Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 28 Februari 2017

Kerjasama Portugis-Spanyol-Munafik Melawan Khilafah Utsmani



Kerjasama Portugis-Spanyol-Sa'di Melawan Utsmani

Setelah Fas kembali berada di tangan orang-orang Sa'di, maka muncullah Muhammad Syaikh sebagai musuh yang begitu membenci pemerintahan Utsmani dan menjadi orang yang paling gencar melawan usaha-usaha perluasan kekuasaan Utsmani di negeri Maghrib. Bahkan lebih jauh dari itu, setelah dia berkuasa di Fas, dia mengumumkan bahwa dia bertekad pergi ke Aljazair untuk menggempur pasukan Utsmani. Perseteruan antara Sa'di dan Utsmani di wilayah Afrika Utara ini, bahkan terhadap Khilafah Islamiyah, sangat menguntungkan Spanyol. Maka tidak aneh jika setelah itu kita melihat, kaum As Sa'di melakukan persekutuan dengan Spanyol untuk melawan pemerintahan Utsmani. (Tarikh fil-Daulah AI-Sa'diyyah, Abdul Karim Karim, hlm. 83.)

Raja jean III mengirim surat pada penguasa Mazakan Calvolo sebagai balasan atas permintaan yang diajukan oleh Muhammad Syaikh, baik ke Madrid ataupun ke Lisabon yang meminta bantuan tentara untuk melawan pasukan Utsmani. Dalam surat ini dengan tegas disebutkan beberapa syarat yang dianggap penting oleh Portugis sebelum memberikan bantuan kepada Bani Sa'di. Untuk bisa mendapatkan bantuan militer Portugis, maka sebagian markas di laut Maghrib seperti Badis, Binyun, dan Araisy harus diserahkan kepada Portugis. Ditambah dengan kewajiban pemerintahan Sa'di untuk memberikan bantuan logistik kepada pasukan Nasrani untuk membantu keperluan mereka. Pada akhir surat itu, jean III menyebutkan pentingnya informasi yang harus diberikan pada Kaisar Spanyol tentang masalah itu agar terjadi koordinasi dalam melakukan aksi bersama melawan pasukan Utsmani. Sebagai hasilnya diadakanlah perjanjian antara orang-orang Portugis dan Bani Sa'di dengan perantara penguasa Mazakan. Perjanjian itu akan berlangsung selama 6 bulan. la terjadi pada awal tahun 962 H/ 1555 M. Kesepakatan ini berlaku efektif selama beberapa lama.

Jika penguasa Mazakan adalah orang yang berperan menjadi penghubung Portugis dengan Bani Sa'di, maka Mizwar bin Ghanam adalah orang yang ditugaskan oleh Muhammad Syaikh untuk menjadi penghubung antara dirinya dengan penguasa Spanyol. Surat pertama yang dia kirim adalah surat yang dikirimkan kepada penguasa Wahran, Comte De Couden, pada bulan Rabiul Awal 963 H/ januari 1555 M. Mizwar memberitahukan pada penguasa Wahran itu, bahwa surat-surat yang dia kirimkan telah sampai dan telah diberitahukan kepada Muhammad Syaikh dan anaknya Abdullah. Keduanya menyatakan rasa gembiranya atas datangnya delegasi Spanyol untuk mengadakan perundingan dengannya. Penguasa Wahran sendiri telah mengirimkan tiga orang utusan untuk menjalin kesepakatan dengan Muhammad Syaikh berkaitan dengan rencana pengiriman pasukan gabungan antara Spanyol dan Maghrib, melawan pemerintahan Utsmani. (Tarikh fil-Daulah AI-Sa'diyyah, Abdul Karim Karim, hlm. 83-8.)

Dalam laporan kepada penguasa Wahran, Comte, yang disampaikan ketua delegasi yang bertugas mengatur pertemuan itu disebutkan: "Setelah kami berikan surat-surat itu, Raja Sa'di meminta kami agar mengatakan kepadanya secara lisan tentang sebab utama kedatangan dan tujuan mereka ke Fas. Kami datang demi memenuhi permintaan Maula Abdullah dan komandan Manshur bin Ghanam, di mana dia meminta pada penguasa Wahran untuk mengirimkan beberapa utusan untuk mengadakan perundingan tentang masalah Aljazair.

Syarif memberi jawaban pada kami bahwa dia masih dalam pemikiran lamanya, dan berencana mengusir orang-orang Utsmani dari Wilayah-wilayah Afrika yang kini berada di bawah kendalinya. Oleh sebab itulah dia meminta pada yang mulia Kaisar, untuk memberi bantuan 10.000 pasukan bersenjata dengan menggunakan senjata api. Dia (Syarif) melihat bahwa semua urusan logistik bagi para pasukan itu sepantasnya ditanggung oleh pihak Kaisar; karena pengusiran orang-orang Utsmani akan sangat banyak menguntungkan Kekaisaran Spanyol dan orang-orang Nasrani secara keseluruhan... Perbincangan kami berlangsung lama, dan akhirnya komandan Barshamidah memberitahu kami bahwa Syarif telah menyimpan banyak harta yang dia persiapkan untuk menggempur pasukan Utsmani. Dia akan sangat senang jika Kaisar membantunya dalam hal ini. Dan yang paling penting dalam masalah ini adalah sesuatu yang sangat mendesak...!

Tatkala disebutkan Aljazair, lalu apa yang bisa kami lakukan setelah pendudukannya? Maka pendapat Raja Sa'di adalah menghancurkan kota itu berkeping-keping. Sedangkan harta penduduknya akan diambil secara keseluruhan. jika mereka menolak, mereka akan dibunuh. Raja Sa'di menolak menjadikan penduduk Aljazair sebagai budak orang-orang Nasrani. Delegasi itu menyebutkan bahwa orang-orang Turki adalah orang-orang asing di negeri mereka. Mereka adalah musuh-musuh, maka sudah sepantasnya jika diperlakukan sebagai musuh. Sedangkan orang-orang Arab sangat mungkin diberi kebebasan, jika mereka menyerah tanpa perlawanan. (Harb Al-Tsalatsah Mi'ah, hlm. 61-62.)

Dari uraian di atas menjadi jelas bagi kita, bagaimana kebencian Sa'di terhadap orang-orang Utsmani sehingga membuat mereka tanpa segan-segan meminta bantuan kekuatan orang-orang Nasrani Spanyol dan Portugis, demi memenuhi ambisi pribadinya, walaupun hal itu mengorbankan akidah Islam dan kepentingan kaum muslimin secara keseluruhan.

Sebagai hasil dari laporan itu, maka Comte De Couden, penguasa Wahran, mengirimkan satu surat kepada Philip, putra Kaisar Charles yang berbunyi demikian: "Merupakan kewajiban bagi kita semua untuk merasa sangat bahagia, tatkala Perancis musuh kita dengan segala daya-upayanya berusaha menjalin hubungan dengan pemerintahan Utsmani, hingga dengannya dia mampu menggempur kebesaran Kaisar. Kita wajib merasa gembira karena seorang Raja Arab menawarkan pada kita untuk menggempur orang-orang Utsmani di Aljazair; memerangi dan mengusir mereka dari bumi yang kini menjadi jajahan mereka di Afrika. Ini bisa dilakukan jika kita mengirimkan padanya 12.000 pasukan Spanyol yang akan menjadi tanggung jawabnya. Syarif Sa'di juga berjanji, jika kesepakatan telah disetujui, dia meminta kepada saya untuk mengirimkan salah seorang anak saya untuk menjadi jaminan dan meminta agar segera menyiapkan harta yang dibutuhkan untuk melakukan serangan ini. Karena hal ini akan membawa kita pada kebaikan yang besar, maka sudah seharusnya yang mulia dan orang-orang Nasrani secara keseluruhan menerima permintaan itu. Dan saya sendiri tidak ragu-ragu untuk menerima permintaan Syarif itu dan akan saya kirimkan anak saya sebagai jaminan, sekalipun saya sangat yakin bahwa dia akan membunuh anak saya itu. Bahkan saya sendiri dan orang-orang yang berada bersama saya sudah sangat siap untuk menjadikan diri kami semua sebagai jaminan, bahkan sekalipun jika Syarif menginginkan kami untuk dijual...” (Harb Al-Tsalatsah Mi'ah, hlm. 364-365.)

Mata-mata Utsmani Menyingkap Konspirasi

Gubernur Saleh Rayis menangkap konspirasi yang dirajut Raja Maghrib dan Spanyol untuk melawan pemerintahan Khilafah Utsmani, yang tujuannya adalah untuk mengusir orang-orang Utsmani dari Aljazair. Sebab sepanjang pemerintahan Utsmani masih berada di Aljazair, maka itu berarti sebagai ancaman terhadap Spanyol. Menindaklanjuti hal ini, Saleh Rayis mengirimkan utusan kepada Sutan Sulaiman dan mengabarkan tentang adanya konspirasi tersebut. Sultan Sulaiman menanggapi dengan sangat cepat dan bermaksud segera menggempur Wahran, sebelum kesepakatan antara kedua belah pihak diaplikasikan di lapangan. Untuk itu, Sultan Sulaiman segera mengirimkan 40 kapal yang akan mendukung serangan dan menguasai Wahran dan Marsi Besar. Sejak itulah terjadi eksodus besar-besaran dan gerakan militer sukarela dari seluruh negeri Turki. Mereka tidak lain adalah pasukan Wajaq (sebutan untuk pasukan Turki). Pasukan ini terus datang secara bersambung, demi menerjuni jihad Fi Sabilillah. (Tarikh AI-jazair AI-Hadits, hlm. 81.)

Wafatnya Saleh Rayis

Saleh Rayis bersiap-siap untuk menaklukkan Wahran dan dia menggabungkan armadanya dengan armada Sultan Utsmani. Pasukan gabungan ini berjumlah 70 kapal dengan jumlah pasukan kurang lebih 40.000 personil. Dia berencana, setelah serangannya itu, dia akan melanjutkan perjalanan ke Marakisy untuk membasmi semua gejolak dan gonjang-gonjang di sana, dan menjadikan wilayah itu berada di bawah kekuasaan Sultan. Namun takdir berbicara lain. Saleh Rayis wafat karena dilanda penyakit tha'un (penyakit menular) pada bulan Rajab 963 H /1556 M. Saat itu umurnya menjelang 70 tahun. (Tarikh Al-jazair Al-'Aam, Al-jallali, hlm. 3 / 88-89.)

Sesungguhnya pemerintahan Utsmani selalu berusaha menjadikan wilayah Maghrib menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya dan berdiri bersama-sama dalam satu barisan, dalam rangka menghadapi orang-orang Nasrani. Sebab kestabilannya di pesisir pantai yang membentang di ujung Maghrib di Lautan Atlantik, pada hakikatnya juga akan merupakan keberhasilan dan sarana ampuh armada Utsmani untuk menghambat jalur darat pasukan Portugis dan Spanyol ke Dunia Timur. Dari sini kita melihat bahwa, keberhasilan pemikiran ini akan sangat bergantung pada sampainya pasukan Utsmani ke pesisir itu untuk bergabung dengan kaum mujahidin yang telah sekian lama berjuang di bawah beberapa pangeran di Laut Besar, seperti Khairuddin dan 'Uruj Barbarosa, serta Saleh Rayis. (Shira 'Al-Muslimin Ma'a AIa BurtoghaIiyin fil Bahr Al-Ahmar, hlm. 345.)

Komandan pasukan Yahya menyempurnakan semua rencana besar Saleh Rayis. Dia segera berlayar menuju Wahran. Di tengah perjalanan, sampailah perintah dari pihak khilafah tentang pengangkatan Hasan Qurshu sebagai penguasa Aljazair. Pasukan laut dan darat sampai di Wahran dan segera melakukan pengepungan sangat sengit. Hanya saja, Wahran tidak bisa ditaklukkan, walaupun pasukan Utsmani telah mempersiapkan pasukan besar. Kegagalan penaklukan Wahran ini disebabkan adanya bantuan yang datang terus-menerus dari pemerintah Spanyol ke kota yang sedang terkepung tersebut. (Harb AI-Tsalatsah Mi’ah Sanah, hlm. 366-367.)


Referensi: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
-----




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam