Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 19 Mei 2017

Ekonomi Neo Liberal Di Masa Jokowi


Mereka Bicara
Ekonomi Di Masa Jokowi

Hatta Taliwang, Direktur Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta:

Dikuasai Asing, Aseng, dan Asong

Sekarang ini hampir semuanya dikuasain asing dan aseng. Dari sektor ritel, properti seluruh kota besar di Indonesia, semua dikendalikan oleh orang-orang Cina. Perbankan oleh Cina dan Barat. Jadi mereka (asing) itu punya mesin penyedot di Indonesia ini, atau saya sebut vacum cleaner. Mereka kerjanya nyedot, sampai akhirnya kita pribumi hanya dapat segelintir saja sebagai asongnya itu. Asong inilah yang membuat aturan agar asing dan aseng menjajah kita secara ekonomi.

Jadi kalau dalam terminologi aktivis kan ada asing, aseng, dan asong yang menyedot kita. Tapi supaya jangan jadi salah tafsir, gak semua aseng itu jahat, yang jahat itu yang nipu-nipu bank itu, yang main di sektor perkebunan. Itu kerjanya nyedot terus itu. Ya aseng yang baik juga banyak. Cuma yang jahatnya aseng ini saling terkait. Mereka saling memonopoli bisnis. Jadi bisnis strategis itu mereka kuasai, contoh seperti aseng menguasai perusahaan tepung. Nah, cabang-cabangnya di Jawa Barat itu aseng juga akhirnya yang megang. Rantai-rantai itu mereka pegang, sehingga kaum pribumi kita ini tidak kebagian hanya mendapatkan remah-remah saja.

Jadi rakyat-rakyat kita itu hanya kerja-kerja yang kecil saja. Kita dikepung oleh jaringan aseng. Di satu sisi juga jaringan bisnis besarnya dikuasai kelompok asing. Bahkan makanan-makanan kecil yang dulu dijual rakyat kita seperti di kios-kios sekarang terpelanting semua. Karena rakyat asli tidak mampu bersaing. Mereka tergusur oleh waralaba-waralaba besar. Bahkan mereka pun sudah mulai menjual makanan-makanan yang dijual oleh pribumi kita.

Nah di situlah seharusnya negara, kalau negaranya masih ada, berperan melindungi. Akan tetapi kan negara kita ini kan negara liberal, super liberal, sehingga terjadi kesenjangan yang makin tajam antara si kaya dan si miskin. Yang kaya makin kaya dengan mesin penyedotnya itu, dan yang miskin semakin kere.

Iya, Indonesia secara ekonomi sudah dijajah oleh asing dan aseng. Bahkan mereka tinggal sejengkal lagi dengan ambisinya untuk menguasai sektor politik, walaupun sebenarnya sebelum itu pun mereka sudah lama bermain politik. Dengan uangnya mereka dengan mudah mengontrol partai-partai politik.


Ichsanuddin Noersy, Pengamat Ekonomi Politik:

Pembangunan Salah Konsep

Faktor internal kita tidak kuat dalam nilai tukar. Tiap tahun nilai tukar kita selalu berfluktuasi yang mengakibatkan kestabilan harga terganggu.

Faktor eksternal, gerak ekonomi yang pro Amerika dan Cina dan sekutunya masih terus berlanjut. Amerika yang kelihatannya pulih, secara struktural rentan. Itu disangsikan oleh ketidakstabilan yang tinggi, indikasinya bagaimana Amerika tetap meminta Cina untuk mematuhi apa yang mereka kehendaki.

Nah berikutnya, Uni Eropa ini masih kritis, pada saat yang sama pula Amerika juga kritis, karena ekonomi mereka dibayang-bayangi dengan situasi ekonomi dunia yang belum jelas arahnya ke mana. Nah dampaknya terlihat dari turunnya ekspor dan impor Indonesia, akibatnya nilai tukar ambruk, perdagangan tidak membaik, meningkatnya utang luar negeri.

Sebetulnya, itulah gambaran yang menunjukkan bahwa konsep pembangunan yang dipakai oleh Indonesia itu salah. Konsep apa yang dipakai Indonesia yaitu konsep neoliberal.

Contoh neoliberal adalah seperti menerapkan konsep kebebasan tenaga kerja, kebebasan perdagangan, utang luar negeri yang luar biasa, swasta yang berperan habis-habisan dalam penyediaan hajat hidup orang banyak.

Ya Pak Jokowi ini sudah diingatkan bahwa tidak mungkin konsep neoliberal ini bisa bertopi nawacita, malah akan semakin ugal-ugalan.

Padahal di Eropa ini sudah ada kesadaran baru bahwa konsep neoliberal itu gagal. Akan tetapi Indonesia ini bukannya mencermati kegagalan neoliberal itu, malah melajutkan kegagalan tersebut.


Arim Nasim, Pengamat Ekonomi Syariah:

Rezim Layani Kapitalis

Jokowi bisa menjadi presiden atau terpilih atas dukungan para kapitalis (konglomerat) sehingga kebijakan ekonomi dan politiknya jelas bukan untuk melayani kepentingan rakyat tapi melayani kepentingan kapitalis.

Dan sistem yang diterapkan dan dilaksanakan semakin kapitalis dibandingkan dengan rezim-rezim sebelumnya. Contoh yang nyata adalah penghapusan subsidi BBM, peningkatan investasi asing, penambahan utang luar negeri, peningkatan impor. Bahkan bukan hanya barang tapi orangnya impor dari mulai tenaga kasar seperti buruh sampai tenaga profesional. Jadi rezim iokowi ini sepenuhnya mengabdi kepada kepentingan asing dan kapitalis sehingga ekonomi makin tidak terkendali.

Maka tidak ada solusi lain selain diganti, baik orangnya maupun sistemnya. Dan Islam sudah siap untuk itu.


Said Iqbal, Presiden Komite Serikat Pekerja Indonesia:

Buruh Sangat Menderita

Buruh Jakarta mendesak gubernur DKI untuk mengambil langkah-langkah menstabilkan harga daging, telur, minyak goreng, ayam, dan bahan pokok lainnya yang mahal sekali dan memberatkan buruh. Upah buruh DKI lebih kecil dibanding Bekasi dan Karawang. Dengan UMP DKI Rp3,1 juta sangat mustahil buruh dan keluarganya dapat memenuhi kebutuhan pokoknya saat Ramadhan dan Lebaran dengan harga yang mencekik leher. Di mana dari UMP tersebut yang sudah pasti dikeluarkan untuk transport Rp700 ribu ratusan, kontrak rumah Rp800 ribu/bulan, sisanya untuk biaya sekolah anak, air bersih, jalan anak, pulsa, listrik, dll.

Jadi apa mungkin sisa gaji tersebut cukup untuk biaya makan sehari-hari dengan harga bahan pokok seperti sekarang ini? Buruh bertanya di mana gubernur Ahok? Kenapa kalau menggusur rakyat kecil dan membuat reklamasi pantai untuk orang kaya cepat sekali? Kebijakan upah murah yang dibarter dengan CSR menyesakkan buruh, belum lagi saat H-7 buruh menerima THR satu bulan upah. Apakah gubernur Ahok mengetahui hanya dalam 1 minggu THR akan habis karena harus membiayai pulang kampung?

Paling-paling buruh hanya mampu membeli 1 kg daging. Dan 60 persen dari total buruh DKI adalah outsourcing dan kontrak yang kebanyakan masa kerja 1 bulan dengan hanya menerima THR 15 persen dari gajinya. Bisa dipastikan mereka tidak bisa membeli daging, ayam, dan telur yang mahal tersebut. Buruh meminta gubernur untuk melakukan operasi pasar, harus berani berantas mafia pangan, jadikan DKI sebagai contoh daerah yang bisa menstabilkan harga pangan karena APBD nya besar.

Bila Ahok tidak mampu menstabilkan harga bahan pokok di Jakarta, jangan hanya menyalahkan pemerintah pusat, sebaiknya Ahok membuka “topengnya" yang hanya melindungi kepentingan para pemodal besar dan hanya memberikan “sedikit remeh temeh“ gula-gula buat rakyat kecil.


Ibu Hayati, Masyarakat:

Sesakkan Dada

Terakhir ke pasar, harga-harga melambung tinggi sekali. Saya saja menjadi berpikir ulang kalau ingin membeli daging sapi yang harganya tinggi sekali, karena kami juga punya kebutuhan keluarga yang lain. Tentu kenaikan ini sungguh menyesakkan dada.

Tapi yang saya bingung, hal semacam ini sepertinya terus berulang. Saya bertanya kenapa pemerintah justru terkesan diam, ini yang berat, padahal pemerintah lah yang seharusnya mengayomi masyarakatnya jauh dari kezaliman.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 176, Juni-Juli 2016
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam