Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 05 Maret 2017

Aliansi Safawid Syiah Dengan Portugis



Aliansi Safawid dengan Portugis

Setelah kekalahan pasukan Syiah di Jaladayaran, kaum Syiah bermaksud melakukan aliansi dengan orang-orang Portugal. Persiapan menjalin hubungan ini dirasakan sangat penting, setelah Bokerk menguasai Hurmuz. Tatkala utusan dari Syah Ismail datang, kesepakatan terbatas telah terjadi antara orang-orang Portugal dan Safawid syiah. Dalam kesepakatan itu tertulis:

"Hendaknya orang-orang Portugal mengirimkan armada lautnya untuk membantu Persia dalam perang Bahrain dan Al-Qathif, sebagaimana Portugal hendaknya mengirimkan bantuan untuk memadamkan pemberontakan di Makran dan Baluchistan dan hendaknya pasukan Portugis dan Persia bersatu melawan pasukan Utsmani.” Hanya saja kematian Bokerk yang datang mendadak setelah kesepakatan itu, menjadi sandungan bagi terjadinya aliansi tersebut. (Juhud AI-Utsmaniyyin Li Inqadzi AI-Andalus, hlm. 437.)

Sebelum meletusnya perang Jaladarayan, pihak Portugal pandai mengambil hati para pengikut Syah Ismail dengan menampakkan kecintaan kepada mereka. Di balik semua itu, tersembunyi ambisi Portugal agar kaum Safawid memberi kesempatan mereka membangun markas militer di Teluk Arab. Portugal sadar sepenuhnya, tanpa dukungan kaum Safawid, mereka sulit menjalin aliansi dengan kekuatan-kekuatan lokal di Teluk Arab. Hal itu bisa saja menggagalkan tujuan mereka untuk menggolkan ambisi-ambisi politiknya. Apalagi proyek mereka untuk membuat kekuatan di Teluk Merah mengalami kegagalan besar. (Qiraat jadidah fi Tarikh AI-Utsmaniyyin, hlm. 63.)

Pihak Portugis tampaknya tertarik dengan tawaran aliansi itu. Dalam surat yang dikirim Bokerk kepada Syah Ismail, di sana disebutkan:

“Sesungguhnya saya menghormatimu sebagaimana kamu telah menghormati orang-orang Nasrani yang berada di negerimu. Saya akan kirimkan armada laut, pasukan dan senjata untuk bisa kamu gunakan dalam perang melawan benteng-benteng Turki yang berada di India. Dan jika kamu ingin menghancurkan negeri Arab atau ingin menyerang Makkah, maka ketahuilah bahwa saya akan berada di sisimu di Laut Merah, di depan jeddah, atau di 'Adn, atau di Bahrain, atau Qathif, ataupun Bashrah. Syah akan mendapatkan saya berada di sisinya di sepanjang Persia dan akan saya lakukan apa yang menjadi keinginannya." (Qiraat jadidah fi Tarikh AI-Utsmaniyyin, hlm.63.)

Kekalahan Syah Ismail di hadapan pasukan Khilafah Utsmani, membuatnya berkeinginan keras beraliansi dengan orang-orang Nasrani dan memerangi pemerintahan Utsmani. Maka dia beraliansi dengan orang-orang Portugis dan mendukung pendudukan di Hurmuz dengan imbalan mendapat bantuan untuk memerangi pemerintahan Bahrain, Qathif, di samping dia juga sepakat membantu mereka melawan orang-orang Utsmani. Proyek aliansi Portugis dan Safawid ini di dalamnya mengandung kesepakatan untuk membagi wilayah-wilayah bagi kedua belah pihak. Di dalamnya diusulkan agar orang-orang Safawid menduduki Mesir, sedangkan orang-orang Portugis akan menguasai Palestina. (Qiraat jadidah fi Tarikh AI-Utsmaniyyin, hlm. 64.)

Dr. Abdul Aziz Sulaiman Nawaz berkata, "Sesungguhnya Syah Ismail tidak hanya terhenti sampai di sana untuk mencari sekutu dalam melawan pemerintahan Utsmani yang telah menjadi kekuatan terbesar dan menjadi penghambat dirinya di Laut Tengah. Dia selalu siap bersekutu dengan siapa saja sehingga dengan orang-orang Portugis yang merupakan kekuatan paling berbahaya terhadap dunia Islam kala itu. Demikianlah, tatkala orang-orang Portugis merasa khawatir akan ancaman serangan kekuatan Islam, tiba-tiba mereka mendapatkan seseorang yang mau bekerja sama dengan mereka.

Walaupun Raja Hurmuz menderita secara ekonomi setelah kedatangan Portugis, namun kebencian dan rasa dengki yang ada di dada Ismail Syah terhadap orang-orang Utsmani, membuatnya tidak lagi peduli terhadap nasib raja dan penduduk di sana. Tidak heran jika dia setuju Hurmuz menjadi koloni Portugis dengan imbalan dia mendapatkan Ihsa' (salah satu wilayah di Najd).

Namun anehnya, pihak kolonial Portugis tidak juga segera mewujudkan janjinya kepada Syah Ismail. Akibatnya, posisi Portugis di Teluk semakin kuat. (AI Syu'ub Al Islamiyyah, hlm.226.)

Sultan Salim I mencukupkan diri dengan kemenangan di perang Jaladarayan. Dia segera pulang ke negerinya dan tidak mengusir Syah Ismail. Hal itu dilakukan karena beberapa faktor:

1. Adanya pembangkangan di barisan petinggi militer Utsmani untuk meneruskan peperangan di Persia. Mereka tidak mau terus berperang setelah Sultan mencapai tujuannya dan berhasil melemahkan kekuasaan Syah Ismail.

2. Ada kekhawatiran dari Sultan Salim I, kalau tentara mereka terjerat ke dalam pengaruh pemerintahan Safawid jika mereka berhasil masuk ke negerinya.

3. Sultan melihat, sudah saatnya untuk menaklukkan Mamalik, sebab menurut informasi mata-mata telah terjadi surat-menyurat antara pemerintahan Mamalik dengan Safawid. Hal itu merupakan indikasi telah terjadi kerjasama antara mereka untuk melawan pemerintahan Utsmani. (AI Syu'ub Al Islamiyyah, hlm. 225.)

Dampak Kekalahan Kaum Safawid Iran

Setelah kaum Safawid pimpinan Syah Ismail berhasil dikalahkan, wilayah Irak bagian Utara dan Diyar Bakir akhirnya masuk ke wilayah pemerintahan Utsmani. Pemerintahan Utsmani sendiri merasa aman dari serbuan yang datang dari arah timur. Madzhab Sunni kemudian menjadi madzhab yang dominan di Asia Kecil setelah dilakukannya pembersihan terhadap para pengikut dan pendukung Syah Ismail. Semua ini menunjukkan rasa tanggung-jawab pemerintahan Utsmani terhadap dunia Islam. (Tarikh AI-Daulah AI-Utsmaniyyah, Ali Hasun, hlm. 56-57.) Selain itu, timbul kesadaran pemerintahan Utsmani akan pentingnya penaklukkan pemerintahan Mamalik. (Tarikh Al-Arab, ditulis oleh sekelompok Ulama, hlm. 3.)

Pertempuran antara pemerintahan Utsmani dan Safawid telah menurunkan pendapatan dari bea cukai jalan-jalan di Anatolia. Pendapatan negara menjadi turun drastis setelah tahun 918 H/ 1512 M. Saat itu jalur-jalur perdagangan banyak yang ditutup karena kondisi tidak aman. Akibat perdagangan bilateral antara wilayah Iran dan Utsmani menjadi terbatas, pemasukan kain sutera Iran ke wilayah pemerintahan Utsmani menurun. (Juhud Al-Utsmaniyyin IiI Inqadzi AI-Andalus, hlm. 437.)

Orang-orang Portugal mengambil kesempatan dari adanya pertarungan antara pemerintahan Utsmani dengan Safawid. Mereka berusaha memblokade lautan-lautan di sebelah timur dan menutup jalan-jalan lama yang menghubungkan Barat dan Timur. Orang-orang Eropa sangat gembira melihat pertarungan antara pemerintahan Utsmani dan Safawid. Mereka mengambil sikap mendukung orang-orang Safawid, untuk menahan semua gerakan Turki Utsmani, sehingga dia tidak bisa meneruskan serangan-serangan ke wilayah Eropa. (AI-Quwwah Al-Utsmaniyyah Baina AI-Barrwa AI-Bahr, Dr. Nabil Ridhwan, hlm. 111)



Referensi: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
-----





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam