Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 16 Agustus 2016

Mendakwahkan Islam terang-terangan


 
  

Berbekal wahyu, Beliau Saw. dan para Sahabat menyinggahi pasar-pasar, Baitullah dan tempat-tempat yang sering dituju oleh masyarakat, untuk mendakwahkan Islam secara terang-terangan; mereka turun ke jalan dalam dua barisan yang dikepalai oleh Umar ra. dan Hamzah ra., berjalan mengelilingi Ka’bah menyuarakan Islam.

Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa bin Mihran al-Ashbahani (w. 430 H) meriwayatkan di dalam kitabnya “Hilyatu al-Awliyâ’ wa Thabaqâtu al-Ashfiyâ’ dari Ibn Abbas, ia berkata:

“Aku bertanya kepada Umar ra.: “Karena apa engkau dipanggil al-Faruq?” Umar menjawab: “Hamzah masuk Islam tiga hari sebelumku. Kemudian Allah melapangkan dadaku untuk Islam … Aku katakan: “Di mana Rasulullah Saw?” Saudariku berkata: “Beliau di Dar al-Arqam di bukit Shafa” lalu aku mendatangi rumah itu… Lalu aku katakan: “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah semata tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.” Umar berkata: “Maka penghuni rumah itu bertakbir dengan takbir yang bisa didengar oleh orang yang ada di masjid.” Umar berkata: “Lalu aku katakan: “Ya Rasulullah bukankah kita di atas kebenaran jika kita mati dan jika kita hidup?” Beliau menjawab: “Benar dan demi Dzat yang jiwaku ada di genggaman tangan-Nya, sungguh kalian di atas kebenaran, jika kalian mati dan jika kalian hidup.” Umar berkata: “Maka aku katakan: “Lalu mengapa kita bersembunyi? Demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh engkau keluar.” Maka kami keluar dalam dua barisan, Hamzah di salah satunya dan aku di barisan satunya lagi. … Sampai kami masuk ke masjid.” Umar berkata: “Maka Quraisy melihat kepadaku dan kepada Hamzah, dan mereka ditimpa kesedihan yang belum pernah menimpa mereka. Maka Rasul menyebutkan pada hari itu al-Faruq dan memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.”

Di dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhayn karya al-Hakim dinyatakan:
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَرْقَمِ، عَنْ جَدِّهِ الْأَرْقَمِ، وَكَانَ بَدْرِيًّا، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم آوَى فِي دَارِهِ عِنْدَ الصَّفَا حَتَّى تَكَامَلُوا أَرْبَعِينَ رَجُلًا مُسْلِمَيْنِ، وَكَانَ آخِرَهُمْ إِسْلَامًا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، فَلَمَّا كَانُوا أَرْبَعِينَ خَرَجُوا إِلَى الْمُشْرِكِينَ
“Dari Utsman bin Abdullah bin al-Arqam dari kakeknya al-Arqam, dan ia Badriyan, dan Rasulullah Saw. berlindung di rumahnya di bukit Shafa sampai genap empat puluh orang muslim, dan yang terakhir keislamannya adalah Umar bin al-Khaththab radhiyallâh ‘anhum. Ketika mereka empat puluh orang mereka keluar kepada orang-orang musyrik…”
Al-Hakim berkata: “ini adalah hadits shahih sanadnya, tetapi al-Bukhari dan Muslim tidak men-takhrij-nya” dan disepakati oleh adz-Dzahabi.

Dalam Thabaqât al-Kubrâ karya Ibn Sa’ad: ia berkata …. dari Yahya bin Imran bin Utsman bin al-Arqam, ia berkata; “aku mendengar kakekku Utsman bin al-Arqam mengatakan:
أَنَا اِبْنُ سَبْعَةِ فِي الْإِسْلاَمِ، أَسْلَمَ أَبِيْ سَابِعُ سَبْعَةِ، وَكَانَتْ دَارُهُ بِمَكَّةَ عَلَى الصَّفَا، وَهِيَ الدَّارُ الَّتِيْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكُوْنُ فِيْهَا أَوَّلَ الْإِسْلاَمِ، وَفِيْهَا دَعَا النَّاسَ إِلَى الْإِسْلاَمِ وَأَسْلَمَ فِيْهَا قَوْمٌ كَثِيْرٌ، وَقَالَ لَيْلَةَ الْاِثْنَيْنِ فِيْهَا: اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ: عُمَرِ بْنِ الْخَطَّابِ أَوْ عَمْرُو بْنِ هِشَامٍ فَجَاءَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ مِنَ الْغَدِّ بُكْرَةً فَأَسْلَمَ فِي دَارِ الْأَرْقَمِ، وَخَرَجُوْا مِنْهَا فَكَبَّرُوْا وَطَافُوْا الْبَيْتَ ظَاهِرِيْنَ وَدُعِيَتْ دَارُ الْأَرْقَمِ دَارَ الْإِسْلاَمِ
“Aku anak orang ketujuh di dalam Islam, bapakku masuk Islam sebagai orang ketujuh, rumahnya di Mekah di bukit shafa, dan itu adalah rumah yang Nabi Saw. ada di situ pada awal Islam, di situ beliau mengajak orang kepada Islam dan di situ banyak orang telah masuk Islam. Beliau pada satu malam Senin berdoa: “Ya Allah muliakan Islam dengan salah satu laki-laki yang lebih Engkau sukai: Umar bin al-Khathab atau Amru bin Hisyam (Abu Jahal).” Lalu Umar bin al-Khathab datang besoknya pagi-pagi lalu dia masuk Islam di rumah al-Arqam dan mereka keluar dari situ, mereka meneriakkan takbir dan berthawaf mengelilingi Baitullah terang-terangan dan rumah al-Arqam disebut Dar al-Islam…”

Ibn Ishaq berkata di as-Sîrah an-Nabawiyyah:


“Umar berkata pada saat demikian: “Demi Allah, sungguh kita dengan Islam lebih berhak untuk menyeru… dan sungguh agama Allah akan nampak di Mekah, jika kaum kita ingin zalim terhadap kita maka kita lawan mereka dan jika kaum kita berlaku fair kepada kita maka kita terima dari mereka.” Lalu Umar dan sahabat-sahabatnya keluar dan mereka duduk di Masjid. Ketika Quraisy melihat Islamnya Umar maka jatuhlah (apa yang ada) di tangan mereka.”

Juga dinyatakan topik dua shaf barisan itu di karya Taqiyuddin al-Maqrizi dalam Imtâ’ al-Asmâ’; Husain bin Muhammad ad-Diyar Bakri dalam Tarîkh al-Khamîs fî Ahwâl Anfusi an-Nafîs; Muhammad Abu Syuhbah dalam as-Sîrah an-Nabawiyyah ‘alâ Dhaw’ al-Qur’ân wa as-Sunnah; Shafiyur-Rahman al-Mubarakfuri dalam ar-Rahîq al-Makhtûm… dan selain mereka.

Mereka terus mengungkap kebusukan akidah dan pranata Jahiliah. Akibatnya, Nabi Saw. dan para Sahabat harus menghadapi berbagai macam penolakan, bantahan, intimidasi dan penindasan dari kaum kafir Quraisy. Namun, Beliau dan Sahabat terus bersabar hari demi hari hingga tiba pertolongan Allah Swt. yang telah dijanjikan.

Beliau berupaya menumbuhkan kesadaran umum (al-wa’yu al-âm) masyarakat tentang kerusakan tatanan Jahiliyah saat itu sekaligus menumbuhkan harapan dan keyakinan masyarakat terhadap ajaran Islam yang Beliau dakwahkan. Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut Rasulullah Saw. menempuh beberapa hal secara bersamaan.
….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam