Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 02 Maret 2017

Pemberontakan Kaum Muslimin di Andalusia



Gerakan jihad di Afrika Utara telah membangkitkan keberanian kaum muslimin di Andalusia dan melejitkan daya kekuatan mereka yang tersimpan. Gerakan jihad di Afrika Utara telah membuat mereka mampu mengalahkan hambatan-hambatan psikologis yang berada di dalam diri selama bertahun-tahun. Kezhaliman, kekejaman, dan kejahatan yang menyebar di seantero wilayah Spanyol telah membuat kaum muslimin yang tersisa di Spanyol Selatan, baik mereka yang masih bertahan dengan agama mereka, atau yang pura-pura masuk Nasrani, siap untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Spanyol. (Harb AI-Tsalatsah Mi’ah, hlm. 392.)

Tersebar di Spanyol akan adanya usaha pemberontakan dari kaum muslimin di Granada. Maka Raja Philip ll segera membentuk milisi baru yang ditempatkan di setiap kota-kota penting Spanyol, untuk menghadapi pemberontakan di kalangan orang-orang yang menerima utusan dari Raja Fas untuk memberikan pajak sebagai bukti loyalitas mereka kepada Pangeran Sa'di. Hal itu serupa seperti saat kaum muslimin di Andalusia menerima bantuan dari pemerintahan Utsmani. (Athwar AI-'Alaqah AI-Maghribiyyah Al-Utsmaniyyah, hlm. 179-204.) Keadaan di Spanyol menjadi demikian genting bagi orang-orang Spanyol, khususnya di Granada. Dan menjadi semakin genting lagi karena pasukan laut Philip II tersebar di berbagai wilayah yang berjauhan. Sedangkan benteng-bentengnya tidak begitu kuat dan pantai-pantainya sangat terbuka, khususnya di wilayah selatan tempat kaum mujahidin berada.

Tatkala orang-orang Nasrani menjadi tidak berdaya untuk memadamkan ruh dan semangat relijius kaum muslimin di Andalusia dan tidak mampu mengubah mereka menjadi orang-orang Nasrani, maka mereka menggunakan cara-cara kekerasan. Mereka mengharamkan kaum muslimin berbicara dengan menggunakan bahasa Arab. Mereka melarang kaum muslimin melakukan kontak dengan muslimin di Afrika Utara dan beberapa wilayah di Spanyol. sebagaimana mereka juga melarang kaum perempuan muslimah untuk keluar ke jalanan dengan memakai jilbab. Rumah-rumah mereka ditutup paksa, pemandian umum dihancurkan. Mereka dilarang merayakan perayaan yang sesuai dengan tradisi mereka. Semua ini telah meledakkan pemberontakan dan mendorong kaum muslimin di Andalusia melakukan perang Porashat, yang merupakan perlawanan terbesar yang dilakukan oleh kaum muslimin setelah jatuhnya Granada. Perang ini terjadi pada tahun 1568 M, dipimpin oleh Muhammad bin Umayyah. (Mihna AI-Murusikus fi Asbania, Muhammad Castayaliyo, hlm. 33-35.)

Pengkhianatan Sultan Sa’di Al-Ghalib Billah

Sultan Sa'di Al-Ghalib Billah telah mengeluarkan janji-janji semanis madu kepada utusan para pemimpin revolusi yang melakukan perlawanan di Andalusia. Dia juga menjanjikan mereka untuk memberikan bantuan dan semua yang dibutuhkan oleh kaum muslimin di Andalusia; baik berupa bantuan logistik, senjata, dan pasukan. Namun di balik itu semua, Al-Ghalib Billah ternyata terus membina hubungan intim dengan Philip II dan melakukan tindakan pengkhianatan kepada penduduk muslim Andalusia. Padahal mereka dalam kondisi sangat terjepit, agama yang dianutnya terancam, ucapan mereka dilecehkan, serta jiwa mereka terancam. Kondisi ini tentu mengundang rasa iba bagi siapapun yang masih memiliki setitik iman, terutama bagi sebuah pemerintahan yang dekat dengan Islam. Peristiwa demikian terjadi, tatkala orang-orang Nasrani menguasai kaum muslimin, di mana harta benda kaum muslimin dirampok dan kekuasaannya dirobek-robek. Hanya dalam jangka waktu beberapa tahun saja, kaum muslimin menjadi warga negara kelas dua yang direndahkan, dihinakan, ditindas, dan ditekan dengan berbagai pungutan.

Oleh sebab itulah, kaum muslimin Andalusia banyak menulis surat kepada para raja di kalangan kaum muslimin di mana saja. Mereka meminta bantuan agar diselamatkan. Yang paling banyak mereka lakukan adalah menulis surat kepada Maula Abdullah, sebab dia adalah raja terdekat dari tanah mereka tinggal. Di samping itu, dia juga memiliki kekuasaan yang cukup kuat, kokoh dan pondasi-pondasi negaranya juga sangat baik, dengan jumlah pasukan yang begitu kuat dan banyak. Dia pun banyak menjanjikan bantuan dan dukungan bagi kaum muslimin Andalusia, baik berupa logistik maupun militer. Namun apa yang dia lakukan sebaliknya, dia malah mengkhianati kaum muslimin dengan melakukan hubungan intensif dengan para penguasa Nasrani Spanyol, di antaranya agar mengusir penduduk muslim Andalusia ke wilayah Maghrib. Tujuannya, dengan eksodusnya kaum msulimin dari Andalusia, maka daerah pesisir Maghrib akan menjadi ramai dan akan memiliki pasukan yang besar di dua kota, yakni di Fas dan Marakiys yang bisa dipergunakan untuk kepentingan negerinya. (Tarikh AI-Daulat AI-Sa'diyyah, pengarangnya tidak menyebutkan nama, hlm.37-38.)

Eskalasi peristiwa demikian cepat berkembang di Spanyol. jumlah mujahidin pada awal tahun 976 H/1569 M berjumlah lebih dari 150.000 mujahid. Revolusi telah menimbulkan kesulitan yang demikian besar bagi pemerintahan Spanyol, sebab kebanyakan pasukan berada di front terdepan bersama pasukan Kepausan dan di kawasan yang rendah. Sedangkan pasukan laut Spanyol telah menyatakan dengan terbuka, bahwa mereka tidak mampu mencegah revolusioner muslimin menjalin hubungan dengan pasukan Utsmani di Aljazair. (Juhud AI-Utsmaniyyin, hlm. 398.)

Sikap Ksatria Qalj Ali Membela Kaum Muslimin Andalusia

Qalj Ali melakukan kontak langsung dengan kaum muslimin yang berada di Andalusia melalui saluran-saluran khusus yang difasilitasi oleh para spionase Utsmani. Komandan pasukan ini mampu memberikan bantuan kepada para revolusioner Spanyol dalam bentuk tentara, senjata, maupun logistik. Dicapai kesepakatan dengan kaum muslimin di Andalusia, untuk melakukan perang besar-besaran melawan Spanyol tatkala pasukan Islam dan Aljazair tiba di tempat-tempat tertentu di perairan Spanyol. (AI-Daulah AI-‘Utsmaniyyah Daulah lslamiyyah Muftaraa 'Alaiha, 2 / 926.)

Qalj Ali menghimpun pasukan dalam jumlah besar yang terdiri dari 14.000 pasukan yang bisa menggunakan senapan dan 60.000 pasukan dari pasukan mujahidin Utsmani yang datang dari berbagai pelosok negeri. Mereka dikirim ke dua Kota Mustaghanim dan Mazaghran, sebagai persiapan untuk menyerang Wahran, setelah itu baru menduduki Andalusia. Pasukan ini dipersenjatai sejumlah besar meriam dan 1004 unta yang membawa amunisi khusus untuk meriam dan senjata api.

Pada hari yang telah disepakati, tibalah 40 kapal armada Utsmani di Marsella untuk melakukan gerakan revolusi dalam waktu yang sangat singkat. Namun rencana ini gagal akibat tindakan ceroboh seorang pemimpin revolusi yang berasal dari Andalusia, di mana rencana tersebut tercium dan tersingkap sehingga dia diserang oleh pasukan Spanyol. Secepat kilat, pasukan Spanyol berhasil menguasai senjata yang dia sembunyikan (Harb Al-Tsalatsah Mi'ah Sanah, hlm. 292-293.) setelah sebelumnya Qalj Ali sukses menurunkan senjata dan makanan, serta para sukarelawan di pantai Spanyol. (AI-Daulah AI-‘Utsmaniyyah Daulah lslamiyyah Muftaraa 'Alaiha. 2/926.) Revolusi pun tidak meletus pada waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka hilanglah kesempatan untuk menyerang Spanyol. (Juhud Al-Utsmaniyyin, hlm. 399.)

Qalj Ali pada bulan Sya'ban 976 H/januari 1569 M mengirimkan armada Aljazair untuk membantu para revolusionir Andalusia. Dia telah berupaya memasukkan pasukan Utsmani di tempat-tempat yang telah disepakati. Namun orang-orang Spanyol telah mengetahui hal tersebut setelah mereka menyingkap rencana tadi. Maka mereka pun segera menghadang Qalj Ali sebelum berhasil menempatkan pasukannya di tempat tertentu. Sedangkan pada saat itu, revolusi sedang berada di puncaknya dan badai musim dingin di laut juga demikian kencang. Dengan demikian, maka armada Aljazair menghadapi kesulitan yang demikian berat untuk bisa sampai ke tempat lain. Kondisi ini diperparah dengan angin ribut musim dingin yang menenggelamkan 32 kapal Aljazair yang membawa pasukan dan senjata. Hanya ada enam kapal yang bisa mendarat dengan selamat di pesisir Andalusia. Di dalam enam kapal itu ada meriam, peluru, dan kaum mujahidin. (Harb Al-Tsalatsah Mi'ah Sanah, hlm. 393.)

Qalj Ali terus memberikan bantuan kepada kaum muslimin di Andalusia, walaupun ada bencana yang sedang menimpa. Sang mujahid agung ini pun berhasil mendaratkan 4.000 pasukan ahli menembak yang disertai dengan bahan logistik yang begitu banyak serta sebagian pemimpin mujahidin Utsmani, untuk melakukan aksi di markas-markas jihad di Andalusia. (Harb Al-Tsalatsah Mi'ah Sanah, hlm.394.) Pasukan Utsmani kembali mengirimkan bantuan baru berupa pasukan dan senjata.

Pada tanggal 23 Syawal 977 H / 31 Maret 1570 M datang maklumat kepada Qalj Ali, yang berbunyi: “Hendaknya engkau melaksanakan apa yang diperintahkan dalam surat ini tatkala surat ini tiba. Dan hendaknya engkau bekerjasama dengan kaum muslimin yang disebutkan di sini sesuai dengan kemampuanmu. Sesungguhnya sikap lalai terhadap apa yang dilakukan oleh orang kafir sehingga menimbulkan kerusakan, sama sekali tidak boleh dilakukan.”

Qalj Ali sendiri telah berniat dengan tekad bulat untuk pergi dan memimpin sendiri pasukan jihad di sana. Namun adanya kabar bahwa kaum Salibis telah berkumpul untuk melakukan perang mati-matian melawan kaum muslimin dan datangnya perintah Sultan Utsmani untuk bersiap-siap bergabung dalam peperangan itu, membuat Qalj Ali terpaksa tinggal di Aljir sambil menunggu perintah-perintah Sultan dari lstanbul. (Juhud Al-Utsmaniyyin, hlm. 400.)

Pada awal revolusi Andalusia, pemimpin revolusi lbnu Umayyah dituduh tidak sudi melakukan jihad. Dia sendiri diserang oleh para konspirator dan dibunuh di rumahnya. Sebagai penggantinya dipilihlah Maula Abdullah bin Muhammad bin 'Abu. Qalj Ali sendiri mengirimkan bantuan untuknya. Pemimpin baru ini berhasil dalam ekspedisinya yang pertama melawan pasukan Nasrani Spanyol dan berhasil mengepung kota Argeh.

Peristiwa ini telah membuat pemerintahan Spanyol terganggu berat dan segera mengangkat Don john yang berasal dari Austria untuk memimpin armada Spanyol. Don john sendiri adalah anak Kaisar Charles dari hubungan tidak sah secara hukum (alias zina). Dia membungkam semua gerakan revolusi selama 977-987 H/1569-1569 M dan, melakukan kekejian-kekejian yang seharusnya tidak pantas ditulis sejarah. Dia membunuh anak-anak dan wanita di depan matanya sendiri. Dia hancurkan rumah-rumah penduduk dan negeri. Sedangkan semboyannya adalah: “Tak ada belas kasih!” Masalah ini selesai dengan ditaklukkannya kaum muslimin di Andalusia.

Namun ternyata, penaklukan itu hanya bersifat sementara, sebab setelah itu Maula Abdullah kembali mengobarkan perang. Orang-orang menipunya dan dia dibunuh dengan cara licik. Sementara itu kepalanya dibiarkan terpampang di salah satu pintu kota Granada. Kepala itu dibiarkan dalam waktu yang lama. (Harb Al-Tsalatsah Mi'ah Sanah, hlm. 395.)
 

Referensi: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
-----




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam