Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 03 Maret 2017

Kemenangan Gubernur Khilafah Utsmani Abdul Malik Atas Pasukan Nasrani Portugis



ABDUL MALIK AL MU’TASHIM BILLAH

SEPENINGGAL Abdullah Al-Ghalib Billah, pemerintahan Sa'diyyin dipimpin anaknya yang bernama Al-Mutawakkil 'Alallah yang memendam niatan jahat kepada kedua pamannya, Abdul Malik bin Marwan dan Ahmad Al-Manshur. Melihat gelagat membahayakan, kedua paman itu segera keluar dari Maghrib menuju Sultan Utsmani meminta bantuan. (AI-Hurub AI-Shalibiyyah fil Masyriq AI-'Arabi, Muhammad Al-‘Amrusi, hlm. 265.)

Tidak diragukan, bahwa kemenangan pasukan Utsmani di Tunisia melawan Spanyol dan stabilnya keadaan di sana, telah mendorong pemerintahan Utsmani memberikan bantuan kepada Abdul Malik untuk menduduki singgasana Maghrib dengan tujuan untuk meluaskan pengaruhnya di wilayah itu. Dengan menguasai Maghrib, akan memberikan jaminan keamanan di wilayah perbatasan sebelah Barat pemerintahan Utsmani dan sekaligus mengokohkan pondasi kekuasaan mereka di Afrika Utara. Dan yang lebih penting, bahwa dengan dikuasainya Maghrib akan menimbulkan ketakutan di dalam hati pasukan Spanyol dan Portugis, sekaligus akan menimbulkan rasa simpati rakyat di tempat itu kepada Sultan Utsmani di Istanbul. (Juhud AI-Utsmaniyyin, hlm. 368)

Al-Mutawakkil mengikuti langkah kebijakan ayahnya, dengan tetap menjalin kolaborasi dengan negara-negara Nasrani dan lebih memilih berdamai, dengan harapan koalisi yang terbentuk mampu membendung laju pemerintahan Utsmani. Dalam benaknya, pemerintahan Utsmani akan lebih membantu menyelamatkan kedua pamannya dengan menggunakan kekuatan militer. Maka dia pun menandatangani kesepakatan dengan Inggris yang memang menginginkan menjalin hubungan dagang dengan Maghrib. Banyak keuntungan yang bisa diambil Inggris dari bisnis ini. Selain itu, pemerintah Inggris tahu tentang posisi strategis Maghrib. Apalagi saat itu Inggris sedang terlibat perang dengan Spanyol. (Bidayah AI-Hukm AI-Maghribi fi Sudan, hlm.94.)

Penandatanganan kesepakatan antara Al-Mutawakkil dengan Inggris, dianggap satu-satunya pekerjaan yang mampu dilakukan Al-Mutawakkii dalam masa pemerintahannya yang sangat pendek. Al-Mutawakkil melakukannya, didorong atas asumsi bahwa Inggris adalah pedagang asing yang memperdagangkan alat-alat perang dan senjata untuk negeri Maghrib sejak lama. Memang kebutuhan Al-Mutawakkil terhadap senjata sangat mendesak, terutama bila ditinjau dari tujuan dia untuk membendung ancaman pemerintahan Utsmani dan untuk melawan pamannya yang merongrong kursi kepemimpinan.

Pemerintah Utsmani melihat adanya peluang akibat terkurasnya perhatian dan energi Raja Spanyol Philip II, disebabkan berbagai peristiwa pemberontakan di dataran-dataran rendah. Kerepotan itu dia anggap sebagai waktu yang sangat tepat untuk memasuki wilayah Maghrib. (Al-Maghrib fi 'Ahdi AI-Daulah Al-Sa’diyyah, Abdul Karim Karim, hlm. 97 dan 99.) Maka pemerintah Utsmani memberi bantuan pasukan kepada Maula Abdul Malik sebanyak 5.000 tentara, yang dilengkapi persenjataan paling baik. Maula Abdul Malik memasuki Fas setelah ia mencapai kemenangan gemilang atas keponakannya Al-Mutawakkil. Kemudian bala tentara bantuan kembali lagi ke Aljazair. (Bidayat AI-Hukm AI-Maghribi fi Sudan, hlm.94.)

Sukses mengalahkan AI-Mutawakkil dengan bantuan pemerintahan Utsmani, membuat Abdul Malik segera melakukan perbaikan-perbaikan internal di negerinya, antara lain:

1. Memerintahkan untuk merenovasi kapal-kapal dan membuat perahu-perahu baru. Dengan perintah itu kehidupan industri menjadi bergairah kembali.

2. Dia sangat menaruh perhatian terhadap perdagangan melalui jalur laut. Harta rampasan yang dia peroleh dari perang-perang di pesisir Maghrib merupakan penyebab utama majunya perekonimian negerinya.

3. Dia membentuk pasukan terlatih dan maju yang dia adopsi dari pengalaman pasukan Utsmani. Dia meniru senjata dan bentuk struktur tentara Utsmani.

4. Dia mampu membangun hubungan yang sangat kuat dengan pemerintahan Utsmani yang dia anggap sebagai sekutu, teman dan sekaligus saudara yang ikhlas di Maghrib.

5. Dia menjadi orang terpandang dan terhormat di zamannya, hingga di kalangan orang-orang Eropa. Mereka demikian menghormati dan mengagungkannya. Seorang penyair asal Perancis Acbariba Dubin yang hidup di masa itu mengatakan: “Abdul Malik adalah sosok yang memiliki wajah begitu rupawan, bahkan dia adalah yang paling rupawan di tengah kaumnya. Pemikirannya demikian jernih dan brilian. Dia sangat mengerti bahasa Spanyol, Italia, Armenia dan Rusia. Dia adalah seorang penyair yang fasih berbahasa Arab. Singkatnya, sesungguhnya pengetahuannya, andaikata dia adalah salah seorang pangeran di antara pangeran-pangeran kami, maka apa yang dia miliki lebih dari batas normal untuk seorang yang terpandang; dan dia hanya cocok untuk seorang raja.” (Waadi Al-Makhazin, hlm.37.)

6. Dia berupaya untuk menguatkan semua aparatur negara dan sarana-sarananya. Dia berhasil membentuk satu tim penasehat negara yang merupakan tim yang memberitahukan tentang masalah dalam negerinya, serta kondisi penduduk secara umum. Dengan tim itu dia mengetahui politik dunia, khususnya negeri-negeri yang memiliki hubungan politik dengan Maghrib. Saudaranya yang bernama Abu Al-Abbas Ahmad Al-Manshur Billah yang digelari Adz-Dzahabi di dalam buku-buku sejarah merupakan tangan kanannya yang mengatur masalah negara. (Waadi Al-Makhazin, hlm. 39-40.)

Aliansi Muhammad AI-Mutawakkil dengan Raja Portugis

Setelah kekalahan atas pamannya Abdul Malik, Muhammad Al-Mutawakkil melakukan kontak dengan Raja Portugis, Sebastian. Keduanya bersepakat melengserkan pamannya dari kursi pemerintahan di Maghrib. Sebagai imbalan, Portugis boleh menguasai seluruh pesisir Maghrib. Dengan senang hati, Sebastian menerima tawaran Muhammad Al-Mutawakkil itu. (Tarikh Al-Maghrib, Muhammad bin Abud, 2/19.) Al-Mutawakkil kemudian pindah di Sabtah dan berdiam di sana selama empat bulan. Dari sana dia berangkat ke Thanjah, sambil menunggu Sebastian yang akan datang membawa pasukan.

Di tengah-tengah persiapan negara Nasrani dan Portugis untuk menaklukkan Maghrib, pemerintahan Utsmani juga mengirimkan pasukan pelatih dan bermacam-macam senjata dengan disertai pasukan militer. (Bidayat AI-Hukm AI-Maghribi fi Sudan, hlm. 94.) Di sanalah terlihat jelas, spirit Islam yang bergelora dalam dada pasukan Utsmani untuk membela agama. Sebab peperangan yang terjadi sebenarnya, adalah peperangan umat Islam secara keseluruhan, khususnya pemerintahan Utsmani, untuk melindungi kaum muslimin dan Tanah Air mereka. Suatu pembelaan yang tidak didasarkan atas kepentingan-kepentingan materi. (Juhud AI-Utsmaniyyin, hlm. 471.)

Perang Wadil Makhazin

Sesungguhnya prestasi besar yang dicapai pemerintahan Sa'di di masa pemerintahan Abdul Malik adalah, kemenangan gemilang atas kaum Nasrani Portugis dalam perang Tiga Raja. Dalam sejarah sering disebut dengan "Perang Istana Besar” atau perang Wadil Makhazin yang terjadi pada tanggal 30 Jumadil Akhirah 986 H/4 Agustus 1578 M.

Sebab-sebab terjadinya perang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Portugis ingin menghapus rasa malu atas kekalahan yang diderita saat mendapatkan serangan dari pasukan Maghrib yang membuat mereka terpaksa harus menarik diri dari Asifa, Azmur dan Ashila pada masa pemerintahan Johannes III (1521-1557 M).

2. Raja Portugis yang baru, Sebastian putra Johannes III ingin melakukan perang suci melawan kaum muslimin hingga namanya menjadi terangkat di antara raja-raja Eropa. Ambisinya yang salah sasaran ini semakin menjadi-jadi, tatkala Portugis berhasil menemukan peta-peta dunia baru. Dengan penemuan ini, dia semakin agresif untuk menggempur dunia Islam. Ambisi menggebu demikian, hanya didorong kebencian kepada Islam dan kaum muslimin secara umum, dan orang-orang Maghrib secara khusus. Dalam otak sang raja saat itu berkumpul dua hal: Kebencian Salibis dan paradigma kolonialis yang melihat bahwa tangannya bebas untuk menjarah kekayaan negeri muslim manapun yang tidak mampu melindungi dirinya dari serangan luar. Dan pada sisi lain, dia berencana untuk melakukan pendudukan di wilayah Maghrib. (Waadi AI-Makhazin, hlm. 45-46.)



Referensi: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
-----





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam