Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 06 Maret 2017

Penduduk Muslimin Andalusia Meminta Bantuan Khilafah



Sultan Bayazid II dan Diplomasi Barat

Panji-panji Jihad terus berkibar di masa pemerintahan Sultan Bayazid II. Para musuh menyadari, bahwa mereka tidak akan sanggup menghadapi pasukan mujahidin Khilafah Utsmani dalam sebuah pertempuran yang adil dan jujur. Musuh-musuh Islam itu berpaling kepada cara-cara licik yang dibungkus cover “hubungan diplomatik”. Tujuan mereka ialah membuat keropos bangunan umat dan menghancurkan masyarakat Islam dari dalam. Pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II, duta besar pertama Rusia datang ke Istanbul, dan mulai resmi bertugas tahun 898 H/1492 M.

Kedatangan duta Rusia pada tahun itu, pada masa pemerintahan Duke Moskow (Evan), serta masa-masa sesudahnya; lalu mereka diberikan hak kekebalan diplomatik, semua itu telah membuka pintu bagi musuh-musuh Islam untuk menyingkap kelemahan dan aurat pemerintahan Ustmani. Di samping juga memberi peluang bagi mereka untuk merusakkan dan melakukan konspirasi, serta melemahkan tatanan akidah di dalam jiwa pemeluk-pemeluknya.

Pada masa pemerintahan Bayazid II, di tahun 886 H, Duke Moskow (Evan III) berhasil melepaskan pemerintahan Moskow dari tangan kaum muslimin Utsmani. Kemudian mereka mulai melakukan perluasan wilayah dengan menjadikan wilayah-wilayah Islam sebagai target. (Al-Daulah fil-Utsmaniyyah, Dr. jamal Abdul Hadi, hlm. 49-50.) Namun demikian, bukan berarti Sultan Bayazid II tidak berdaya menghadapi berbagai tipu-daya itu. Kondisi pemerintahan Utsmani ketika itu sedang menghadapi masa-masa sulit untuk memerangi musuh-musuh Islam di sepanjang kepulauan Anatolia dan Eropa Timur. Otomatis perhatian terhadap ancaman dari Rusia terabaikan. (AI-Daulah Al-Utsmaniyyah, Dr. Jamal Abdul Hadi, hlm. 50.)

Kepedulian terhadap Kaum Muslimin di Andalusia

Konflik memanas di Kepulauan Iberia, membuat perhatian orang-orang Spanyol terfokus untuk mempertahankan tanah-tanah mereka dan untuk mencaplok wilayah-wilyah yang dikuasai kaum muslimin. Hal ini terjadi setelah Spanyol berada di bawah satu kepemimpinan, setelah Ratu Castilla Isabella menikah dengan Raja Aragon Ferdinand. Saat itu semua kerajaan telah bersatu untuk merebut Granada, eksistensi kerajaan muslim terakhir di Spanyol. (Juhud Al-Utsmaniyyin Li Inqadzi Al-Andalus, Dr. Nabil Abdul Hayy, hlm. 125.) Orang-orang Spanyol melakukan langkah-langkah brutal untuk mengNasranikan kaum muslimin, serta menyempitkan ruang gerak gerakan mereka. Tujuan akhirnya, kaum muslimin hengkang dari Kepulauan Iberia.

Dampak dari gerakan kaum Salibis itu, kaum muslimin (Mursuki) bangkit mengadakan perlawanan dan revolusi, hampir di semua kota-kota di Spanyol yang di dalamnya terdapat minoritas muslim, khususnya di wilayah Granada dan Valencia. Namun pemberontakan demi pemberontakan berhasil dipadamkan dengan tindakan sangat kejam, yang jauh dari rasa kemanusiaan. Tindakan semacam itu semakin menambah rasa kebencian dan dendam permusuhan yang sangat besar di dada kaum muslimin.

Dan merupakan hal wajar, jika kaum muslimin di Spanyol berusaha meminta bantuan Raja-raja muslim di wilayah Barat dan Timur untuk menyelamatkan hidup mereka. Utusan dan surat mereka datang berkali-kali kepada sultan-sultan muslim, demi menyelamatkan diri mereka yang saat itu sangat dizhalimi oleh kalangan Nasrani, baik pemuka agama mereka maupun dewan penyelidik INQUISISI (ini adalah semacam dewan beranggotakan iblis, yang menebarkan kerusakan di muka bumi, dan menghalalkan segala bentuk siksaan dan kekejaman luar biasa). (Risalah Muslim Gharanathah Lis Sulthan, Sulaiman Abdul Jalil At-Tamimi, Al-Majallah Al-Maghribiyyah, no. 3 hlm. 38.)

Berita tentang kekejaman yang menimpa kaum muslimin di Andalusia telah sampai ke wilayah Timur, maka bergolaklah dunia Islam. (Khulasat Tarikh Al-Andalus, Syakib Arselan, hlm. 213.) Raja Asyraf segera mengutus delegasi kepada Paus dan raja-raja Nasrani dengan mengingatkan mereka, bahwa orang-orang Nasrani yang berada di bawah pemerintahannya bisa menikmati kebebasan sebebas-bebasnya. Lalu mengapa orang-orang Islam di Spanyol mengalami kezhaliman luar biasa? Namun Paus dan dua pemimpin wilayah Katholik itu tidak merespon positif ancaman raja Asyraf tersebut. Mereka terus melakukan rencana busuk dalam rangka membersihkan unsur Islam di Andalusia. Kaum muslimin Andalusia akhirnya meminta bantuan kepada Sultan Khilafah Utsmani, Bayazid II.

Bunyi surat permohonan mereka, antara lain sebagai berikut:

“Tuan yang terhormat, semoga Allah melimpahkan kebahagiaan, meninggikan derajat, melebarkan wilayah kekuasaan, memuliakan orang-orang yang mendukung, dan menghinakan orang yang memusuhi Tuan. Tuan kami yang terhormat, penopang dunia dan agama kami, sang penolong, penolong dunia dan akhirat. Sultan Islam dan kaum muslimin, pembungkam musuh Allah, orang-orang kafir. Gua tempat berlindung Islam, penolong agama Muhammad, penegak keadilan, yang berlaku adil pada orang yang dizhalimi. Raja orang-orang Arab dan non-Arab. Raja Turki dan Dailam. Semoga Allah selalu melindung bumi, Tuan. Tuan adalah penegak Sunnah dan kewajiban-kewajiban. Raja dua daratan dan Sultan dua lautan. Pelindung kehormatan, pembungkam orang-orang kafir. Wahai Tuan kami dan junjungan kami, tempat berlindung dan penolong kami. Kerajaan Tuan selalu berlimpahkan penolong-penolong dan berselimut kemenangan-kemenangan. Yang kekal bekas dan jejaknya dan menjadi kebanggaan. Kerajaan Tuan penuh dengan kebaikan-kebaikan yang akan melipatgandakan pahala di hari akhir dan penuh pujian, serta kemenangan di dunia ini. Ketinggiannya berselimutkan keutamaan-keutamaan jihad terhadap musuh-musuh yang menentang. Yang memberikan kelapangan dada dan muka, dan lidah-lidah sebagai senjata, yang menjadikan remeh barang-barang simpanan berharga di negeri-negeri yang telah dikuasai. Dengan pedang itulah roh terpisah dari jasadnya. Yang berjalan di atas jalan orang-orang terdahulu yang penuh kemenangan dengan ridha Allah dan ketaatan pada-Nya pada saat berdirinya saksi-saksi (Hari Kiamat)." (Azhar Al-Riyadh fl Akhbar 'Iyadh. Al-Tilimisani,1/108-109.)

Di dalam surat itu terlampir syair yang memuji pemerintahan Utsmani dan Sultan Bayazid. Selain mendoakan semoga pemerintahan Utsmani semakin kokoh.

bait-bait syair selanjutnya menggambarkan betapa berat penderitaan yang dialami kaum muslimin di Andalusia, termasuk orang-orang yang sudah lanjut usia dan wanita-wanita yang dirusak kehormatannya. Pada saat yang sama, bait-bait syair itu menggambarkan kegetiran besar karena mereka menganut agama Islam.

Setelah itu, syair-syair itu menggambarkan lebih gampang tentang perasaan kaum muslimin terhadap pemerintahan Utsmani, seraya mengajukan permohanan kepada Sultan.

Syair tersebut kemudian menggambarkan perihnya tragedi kemanusiaan, konversi agama dan tragedi-tragedi lain.

Setelah itu, kaum muslimin menjelaskan kepada Sultan Bayazid, bahwa walaupun dengan kondisi yang demikian, mereka masih berpegang teguh dengan agama mereka.  (Surat penduduk Andalusia pada Sultan Bayazid setelah orang-orang kafir mampu menguasai semua kepulauan itu. Surat ini bisa didapatkan pada Perpustakaan Nasional Al-Jazair pada no. 1620. Lihat juga: Akhbar 'Iyadh, 1/109-115, yang kami nukil dari buku Juhud AI-Utsmaniyyin Li Inqadzi Al-Andalus.)

Sultan Bayazid saat itu dihadapkan pada banyak persoalan yang menyulitkan posisinya untuk segera mengirimkan pasukan mujahidin ke Andalusia. Waktu itu Sultan Bayazid mengalami konflik dengan saudaranya, Pangeran Jem. juga ada perselisihan dengan Kepausan Roma dan beberapa negara Eropa, ditambah adanya serangan Polandia ke Moldova. Begitu juga, ada peperangan di Transalvania, Hungaria, Venezia, serta pembentukan aliansi Salibis baru dalam melawan Kekuasaan Islam Utsmani yang diprakarsai oleh Paus julius II, Republik Venezia, Hungaria, dan Perancis. Pemerintahan Utsmani perlu mengerahkan banyak kekuatan untuk menghadapi konflik-konflik itu. (AI-Daulah Al-Utsmaniyyah Daulah Islamiyyah Muftara Alaiha, 2/903.)

Walaupun menghadapi masalah rumit, Sultan Bayazid tetap mengirimkan bantuan, serta melakukan kesepakatan dengan Sultan Mamluk untuk menyatukan kekuatan, sebagai upaya menyelamatkan Granada. Kedua pemimpin menandatangani kesepakatan yang di dalamnya berisi klausul kewajiban Sultan untuk mengirimkan armada laut ke Pantai Sicilia, karena ia dianggap berada di bawah kekuasaan Spanyol. Sedangkan Sultan Mamluk diharuskan mengirimkan pasukan lain dari Afrika. ('Alaaqat Bainas Syarqi Wal Gharbi, Abdul QadirAhmad, hlm. 256.) Sultan Bayazid pun mengirimkan pasukan sampai ke pantai-pantai di Spanyol. Dia mengamanahkan kepemimpinan pasukan kepada Kamal Reis yang telah menimbulkan rasa takut dan khawatir di kalangan pasukan laut Nasrani, pada akhir abad ke-15. (Khulashat Tarikh AI-Andalus, Syakib Arselan, hlm. 212.) Sultan Bayazid juga memotivasi para mujahidin yang berada di lautan. Para mujahidin itu mulai bergerak membantu menyelamatkan saudara-saudaranya sesama muslim. Pada saat yang sama, mereka berhasil memperoleh rampasan perang dalam jumlah besar dari tangan orang-orang Nasrani.

Demikian pula sejumlah besar kaum mujahidin telah sampai di tempat itu saat terjadi pemberangkatan armada Utsmani dan mereka bergabung dalam pasukan. Setelah itu pasukan Utsmani mempergunakan kekuatan lautnya yang baru di bagian Barat Laut Tengah dengan dukungan para mujahidin. (Fi Ushul Tarikh AI-Utsmani, hlm. 74.) Inilah yang mampu dilakukan oleh Sultan Bayazid saat itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu masalah yang sangat menghambat perluasan wilayah, dan menjadi kerikil tajam bagi tindakan Sultan, adalah adalah pemberontakan brutal Pangeran jem. Sultan harus memusatkan perhatian kepada semua berita tentang saudaranya itu dan berusaha membebaskan diri dari semua gangguannya dengan berbagai cara. (AI-Daulah AI-Islamiyyah fit Tarikh AI-Islami, hlm. 52.)

Secara umum Sultan Bayazid telah mampu memperoleh kemenangan terhadap pasukan Venezia di Teluk Lapanto yang berada di kawasan Yunani, pada tahun 905 H/1499 M. Setahun setelah itu pasukan Utsmani berhasil menguasai Kota Lapanto. Dengan dikuasainya wilayah-wilayah strategis di Yunani ini, maka Paus Alexander VI -sesuai permintaan orang-orang Hungaria segera membentuk aliansi untuk melawan pasukan Utsmani yang terdiri dari pasukan Perancis dan Spanyol. Dengan demikian pasukan Utsmani berhadapan sekaligus melawan tiga armada laut: Perancis, Spanyol serta pasukan Paus. Pasukan Utsmani berhasil melakukan genjatan senjata dengan orang-orang Hungaria. (AI-Daulah AI-Islamiyyah fit Tarikh AI-Islami, hlm. 52.)



Referensi: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
-----





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam