Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 23 Februari 2017

Sulaiman Qanuni Khilafah Utsmani Menghadapi Pembangkang



SULTAN SULAIMAN QANUNI (927-974 H/1520-1566 M)

SULTAN SULAIMAN QANUNI dilahirkan di kota Trabzun. Saat dilahirkan, ayahnya menjadi gubernur di Trabzun. Ayah Sulaiman sangat peduli dengan masa depan anaknya. Sejak kecil ia tumbuh dalam suasana keilmuan, minat sastra, dekat dengan para ulama, sastrawan, dan fuqaha'. Sejak masa muda, Sulaiman Al Qanuni dikenal sebagai sosok anak muda yang serius dan tenang menghadapi masalah. Dia naik ke singgasana kekuasaan ketika baru berusia 26 tahun. Sulaiman termasuk sosok yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam setiap tindakan. Jika keputusan sudah diambil, dia tidak mundur walau selangkah. (As-Salathin AI-‘Utsmaniyun, hlm.51.)

Sejak menjadi Sultan, Sulaiman Qanuni menyadari arti tanggung-jawab mempertahankan tempat-tempat suci kaum muslimin. Dia sadar sepenuhnya bahwa semua itu merupakan amanah bagi pemerintahan Utsmani.

Dalam masalah India, Sultan mengirim surat ke Sulaiman Baik yang berbunyi sebagau berikut: “Wahai Sulaiman Baik, gubernur Mesir. Wajib bagimu setelah menerima instruksi dari kami menyiapkan bekal perjalanan dan semua yang dibutuhkan.

Kamu harus mempersiapkan pasukan menuju Suez untuk berjihad di jalan Allah. Pada saat armada perangmu telah siap dan dibekali semua perlengkapan dan logistik, dan terkumpul sejumlah tentara yang cukup, maka wajib bagimu berlayar menuju India untuk mengusai dan menjaga wilayah-wilayah itu. Sesungguhnya jika engkau berhasil memutus jalur perdagangan Portugis dan mengontrol jalan-jalan yang menuju ke Makkah Al Mukarramah, maka berarti engkau telah berhasil mengusir semua pekerjaan jahat orang-orang Portugis dan menurunkan panji-panji mereka dari lautan."

Sulaiman Baik, gubernur Mesir, berhasil melaksanakan titah Sultan Utsmani dengan baik. Pasukannya tiba di Jeddah setelah menempuh 7 hari perjalanan. Setelah itu pasukannya diarahkan ke Kamran, lalu menguasai 'Adn. Di tempat itu dia mengangkat seorang jenderal yang didukung 600 pasukan untuk memegang kepemimpinan di tempat itu. Setelah itu dia melanjutkan perjalanan menuju India. Tatkala tiba di Dayu, dia tidak mampu menguasai wilayah itu. Kemudian dia menarik diri setelah kehilangan sekitar empat ratus pasukan. Dia berusaha lagi menguasai benteng-benteng bagian depan, sampai salah satu benteng berhasil dikuasai dan menawan sebanyak 80 tentara Portugis. Andaikata tidak ada pasukan bantuan terhadap orang-orang Portugis, pasti semua benteng itu akan menyerah, orang-orang Portugis akan mampu diusir dari India dan benteng Dayu akan takluk di bawah pemerintahan Utsmani. (Shira’ul Muslimin Ma’al Burtoghaliyin fil Bahr AI-Ahmar, Ghassan Ar-Rimal, hlm. 226.)

Sultan Sulaiman Qanuni menghadapi masa-masa yang penuh tanggungjawab. Berbagai tantangan menghadang di hadapannya.

Menghadapi Empat Pembangkang

Di awal-awal pemerintahan, Sultan Sulaiman Qanuni sudah menghadapi cobaan berat. Dia harus berhadapan dengan empat gerakan pembangkangan sekaligus. Pembangkangan itu dilakukan oleh Janbarad, Ahmad Syah, Baba Dzunnun, dan Qalandar Jalabi. Para pemberontak mengira, kekuatan Utsmani semakin lemah, sehingga mereka berani memerdekakan diri, menyatakan sebagai wilayah independen.

Pembangkangan pertama dilakukan oleh gubernur Syam, Janbarad Al Ghazali. Dia menyatakan membangkang kepada Sultan dan terang-terangan ingin menguasai Aleppo. Tanpa menunggu waktu lebih lama, Sultan Utsmani Segera memerintahkan agar gerakan separatis itu ditumpas. Alhamdulillah, dalam waktu sekejap pemberontakan itu berhasil dipadamkan. Janbarad terbunuh, kepalanya dipenggal, lalu dikirimkan ke Istanbul sebagai bukti, bahwa pemberontakan di tempat tersebut telah berakhir.

Pembangkangan kedua dilakukan oleh seorang pengkhianat di Mesir yang bernama Ahmad Syah. Persitiwa ini terjadi pada tahun 930 H/ 1524 M. Tokoh satu ini dikenal sangat tamak kekuasaan dan berambisi memegang tampuk pimpinan. Pada mulanya, dia meminta bantuan Sultan Utsmani untuk menduduki posisi gubernur di Mesir. Maka Sultan pun menobatkan dia sebagai gubernur di Mesir. Tetapi setelah menguasai Mesir, dia berusaha menggalang kekuatan untuk menjadi Sultan yang independen seperti penguasa Mamalik di masa sebelumnya. Waktu itu para ahli Syariah dan pasukan khusus Utsmani bergerak cepat untuk mencegah naiknya Ahmad Syah sebagai Sultan di Mesir. Mereka berhasil membunuh tokoh itu. Dalam buku-buku sejarah, dia tercatat sebagai pengkhianat.

Pembangkangan ketiga datang dari tokoh Syiah Rafidhah, yaitu Baba Dzunnun pada tahun 932 H, di wilayah Yuzaghad. Baba mengumpulkan sekitar 3000-4000 pemberontak dan mewajibkan pajak atas wilayah yang dikuasainya. Gerakan ini semakin menguat sehingga berhasil mengalahkan beberapa komandan pasukan Utsmani yang ditugaskan untuk memadamkan pemberontakan itu. Namun pemberontakan Syiah ini juga berhasil ditumpas. Baba sendiri terbunuhnya, kepalanya dipenggal, lalu dikirim ke Istanbul sebagai bukti.

Adapun pembangkangan keempat juga datang dari kalangan Syiah Rafidhah, dipimpin oleh Qalandar Jalabi di dua wilayah, yakni Qauniyyah dan Mar'asy. Jumlah pengikut Qalandar berkisar 30.000 orang Syiah. Mereka melakukan kejahatan dengan membunuh orang-orang Sunni yang berada di dua wilayah tersebut. Sebagian ahli sejarah mencatat, Qalandar Jalabi memiliki akidah sesat. Katanya, siapapun yang berhasil membunuh seorang Sunni atau memperkosa wanita muslimah Sunni, maka dia telah mencapai pahala paling besar. (Semoga Allah Ta'ala melaknati Qalandar Jalabi dan orang-orang yang setuju dengan pemikiran sesatnya itu. Allahumma aamiin).

Untuk menghadapi pemberontakan ini, Sultan Sulaiman mengirimkan Bahram Pasya. Namun sayang, Bahram Pasya berhasil dibunuh oleh pemberontak. Saat itu Sultan mengubah strategi. Dia memerintahkan pasukannya untuk "menggembosi" kekuatan Qalandar. Caranya, dengan mempengaruhi para pengikut Qalandar agar tidak berpihak kepadanya. Sebab, tidak semua pengikut Qalandar adalah orang-orang Syiah. Banyak juga yang Sunni, tapi mereka berhasil dibohongi oleh Qalandar. Hal demikian menyulitkan posisi pasukan Utsmani. Kalau mereka ditumpas habis, maka akan banyak muslim Sunni yang terbunuh juga. Maka cara yang ditempuh, ialah membujuk para pendukung Qalandar agar menyingkir.

Tampaknya strategi penggembosan itu cukup efektif. Banyak pengikut Qalandar akhirnya berpihak ke pemerintahan Utsmani. Akhirnya, kekuatan Qalandar berhasil dihancurkan. Qalandar sendiri terbunuh. Dengan demikian, maka gerakan para pembangkang itu berhasil ditumpas. Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin. Setelah masalah dalam negeri selesai, maka Sultan segera mengatur siasat bagaimana melancarkan jihad ke benua Eropa. (AI-Utsmaniyyun fi Tarikh Wal Hadharah, hlm. 91.)

Sumber bacaan: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam