Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 22 Februari 2017

DAMPAK PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL TERHADAP DUNIA EROPA DAN ISLAM


SEBELUM ditaklukkan, Konstantinopel menjadi hambatan besar bagi tersebarnya Islam di benua Eropa. Namun setelah penaklukan, ia seperti pembuka jalan yang lebar bagi dakwah Islam untuk menyebar ke benua Eropa dengan kekuatan dan kedamaian, lebih dari masa-masa sebelumnya. Penaklukkan Konstantinopel dianggap sebagai peristiwa paling monumental dalam sejarah dunia, dan secara khusus di mata sejarah Eropa dalam hubungannya dengan Islam. Para sejarawan Eropa dan mereka yang sepaham, menganggap penaklukkan Konstantinopel sebagai akhir dari “Abad Pertengahan” dan sebagai titik awal menuju Abad Modern. (Tarikh AI-Daulat AI-'Utsmaniyyah, Yilmez Ozoyuna, hlm, 384.)

Setelah itu, Sultan melakukan penertiban berbagai masalah di Konstantinopel, lalu melakukan pembentengan kembali dan sekaligus menjadikannya sebagai ibukota Khilafah Ustmaniyah. Dia menyebut kota itu dengan Islambul yang berarti kota Islam. Namun dalam perjalanan waktu, ia lebih dikenal sebagai Istambul, penj. (Tarikh AI-Daulat AI-Aliyyah, Muhammad Fariq Beik, hlm. 164.)

Pengaruh di Eropa

Orang-orang Nasrani Barat sangat terpengaruh dengan kabar ditaklukkannya Konstantinopel. Mereka dilanda rasa takut luar biasa, rasa duka yang dalam, serta gundah-gulana berkepanjangan. Hidup mereka dibayangi ketakutan jika sewaktu-waktu pasukan Islam akan menyerbu mereka dari arah Istambul. Para penyair dan sastrawan-sastrawan Barat berusaha sekuat mungkin meniupkan api kebencian dan semburan amarah ke dalam dada setiap warga Nasrani Eropa kepada Islam dan kaum muslimin. Para pangeran dan raja-raja mengadakan pertemuan panjang dan terus-menerus, mereka menyeru orang-orang Nasrani untuk melupakan perselisihan dan sengketa di antara mereka sendiri. Kalau mau dikatakan, mungkin mereka akan berkata, "Lupakan segala perbedaan. Mari bersatu menghadapi Turki Utsmani!”

Paus Nicholas V adalah orang yang paling terpukul dengan kabar jatuhnya Konstantinopel. Dia mengeluarkan semua tenaga, energi, waktu, dan semangat untuk menyatukan semua negara di Italia, serta mengobarkan semangat berperang melawan kaum muslimin. Dia sendiri lalu memimpin sebuah konferensi di Roma. Dalam konferensi tersebut diumumkan tekad negara-negara Eropa untuk membangun aliansi, saling bahu-membahu di antara mereka, serta mengerahkan semua kekuatan melawan musuh bersama. Hampir saja aliansi negara-negara ini rampung, kalau saja Paus Nicholas V tidak cepat meninggal akibat benturan keras, saat dia mendengar kabar jatuhnya Konstantinopel ke tangan orang-orang Utsmani. Kejatuhan kota itu telah menimbulkan kesedihan mendalam. Dia mati seketika dengan memendam duka-lara sangat dalam, pada tanggal 25 Maret tahun 1455 M. (As-Sulthan Muhammad Al-Fatih, hlm. 136-137.)

Pangeran Philip dari Burgondia juga sangat bersemangat menyerukan raja-raja Nasrani untuk berperang melawan kaum muslimin. Apa yang dia lakukan diikuti para pangeran dan para jagoan penunggang kuda, serta pengikut fanatik agama Nasrani. Pemikiran untuk memerangi kaum muslimin ini menjelma menjadi “akidah suci" yang mendorong mereka menyerang negeri-negeri kaum muslimin. Tentu kita masih ingat slogan penjajahan Eropa, "Gold, Gospel, Glory" (emas, gereja, kejayaan).

Paus di Roma sendiri memimpin perang orang-orang Nasrani melawan kaum muslimin. Sedangkan Sultan Muhammad Al-Fatih selalu siaga dengan semua gerakan yang dilakukan pihak-pihak Nasrani. Dia merencanakan secara jeli dan merealisasikan strategi-strategi yang dianggap cocok untuk memperkuat pemerintahan dan negaranya, serta menghancurkan kekuatan musuh-musuhnya. Sedangkan negara-negara yang bertetangga dengan Sultan Muhammad Al-Fatih seperti Amasia, Murah dan Trabzon, mereka terpaksa memendam perasaan yang tersimpan di dasar hati mereka sendiri. Secara zhahir mereka menampakkan rasa kegembiraan dan mengutus utusan kepada Sultan di Adrianapole untuk memberi ucapan selamat atas kemenangan yang gilang gemilang itu. (As-Sulthan Muhammad Al-Fatih, hlm. 140.)

Paus Pius II dengan kemampuan khutbah dan kelicikan politiknya berusaha sekuat tenaga membangun rasa kebencian memuncak di dalam dada orang-orang Nasrani, baik masyarakat umum, kalangan raja-raja, atau para tentara. Sebagian dari negeri itu telah siap siaga untuk merealisasikan ambisi Paus Pius II untuk melumat pemerintahan Utsmani. Namun saat waktunya tiba, negara-negara Eropa urung berangkat karena mereka menghadapi banyak masalah di negeri mereka sendiri. Perang 100 tahun yang berlangsung di Eropa telah memporak-porandakan Inggris dan Perancis; sedangkan Spanyol sedang disibukkan dengan pengusiran orang-orang muslim yang berada di Andalusia. Italia berkonsentrasi menjalin hubungan dengan pemerintahan Utsmani, walaupun secara terpaksa, karena semata cinta harta.

Kampanye Salibisme ini berakhir dengan matinya Paus Pius. Akhirnya Hungaria dan Venezia harus menghadapi pasukan Utsmani sendirian. Adapun Venezia segera mengadakan perjanjian damai secara jujur dengan pemerintahan Utsmani demi menjaga kepentingan-kepentingannya. Sedangkan Hungaria telah kalah perang menghadapi pasukan Utsmani, sehingga tentara Utsmani berhasil menjadikan Serbia, Yunani, Valachi, dan Krym, serta pulau-pulau utama di Arkhabil sebagai bagian dari wilayahnya. Semua itu berlangsung dalam waktu sangat singkat, di mana Sultan mampu menaklukkan mereka dan memporakporandakan kesatuan mereka dan mengambil negeri itu. (As-Sulthan Muhammad Al-Fatih, hlm. 140.)

Paus Pius II dengan segala kecakapan yang dimiliki ingin meraih ambisi besar: Pertama, berusaha meyakinkan orang-orang Nasrani agar tetap memeluk agama Nasrani, sementara dia sendiri tidak mengirim para pendakwah Nasrani untuk tujuan ini. Dia hanya menulis surat kepada Sultan Muhammad Al-Fatih dan memintanya untuk mendukung agama Nasrani sebagaimana dukungan yang dilakukan oleh Constantine dan Colovies. Dalam surat itu dia menjanjikan, bahwa dia akan mengampuni semua dosa-dosanya jika dia memeluk agama Nasrani dengan tulus ikhlas. Dia juga menjanjikan akan memberkatinya dan melindunginya, serta akan memberikan jaminan bagi dirinya untuk masuk surga. Tentu saja ajakan ini sangat ditolak mentah-mentah oleh Sultan. “Enak saja, dia mengajak kita masuk Nasrani, supaya menjadi domba-domba yang digembala Paus,” begitulah logikanya. Tatkala Paus Pius II gagal merealisakan rencana ini, dia berusaha melakukan rencana kedua, yaitu melakukan ancaman dan intimidasi dengan kekuatan senjata. Namun rencana ini telah gagal sejak awal dengan kalahnya pasukan Nasrani, serta dihancurkannya serangan yang dipimpin oleh Huniyad dari Hungaria. (As-Sulthan Muhammad AI-Fatih, hlm. 140.)

Pengaruh di Negeri Islam

Pengaruh penaklukkan Konstantinopel di wilayah Islam di Timur, maka dampaknya berupa kegembiraan, kebanggaan, serta rasa syukur menyebar memenuhi kawasan Asia dan Afrika. Sebab penaklukkan ini merupakan impian nenek-moyang dan harapan generasi-generasi yang silih-berganti. Penaklukkan ini telah lama dinantikan, dan ia kini telah terwujud. Sultan Muhammad Al- Fatih segera mengirim surat kepada para penguasa di negeri-negeri Islam di Mesir, Hijaz, Persia, India, serta wilayah-wilayah lain; dia mengabarkan tentang kemenangan yang sangat gemilang ini. Berita kemenangan itupun segera diumumkan di atas mimbar-mimbar khutbah. Shalat syukur segera dilakukan, rumah-rumah, dan toko-toko dihias. Sedangkan di dinding-dinding dipajang panji-panji dan kain berwarna-warni. (As-Sulthan Muhammad AI-Fatih, hlm. 142.)

lbnu Ilyas pengarang buku Bada 'i AI-Zuhur mengatakan tentang peristiwa ini, "Maka tatkala kabar tentang penaklukkan Konstantinopel ini sampai, dan utusan Sultan Al-Fatih sampai di tempat tujuan, ditabuhlah genderang berita gembira di benteng-benteng. Rakyat di Kairo diminta untuk menghiasi rumah-rumah. Kemudian pemimpin setempat menetapkan Barsabay penguasa Akhur II, sebagai utusan kepada Ibnu Utsman untuk mengucapkan kata selamat. (As-Sulthan Muhammad AI-Fatih, hlm. 140.)

Kita persilahkan sejarawan Abu Al-Mahasi bin Taghri Bardi menggambarkan, bagaimana perasaan manusia ketika itu dan kondisi mereka di Kairo tatkala utusan Muhammad Al-Fatih sampai ke Kairo dengan membawa sejumlah hadiah dan dua tawanan dari pembesar Romawi. Dia berkata, "Saya berkata, segala puji bagi Allah atas penaklukkan yang sangat gemilang ini. Kemudian datanglah utusan itu dengan membawa dua tawanan dari pembesar Romawi. Lalu dia datang bersama dua tawanan itu kepada penguasa Mesir, Sultan lnal. Kedua orang itu berasal dari Kota Konstantinopel yang di dalamnya ada gereja yang sangat besar. Maka Sultan Mesir sangat bergembira dengan penaklukkan yang sangat gemilang itu, demikian juga dengan penduduk Mesir. Kemudian diumumkanlah kabar gembira itu dan rumah-rumah penduduk dihias dengan hiasan warna-warni, sebagai ungkapan suka-cita atas kemenangan yang gemilang. Peristiwa ini berlangsung beberapa hari. Kemudian utusan itu datang dengan membawa dua orang tawanan ke dalam benteng pada hari Senin tanggal 25 Syawwal, setelah utusan itu dan kawan-kawannya berkeliling kota Kairo. Penduduk Kairo berpesta dengan kemenangan itu dengan menghiasi toko-toko mereka. Sultan menerima para utusan dengan jamuan di Benteng jabal. . ." (An-Nujum AI-Zahirah fi Muluk Mishrawa AI-Qahirah, 16/71.)

Apa yang disebutkan oleh Abu Al-Mahasan bin Taghri Bardi tentang pesta kemenangan itu dan kegembiraan rakyat Kairo, terjadi di berbagai kota-kota Islam. Sultan Muhammad Al-Fatih telah mengirim beberapa surat pemberitahuan tentang penaklukkan itu kepada penguasa Mesir, penguasa Iran, penguasa Makkah, dan penguasa Qurman. Dia juga mengirim beberapa surat kepada penguasa negara-negara tetangga yang beragama Nasrani seperti Murah, Valachie, Hungaria, Bosnia, Serbia, Albania dan semua wilayah yang menjadi kekuasaannya. (Muhammad Al-Fatih, hlm. 142.)

Surat Sultan AI-Fatih Kepada Penguasa Mesir

Berikut ini adalah sebagian isi surat Sultan Al Fatih kepada penguasa Mesir Al-Asyraf Inal. Surat ini ditulis oleh Syaikh Ahmad Al-Kurani:

“... Sesungguhnya salah satu tradisi yang baik dari para leluhur kita adalah bahwa mereka merupakan orang-orang yang berjihad di jalan Allah, yang tidak takut terhadap celaan orang-orang yang mencerca. Sedangkan kami senantiasa menjalankan sunnah-sunnah itu, sebagaimana kami juga selalu menapaki jejak mereka sebagai refleksi dari amal kami terhadap firman Allah yang berbunyi:

"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir.” (At-Taubah: 29)

Sebagaimana kami juga selalu berpegang teguh kepada sabda Rasulullah, bahwasanya:
 "Barangsiapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah, maka Allah akan mengharamkan dia untuk masuk neraka."

Allah telah memberi kami berkah dan nikmat di tahun ini, sehingga kami diberi kemampuan untuk terus berpegang teguh kepada agama Allah, Pemilik Kejayaan dan Kemuliaan, dan diberi kemampuan untuk selalu berpijak di atas perintah Allah dengan menjalankan kewajiban Jihad di Islam dengan berpedoman pada firman Allah:
 

"Wahai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka merasakan kekerasan darimu, dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 123)

Kami telah menyiapkan pasukan perang dari kalangan mujahidin, baik dari laut maupun darat untuk menaklukkan kota yang dipenuhi dengan kemungkaran dan kekufuran, yang kini berada di tengah-tengah kekuasaan Islam. Kota ini semula dibanggakan dengan lantunan syair:

”Dia laksana bintik-bintik di kulit yang indah,
dan dia laksana awan tipis penutup rembulan.”

Kota ini sebagiannya berada di laut dan sebagian lain ada di darat. Maka kami siapkan untuk itu, sebagaimana Allah telah memerintahkan dalam firmanNya:

”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi." (Al-Anfal: 60)

Kami telah mempersiapkan semua sarana perang, dari tombak dan lembing, manjaniq, meriam dan semua senjata darat lainnya. Kami juga telah menyiapkan perahu dan kapal untuk armada perang di laut. Kami melakukan serangan pada tanggal 26 Rabiul Awwal yang berlangsung beberapa bulan di tahun 857 H.

Setiap kali mereka (kafir Konstantinopel -edt.) diseru kepada kebenaran, mereka selalu ingkar dan menyombongkan diri, sedangkan mereka itu termasuk orang-orang kafir. Maka kami kepung mereka, kami perangi mereka. Maka berkecamuklah perang antara kami dan mereka selama 46 hari.

Maka tatkala fajar shadiq menyingsing pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula, kami melancarkan serangan laksana bintang yang dilemparkan kepada syaitan-syaitan, yang dilakukan dengan kebijakan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan keadilan Umar Al-Faruq ra. serta pukulan Al-Haidar dari Bani Utsman. Allah telah mengaruniakan kemenangan sebelum matahari terbit dari ufuk Timur.

”Golongan itu akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya Hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit." (Al-Qamar: 5-6)

Orang yang pertama kali terbunuh dan terpenggal kepalanya adalah Tukfurham yang terlaknat. Maka hancurlah mereka sebagaimana binasanya Kaum 'Aad dan Tsamud. Maka ruh mereka segera dibawa oleh malaikat adzab dan mereka akan dimasukkan ke dalam neraka, tempat yang sejelek-jeleknya. Maka terbunuhlah orang-orang yang terbunuh dan tersisalah yang masih hidup. Kaum mujahidin berhasil mengambil-alih simpanan harta mereka, termasuk harta-harta yang dipendam. Jadilah mereka orang-orang yang tidak pernah disebut, dan orang-orang yang zhalim itu dimusnahkan hingga ke akar-akarnya. Sungguh segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Dan di hari itu orang-orang mukmin bergembira atas pertolongan Allah.

Maka tatkala kami berhasil menang atas orang-orang kafir ini, kami membersihkan busur panah kami dari rumah-rumah ibadah. Dan kami keluarkan dari gereja-gereja itu palang salib dan lonceng-lonceng gereja. (gereja-gereja yang sudah tidak dipakai). Lalu kami jadikan tempat-tempat penyembahan berhala itu menjadi masjid-masjid kaum muslimin. Mulialah tempat-tempat itu dengan khutbah-khutbah. Terjadilah kehendak Allah dan gagallah apa yang mereka lakukan..." (Muhammad AI-Fatih, hlm. 163-167.)

Sultan Muhammad Al-Fatih juga mengirimkan surat kepada penguasa Makkah melalui penguasa Mesir. Sedangkan penguasa Mesir telah membalas surat Sultan Muhammad Al-Fatih dan hadiah-hadiahnya dengan untaian syair yang demikian indah dan mempesona. Di antaranya adalah bait-bait syair seperti di bawah ini:

”Kau pinang dia saat masih perawan dan tak ada mahar yang kuberikan kecuali pedang yang tajam, tombak dan pasukan-pasukan penunggang kuda Barangsiapa yang menjadikan malam gulita sebagai maharnya
dia akan mendapatkan telur benteng itu sebagai tempat pelaminannya
Allah Mahabesar, tidaklah kau memetik buah ranumnya
kecuali karena ayahmu telah menanam jauh sebelumnya." (Muhammad Al-Fatih, hlm. 175.)

Dalam surat penguasa Mesir juga terdapat bait-bait syair di bawah ini:
"Allah Mahabesar, inilah pertolongan dan keberhasilan inilah kemenangan yang tidak pernah terbetik dalam pikiran. (Muhammad Al-Fatih, hlm. 176.)

Salah seorang penyair Mesir berkata mengenai penaklukan ini:
"Demikianlah, hendaklah dalam perjuangan ada semangat membakar
Jika tidak, tidak akan pernah kering sarung pedang yang ganas
Pasukanmu adalah laut, samudera adalah kuda yang kencang larinya jika gelombang yang bergulung-gulung tidak segera berhenti geraknya
Yang mengelilingi panji-panji yang menunjukkan kemenangan
dia mendapat pertolongan, dukungan sebagai hamba dan pelayan
Wahai penolong Islam, Wahai orang yang dengan serbuannya pada musuh-musuh kafir di hari-hari yang demikian mencekam
Bergembiralah dengan kemenangan yang menjadi buah bibir di seluruh bumi
Hujan berlalu digiring angin timur dan burung unta. (Muhammad Al-Fatih, hlm. 177.)

Surat Sultan AI-Fatih Kepada Penguasa Makkah

Sultan Muhammad Al-Fatih mengirimkan surat pada penguasa Makkah yang mulia, sehubungan dengan ditaklukkannya kota Konstantinopel. Dia mengabarkan tentang penaklukkan kota itu dan meminta dukungan doa. Di samping itu, Sultan juga mengirimkan beberapa hadiah yang didapat dari harta rampasan perang. Inilah sebagian isi surat Sultan tersebut:

"Kami kirimkan surat ini dengan kabar gembira atas apa yang telah Allah karuniakan kepada kami pada tahun ini dari penaklukan-penaklukan yang tidak pernah didengar telinga dan belum terlihat mata, yakni takluknya kota yang demikian masyhur, Konstantinopel. Harapan kami dari tuan hendaknya menyebarkan kabar kemenangan dan karunia besar ini kepada semua penduduk dua Kota Suci Makkah-Madinah, kepada para ulama dan kaum bangsawan yang mendapat petunjuk, para zahid, ahli ibadah dan orang-orang saleh, para syaikh, orang-orang yang selalu mendekatkan diri pada Allah, para imam yang mulia dan takwa.

Juga kami harapkan agar kabar kemenangan ini juga disebarkan kepada anak-anak dan orang-orangtua secara keseluruhan yang berdiam di sekitar Baitullah, di mana mereka laksana tali yang kokoh yang tidak akan putus. Kabarkan juga pada orang-orang yang datang untuk meminum air Zamzam dan ke Maqam Ibrahim, yang beri'tikaf di dekat kuburan Rasulullah Saw. Kami berharap mereka bisa mendoakan kelanggengan kekuasaan kami di 'Arafah dengan menundukkan wajah kepada Allah atas kemenangan yang telah dicapai. Allah telah memberikan kepada kami berkah mereka dan mengangkat derajat mereka.

Selain yang telah disebutkan kami juga telah mengirimkan hadiah untuk tuan, khususnya berupa 2000 falwari yang terbuat dari emas asli dan dengan timbangan yang tepat dan keledai yang kami ambil dari rampasan perang. Kami juga kirimkan 7000 falwari lain untuk para fakir miskin. Dua ribu di antaranya kami khususkan untuk para pejabat dan orang-orang terhormat, seribu untuk mereka yang memelihara dua Kota Suci, sedangkan sisanya untuk kaum fakir-miskin di Makkah dan Madinah. Semoga Allah menambahkan kemuliaan kepada kedua kota itu. Kami harapkan dari tuan untuk membagikan hadiah kami di antara mereka sesuai dengan kefakiran dan hajat mereka, serta kami inginkan kabar tentangnya. Kami harapkan doa dari mereka untuk kami dengan penuh kelembutan dan ihsan, insya Allah. Semoga Allah selalu menjaga tuan dan selalu menjadikan tuan berada dalam kebahagiaan abadi hingga Hari Akhir.” (Ad-Daulat Al-Utsmaniyyah, Jamal Abdul Hadi, hlm. 47.)

Penguasa Makkah saat itu menjawab surat Sultan Al-Fatih sebagai berikut:

”Kami telah membuka surat tuan dengan penuh sopan, dan kami membacanya di depan Ka'bah yang agung, di antara penduduk Hijaz dan orang-orang Arab. Kami lihat di dalamnya ungkapan-ungkapan Al-Qur'an yang menjadi obat dan rahmat bagi kaum mukminin. Kami saksikan dalam kandungan surat ini mukjizat Rasulullah Saw., penutup para Nabi yang pernah menyampaikan kabar, tentang akan ditaklukkannya kota Konstantinopel yang besar dan kota-kota lain, dengan benteng-bentengnya yang sangat kokoh dan terkenal di seantero jagad, yang pagar-pagar pembatasnya menjadi buah bibir setiap orang. Maka tak ada yang kami bisa lakukan, kecuali mengucapkan segala puji bagi Allah yang telah memudahkan perkara ini dan telah membuka jalan bagi masalah yang sangat sulit ini. Kami sangat gembira dengan peristiwa ini. Kami bangga dengan cara tuan mengikuti jejak langkah besar para leluhur tuan. Semoga Allah menenteramkan ruh mereka dan menempatkan mereka di kamar-kamar Surga yang luas karena mereka telah menampakkan rasa cintanya terhadap penduduk Kota Suci ini.” (Ad-Daulat AI-Utsmaniyyah, Jamal Abdul Hadi, hlm. 47.)

Sumber bacaan: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam