Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 25 Februari 2017

MUJAHID AGUNG KHILAFAH UTSMANI HASAN AGHA AT-THUSYI



SOSOK MUJAHID AGUNG HASAN AGHA AT-THUSYI

KHAIRUDDIN BARBAROSA telah melakukan tugas besar sebagai panglima armada laut pemerintahan Khilafah Utsmani di Laut Tengah. Sedangkan Hasan Agha At-Thusyi melakukan tugas sebagai wakil Khairuddin di Aljazair untuk menumpas semua perompak asal Eropa. Dia mendapat tantangan sangat besar dalam mengemban tugas-tugas itu. Dia menjadi sosok mujahid lslam yang sangat menonjol dalam membela negeri Islam di wilayah Afrika Utara. Aljazair akhirnya menjadi wilayah yang disegani, sehingga orang-orang Nasrani harus meminta pertolongan kepada Kaisar Charles V untuk menghadapi Aljazair.

Charles V berusaha menjalin kesepakatan rahasia dengan Khairuddin pada tahun 945 H / 1539 M. Namun dia terpaksa harus kecewa alias menelan pil pahit, karena Khairuddin tidak mau berkhianat. (Tarikh AI-jazair AI ’Aam, Abdurrahman AI-jaIIaIi, 3/62-63.) Kekecewaan itu persis yang pernah dialami Charles V di kesempatan lain, saat dia berusaha memberikan penawaran rahasia kepada Khairuddin. Dalam penawaran itu, Charles bersedia mengakui Khairuddin sebagai penguasa Afrika Utara, asalkan dia mau memberi imbalan berupa upeti dalam jumlah tertentu. Melalui cara ini, Charles V bermaksud membangun aliansi Spanyol-Aljazair dan berusaha memblokade hubungan Afrika Utara dengan Istanbul. Jika rencana itu terealisasi, maka Afrika Utara tidak akan terus melemah, sehingga mudah ditaklukkan. (Tarikh AI-jazair AI-Hadits, hlm. 35.)

Hasan Agha At-Thusyi berusaha keras mengokohkan keamanan, membentuk pemerintahan stabil, dan menyatukan semua wilayah Afrika Utara berpusat ke Aljazair. (Harb Al Tsalatsah Mi'ah Sanah, hlm. 279.) Maka dia segera menaklukkan Mustaghanim, lalu memasukkan ke bagian kekuasaanya. Kemudian dia bergerak ke wilayah tenggara, lalu mengusai ibukota Zab Bakrah dan wilayah-wilayah di bawahnya. Di tempat itu Hasan Agha juga membangun benteng perlindungan.

Pasukan Utsmani berlayar pada bulan jumadil Ula 949 H/ September 1539 M, dengan jumlah pasukan 1.300 personil. Mereka berlayar menggunakan 13 kapal dan bergerak menuju Spanyol. Hasan Agha turun ke sebuah kota dan berhasil menaklukkannya, lalu mengambil sumber alam, harta kekayaan, dan rampasan perang untuk kaum muslimin. Bersama pasukannya, ia terus bergerak ke pesisir selatan Spanyol, lalu berhasil mengambil sejumlah rampasan perang dari pasukan Spanyol. Dia memilih dari sebagian tawanan perang untuk dijual di kota-kota Maghrib bagian utara, khususnya Tathwan. Setelah itu dia kembali ke medan perang. Tatkala dia berencana pulang menuju Aljazair, Hasan Agha dihadang pasukan Spanyol dalam jumlah besar. Di sana terjadi pertempuran sengit. Peperangan ini menenggelamkan sejumlah kapal dari kedua belah pihak. Tetapi kerugian yang diderita armada Spanyol jauh lebih besar. (Harb Al Tsalatsah Mi'ah Sanah,hlm.280.)

Charles V berusaha melakukan serangan militer besar-besaran untuk memadamkan gerakan jihad Islam di bagian Barat Laut Tengah. Sebelum merealisasikan keinginan itu, dia berusaha membangun suasana tenang di kawasan Eropa, dengan cara membuat kesepakatan Nice dengan Perancis, pada bulan Muharram 945 H/Juni 1358 M, dalam kurun waktu selama 10 tahun. (Tarikh AI-Jazair Al-Hadits, Muhammad Khair, hal. 36.) Armada Charles V berlabuh di kota Aljir, wilayah Aljazair, pada tanggal 28 Jumadil Akhir tahun 948 H, atau bertepatan dengan tanggal 15 Oktober tahun 1541 M. Tatkala Hasan Agha menyaksikan kedatangan armada pasukan Charles V, dia segera mengadakan pertemuan darurat dengan para pemuka pemerintahan, tokoh ulama, para cendekiawan, dan menyerukan rakyat untuk berjihad mempertahankan Islam dan negara.

Dalam pertemuan itu dia berkata kepada semua yang hadir: “Kini telah datang musuh Allah ke hadapan kalian. Mereka bermaksud menawan anak-anak kalian dan merampas wanita-wanita kalian. Maka berjuanglah di jalan Allah yang lurus ini. Negeri ini ditaklukkan dengan kekuatan pedang dan wajib dipertahankan. Dengan pertolongan Allah kemenangan akan bersama kita.

Ketahuilah, kita adalah ahlul haq..." Sontak kaum muslimin mendoakan Hasan Agha dan siap membantu perjuangan menghadapi musuh-musuhnya. Kemudian dia segera mempersiapkan pasukan dan siap terjun ke medan laga. (Juhud AI-Utsmaniyyin Ii Inqadzi AI-Andalus, Dr. Nabil Abdul Hayy, hlm. 326.)

Di pihak lain, pasukan Spanyol telah mempersiapkan barikade. Charles sangat tercengang melihat persiapan Hasan Agha. Dia mencoba membuat gentar Hasan Agha dengan memerintahkan sekretarisnya untuk menulis surat kepada Hasan Agha. Dalam surat itu tertulis ucapan Charles, “Kamu tahu, aku adalah Raja... Semua agama Nasrani berada di bawah kekuasaanku... Maka jika kamu ingin menghadap kepadaku, serahkan dulu benteng-bentengmu. Selamatkan dirimu dariku... jika tidak, maka aku akan perintahkan untuk merobohkan batu-batu di benteng itu, lalu dilempar ke lautan... dan setelah itu tidak akan aku sisakan apapun untukmu, tidak pula untuk tuanmu dan orang-orang Turki... Karena aku akan ratakan negeri ini dengan tanah.”

Sesampainya surat itu ke tangan Hasan Agha, dia menjawab dengan sangat tegas: "Saya adalah pembantu Sultan Sulaiman ... Maka datanglah kamu ke sini dan terimalah penyerahan benteng itu. Namun negeri ini memiliki tradisinya sendiri... jika datang seorang musuh, maka negeri ini tidak akan menghadiahkan kepadanya kecuali kematian.” (Juhud AI-Utsmaniyyin Ii Inqadzi AI-Andalus, Dr. Nabil Abdul Hayy, hlm.326.)

Dalam riwayat yang lain disebutkan bunyi surat balasan Hasan Agha: "Sesungguhnya Spanyol telah menyerang Aljazair beberapa kali. Sekali terjadi di masa pemerintahan 'Uruj, sekali di masa pemerintahan Khairuddin. Hasilnya, tidak menghasilkan apa-apa. Malah harta kekayaannya habis dan bala tentaranya musnah. Sedangkan yang ketiga (ancaman serangan Charles), akan berlangsung seperti sebelumnya, insya Allah.” (Khairuddin Barbarosa, Bassam Al-'Asali, hlm. 108.)

Sengitnya Peperangan Laut

Tak ubahnya seperti peperangan laut yang pernah dihadapi Sultan Muhammad Fatih, maka perang laut di Aljazair melawan kaum kufar Nasrani, juga tak kalah hebatnya. Di sana sedang berhadap-hadapan dua armada besar, satu armada berperang di bawah panji kekafiran dan syaitan; sedangkan satu armada lagi berperang di bawah panji Jihad Fi Sabilillah. Kaum muslimin hatinya tertuju untuk menyebarkan rahmat, sedangkan kaum kafir bermaksud menjajah, merampas anak-anak, menodai kehormatan wanita, dan menyebarkan paham kufur.

Pada malam itu, seorang utusan dari gubernur Aljazair mendatangi Charles Quint (nama panggilan Charles V), meminta izin untuk memberikan jalan laut bagi orang-orang Aljazair, khususnya bagi anak-anak dan wanita untuk meninggalkan kota melalui Babul Wadi. Charles Quint menyadari, orang-orang Aljazair sudah bertekad bulat akan mempertahankan Aljazair sampai tetes darah penghabisan. Di mata Charles, sangat mustahil bisa menguasai Aljazair, kecuali dengan cara melakukan penghancuran total. Sedangkan sampai saat itu, dia belum menurunkan meriam pengepung dari segala penjuru. Artinya, saat itu sangat tidak mungkin untuk mengalahkan Aljazair dengan peluru-peluru meriam. Sebaliknya, para mujahidin Islam telah mengarahkan tembakan-tembakan mereka tepat ke titik-titik kekuatan Spanyol di semua lini. Saking hebatnya ancaman serangan mujahidin ini, sehingga salah seorang anggota pasukan kuda Malta menggambarkan kondisi medan perang saat itu dengan kata-kata: “Taktik perang yang mereka lakukan sungguh sangat mengejutkan, sebab kami belum mengenal taktik itu sebelumnya." (Khairuddin Barbarosa, Bassam Al-'Asali, hlm. 153.)

Jumlah pasukan kaum mujahidin terus membesar; karena datang pasukan berduyun-duyun dari segala penjuru, saat mereka mendengar bahwa pasukan Spanyol telah menginjakkan kaki di Aljazair. Kaum mujahidin diuntungkan, karena mereka sangat menguasai medan dan mampu memilih taktik terbaik. Allah Ta'ala memberikan karunia kepada tentara Islam dengan turunnya hujan, angin, dan ombak. Angin puting beliung bertiup kencang selama beberapa hari, membuat kemah-kemah pasukan Nasrani tercerai-berai. Kapal-kapal mereka saling berbenturan satu sama lain, sehingga membuat sejumlah kapal tenggelam. Ombak besar menghempaskan kapal-kapal itu ke tepi pantai. Dalam kondisi remuk akibat amukan badai, kaum muslimin segera menyerang pasukan Charles secara serentak, bagaikan banjir yang menerjang dari segala sisi. Dengan ijin Allah, pasukan kafir Nasrani mudah dilumpuhkan. Para mujahidin segera mengusai semua peralatan milik musuh, menguasai logistik, dan bahan makanan mereka. Hujan lebat yang turun telah membuat bahan-bahan peledak milik pasukan Spanyol tidak berfungsi.

Dalam kondisi yang sangat kritis itu, Kaisar Charles V berusaha melakukan serangan ke jantung Kota Aljir. Tapi alhamdulillah, usaha itu gagal total. (AI-Daulah AI-Utsmaniyyah Daulah Islamiyyah Muftaraa 'AIaiha, hlm. 2/919.) Saat itulah tampak sikap ksatria panglima perang pasukan Aljazair yang bernama Haji Al-Basyir. Dia mampu menggempur pemimpin pasukan Nasrani dengan keberanian tinggi, dengan sikap kepahlawanan yang sulit dicari bandingannya. Pasukan kaum muslimin waktu itu berhasil memanfaatkan situasi untuk mengepung pasukan Nasrani. Pasukan Aljazair melancarkan serangan dengan taktik hit-and run, sehingga menimbulkan kekalahan besar di tangan musuh. Dengan sangat terpaksa, Kaisar Quint (Charles V) harus menarik sisa-sisa pasukannya, lalu membawa armada lautnya ke Italia, bukan ke Spanyol. Dalam perjalanan lari dari medan laga, pasukan Nasrani dicekam ketakutan, putus-asa, frustasi, menangis, menjerit, dan sebagainya. Di antara mereka banyak yang terbunuh, terluka parah, sekarat, dan Iinglung. Mereka tak pernah membayangkan akan mengalami kekalahan telak. Di laut Aljazair, Allah membenamkan nafsu angkara armada Nasrani sehina-hinanya.

Di balik keberhasilan menghancurkan armada laut Charles V ini terdapat bukti kepemimpinan komandan perang Haji Ar-Rasyid yang sangat piawai Selain itu, rakyat Aljazair bersatu-padu, datang berduyun-duyunnya dari berbagai kabilah, untuk menolong para mujahidin. Mereka ikhlas terjun ke medan laga dalam rangka mencari Syahid di jalan Allah. Niat mereka hanya satu, yaitu menolong Islam dan kaum muslimin. Maka tidak heran jika kemudian Allah Swt. menolong mereka dengan bantuan berupa angin, ombak, dan badai.

Allah berfirman:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللهُ مَنْ يَنْصُرُهُ  إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Dan Allah benar-benar akan menolong siapa yang menolong (agama)-Nya, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (Al Hajj: 40).


Referensi: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
-----




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam