Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 22 Mei 2017

Dalil Wajib Meluruskan Shaf Shalat Jamaah


Meluruskan Jajaran (Shaf)

Meluruskan barisan (shaf) shalat merupakan satu kewajiban dalam shalat jamaah. Shalat jamaah menjadi tidak boleh, ketika barisan dalam kondisi tidak lurus atau terputus di sana-sini. Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“Luruskanlah barisan kalian, karena sesungguhnya lurusnya barisan itu termasuk menegakkan shalat.” (HR. Bukhari)

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“Luruskanlah barisan kalian, karena sesungguhnya lurusnya barisan itu termasuk kesempurnaan shalat.” (HR. Muslim, Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Baihaqi)

Sabda Beliau Saw.: “karena sesungguhnya lurusnya barisan itu termasuk menegakkan shalat”, dan “karena sesungguhnya lurusnya barisan itu termasuk kesempurnaan shalat”, merupakan dalil wajibnya meluruskan barisan. Sebab, menegakkan shalat dan menyempurnakan shalat merupakan sebuah kewajiban. Tanggung jawab untuk meluruskan barisan dipikul bersama oleh imam dan makmum. Jika barisan shalat telah diluruskan, maka imam maju ke shaf pertama dan berdiri di depan bagian tengah barisan, kemudian dia bertakbir memulai shalat. Imam tidak bertakbir untuk shalat, kecuali barisan telah benar-benar diluruskan. Dari Abu Mas ’ud ra., ia berkata:

“Adalah Rasulullah Saw. menepuk pundak kami dalam shalat sambil berkata: “Luruskanlah barisan, dan janganlah kalian berbeda-beda (tidak berbaris dengan lurus), sehingga hati kalian pun nanti berbeda-beda (tidak sepaham)…” (HR. Muslim)

Dari Nu'man bin Basyir ra., ia berkata:

“Adalah Rasulullah Saw. meluruskan barisan sebagaimana Beliau Saw. meluruskan anak-anak panah. Lalu Beliau melihat seseorang, dadanya keluar dari barisan, maka sungguh aku melihat Nabi Saw. berkata: “Kalian luruskan barisan kalian atau Allah Swt. akan memperlain-lainkan wajah kalian (yakni kalian akan selalu dalam silang sengketa).” (HR. an-Nasai, Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad)

Imam harus merasa yakin bahwa barisan telah lurus, setelah itu dia bertakbir shalat. Dia tidak boleh bertakbir hingga barisan benar-benar lurus. Dari Nu'man bin Basyir ra., ia berkata:

“Adalah Rasululllah Saw. meluruskan barisan kami jika kami melaksanakan shalat. Jika kami telah lurus maka Beliau Saw. bertakbir.” (HR. Abu Dawud)

Termasuk keutamaan yang diberikan pada umat ini ketika Allah Swt. menjadikan shalatnya itu serupa dengan barisan malaikat di hadapan Tuhan mereka, yakni barisan demi barisan lurus dan sempurna. Dari Jabir bin Samurah ra., ia berkata:

“Rasulullah Saw. menegur kami, Beliau Saw. berkata: “Mengapa aku melihat kalian mengangkat tangan-tangan kalian seperti ekor unta yang tidak mau diam? Tenanglah ketika kalian dalam shalat.” Dia berkata: Kemudian Beliau Saw. keluar menemui kami, lalu melihat kami berkelompok-kelompok, maka Beliau berkata: “Mengapa aku melihat kalian terpencar-pencar dalam beberapa kelompok?” Dia berkata: Kemudian Beliau keluar menemui kami, seraya berkata: “Mengapa kalian tidak berbaris seperti berbarisnya malaikat di hadapan Tuhannya?” Kami bertanya: 'Wahai Rasulullah, bagaimanakah malaikat berbaris di hadapan Tuhannya?’ Beliau berkata: “Mereka menyempurnakan barisan yang pertama dan merapatkan barisan tersebut.” (HR. Muslim)

Ibnu Umar ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Luruskanlah barisan-barisan, semata-mata kalian harus berbaris seperti barisan-barisan malaikat, pertemukan antar bahu-bahu, dan mengisi celah yang kosong. Lunakkan kedua tangan, berdampingan dengan saudara-saudara kalian, dan jangan biarkan ada celah untuk setan. Barangsiapa yang menyambung barisan maka Allah Swt. akan menyambungnya, dan barangsiapa yang memutuskan barisan maka Allah Swt. akan memutuskannya.” (HR. Ahmad)

Ucapan: “dan jangan biarkan ada celah untuk setan” telah ditafsirkan oleh hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik ra., bahwa Nabi Saw. bersabda:

“Rapatkan barisan-barisan kalian dan saling mendekatlah di antaranya. Pertemukanlah di antara bahu-bahu kalian. Maka demi Dzat yang mana jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan-setan akan masuk dalam sela-sela barisan bagaikan al-hadzaf.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi)

Al-Hadzaf adalah kambing kecil yang berwarna hitam yang tidak berbulu dan tidak memiliki ekor, adanya di negeri Yaman.

Apa yang diucapkan oleh imam ketika meluruskan barisan maka terdapat beberapa bentuk (redaksi kalimat) yang disebutkan dalam beberapa hadits. Lafadz itu sendiri bukan yang menjadi tujuan, tetapi yang penting sebenarnya adalah bagaimana merealisasikan barisan yang lurus, sehingga redaksi kalimat tersebut bisa diucapkan seluruhnya, bisa pula diucapkan sebagiannya, atau mungkin juga dengan menggunakan redaksi kalimat selainnya, di mana perkara ini sangat luas dan imam diberi kebebasan dalam hal itu, sehingga cukup baginya untuk mengucapkan semisal: luruskanlah, pertemukan antara bahu kalian dan janganlah berlainan alias tidak lurus dalam barisan, mungkin pula mengucapkan: luruskan dan rapikan, dan mungkin pula untuk mengucapkan: luruskan, saling mempertemukan antar bahu, dan isilah celah yang kosong. Yang terpenting dalam hal ini adalah maksud yang sama, bukan bentuk redaksi kalimat yang dilafalkannya.

Ketika membentuk barisan seperti ini, kaum Muslim harus bersegera membentuk barisan pertama. Jika telah sempurna, maka mereka membentuk barisan kedua di belakangnya, kemudian ketiga, hingga sempurna barisan-barisan tersebut. Bagi orang yang menginginkan tambahan keutamaan dan pahala, maka hendaklah dia berusaha untuk maju ke barisan pertama, karena barisan pertama adalah barisan yang paling utama. Keutamaan berikutnya diikuti oleh barisan kedua. Sebaliknya dari hal itu adalah barisan terakhir. Abu Hurairah ra. telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang ada di dalam adzan dan barisan pertama, kemudian mereka tidak mendapatinya kecuali dengan cara melakukan undian, niscaya mereka akan saling mengundi…” (HR. Muslim)

Imam Muslim juga meriwayatkan dengan redaksi

“Seandainya kalian mengetahui -atau mereka mengetahui- pahala yang ada di barisan terdepan niscaya akan dilakukan undian.”

Anas bin Malik ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. berkata:

“Sempurnakanlah barisan pertama, kemudian barisan berikutnya. Jika ada barisan yang belum penuh maka hendaknya itu pada barisan yang paling belakang.” (HR. Ahmad)

Dari al-Barra bin Azib ra., ia berkata: Nabi Saw. bersabda:

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memberi shalawat pada barisan-barisan yang pertama.” (HR. Ahmad)

Dalam riwayat Ahmad yang lain dari jalur Nu'man bin Basyir ra., Nabi Saw. berkata:

“Sesungguhnya Allah azza wa jalla dan para malaikat-Nya bershalawat pada barisan yang pertama atau barisan-barisan yang pertama.”

Jadi, terdapat keutamaan yang sangat besar untuk barisan yang pertama. Ini diperkuat oleh hadits al-‘lrbadh bin Sariyah ra.:

“Bahwa Rasulullah Saw. memohonkan ampunan untuk barisan yang pertama tiga kali, dan barisan yang kedua satu kali.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasai, Ibnu Hibban dan ad-Darimi)

Hadits yang diriwayatkan dari Abu Umamah ra. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda,

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk barisan yang pertama. Mereka bertanya: 'Wahai Rasulullah, untuk barisan yang kedua?’ Beliau Saw. berkata: “Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat untuk barisan yang pertama.” Mereka bertanya lagi: ‘Wahai Rasulullah, untuk barisan yang kedua?’ Beliau berkata: “Untuk barisan yang kedua…” (HR. Ahmad)

Barisan yang pertama memiliki keutamaan paling besar, kemudian diikuti oleh barisan yang kedua. Dan saya tidak mendapati untuk barisan yang lain ada keutamaan yang disebutkan oleh nash.

Saya ulangi untuk kedua kalinya, bahwa bagi orang yang menginginkan tambahan keutamaan dan pahala, maka hendaklah dia berusaha untuk maju ke barisan pertama. Rasulullah Saw. berusaha untuk menyemangati para sahabat agar segera masuk pada barisan yang pertama: Dari Abu Said ra. ia berkata: Nabi Saw. melihat di kalangan sahabatnya ada sikap sedikit berlambat-lambat, maka Beliau berkata:

“Majulah dan ikutilah aku, dan nanti orang yang ada di belakang kalian akan mengikuti kalian. Jika suatu kaum terus saja berlambat-lambat niscaya Allah akan mengakhirkannya kelak pada Hari Kiamat.” (HR. Ahmad)

Hadits ini memiliki arti yang sangat besar, bahkan sejumlah arti yang sangat besar. Yang paling jelas adalah bahwa seluruh shaf itu mengikuti imam, sehingga imam memiliki keutamaan paling besar dari mereka seluruhnya. Barisan berikutnya yang berada langsung di belakang shaf pertama harus mengikuti shaf pertama, sehingga shaf pertama memiliki keutamaan “diikuti oleh barisan-barisan berikutnya.” Karena itulah para sahabat Rasulullah Saw. berlomba menjadi barisan pertama. Rasulullah Saw. telah memilih mereka sebagai para imam bagi kaum Muslim yang harus diikuti oleh mereka. Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya yang mengikutiku dari kalian kalian adalah golongan yang berakal, kemudian orang yang mengikuti mereka (diucapkan sebanyak) tiga kali...” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Sumber: Tuntunan Shalat Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka Thariqul Izzah
(artikel blog ini tanpa tulisan arabnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam