Beberapa narasumber yang pernah menyampaikan materi-materi dakwah melalui radio Suara Mujahidin/PTDI/SPJ antara lain KH Abdul Ghaffar Ismail, KH Bey Arifin, KH Khalid Abri, KH Khasun, KH Hanif Adzhar dan lain-lain.

Meskipun saat ini media massa sudah diramaikan dengan radio FM, televisi, internet dengan penggunaan berbagai aplikasi media sosial, Radio Mujahidin tetap mengendap dalam kenangan pendengarnya pada era kelayaannya. []

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam