Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 13 Juli 2016

Nabi Muhammad menghapus syari’at para nabi sebelumnya


 


Sesungguhnya tidak dijumpai satu teks pun di dalam al-Qur’an yang menyebutkan secara langsung ataupun hanya berupa isyarat, yang menunjukkan bahwa beliau (Yusuf as.) telah memerintah dengan syari’at raja. Tidak terdapat satu isyaratpun bahwa Nabi Yusuf as. telah memerintah dengan (hukum) selain apa yang diturunkan Allah.

“Tiadalah patut bagi Yusuf untuk menghukum saudaranya menurut undang-undang raja.” (TQS. Yusuf [12]: 76)

Nabi Yusuf as. meminta kepada raja agar diberikan kepadanya urusan tentang penyimpanan gandum dan pengaturan distribusinya pada tahun-tahun yang subur. Tugas ini sangat sulit sehingga tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang-orang yang kuat, terpercaya, penjaga dan berilmu, seperti Yusuf as. Dan raja memberikannya kebebasan dalam mengatur.
Tidak mungkin Nabi Yusuf melakukan pelanggaran syara’, karena beliau adalah seorang Nabi yang bersifat ma’shum. Allah Swt. telah menyebutnya sebagai muhsin, mukhlis dan bertakwa. Beliau lebih mengutamakan penjara dari kesesatan. Beliau sendiri yang meminta dimasukkan ke dalam penjara. Beliau pula yang menolak untuk keluar dari penjara kecuali nama baiknya dibersihkan. Beliau adalah orang yang sifat ‘iffah dan kesuciannya membuat kagum orang-orang kafir yang mengenalnya, begitu juga raja dan saudara-saudaranya, setelah mereka mengetahui siapa beliau yang sebenarnya.

Para ulama fiqih maupun ushul fiqih telah meletakkan kaidah:
Syar’un man qablana laisa syar’an lana (syariat orang-orang sebelum kita bukanlah syari’at bagi kita).

Apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. telah me-nasakh (menghapus) syari’at para nabi sebelumnya.
Syari’at Nabi Muhammad Saw. telah melarang untuk berhukum kepada selainnya, dan mengharamkam secara qath’i (pasti, tegas) untuk mengambil hukum-hukum kafir dan hukum jahiliyyah apapun bentuknya.
Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an maupun kenyataan (perbuatan) Rasulullah Saw., terutama ketika beliau berupaya mendirikan pemerintahan sesuai dengan apa yang diturunkan Allah; begitu juga akidah maupun hukum-hukum, seluruhnya telah menunjukkan tentang tidak bolehnya bergabung melestarikan hukum kufur sistem pemerintahan kufur.

Seluruh Nabi-Nabi memiliki kesamaan di dalam perkara akidah. Mereka mengajak untuk beriman dan tunduk kepada Allah yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Mereka juga mengajak untuk beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari akhir. Allah Swt berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu sekalian’.” (TQS. al-Anbiya [21]: 25)
Para Nabi memiliki kesamaan dalam hal kewajiban untuk tabligh (menyampaikan wahyu), menanggung risiko dan kesulitan-kesulitannya, bersabar melaksanakan perintah Allah dan berkorban di dalam melaksanakan perintah Allah.

“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu.” (TQS. al-An’aam [6]: 34)
Para Nabi juga memiliki kesamaan di dalam hal menyeru kaumnya agar bersikap konsisten dan taat. Allah Swt berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.” (TQS. an-Nisa [4]: 64)
Mereka pun memiliki kesamaan, yaitu didustakan oleh kaum mereka dan dakwah mereka diolok-olok. Allah Swt berfirman:
“Alangkah besarnya penyesalan hamba-hamba itu, tiada datang seorang Rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-oloknya.” (TQS. Yasin [36]: 30)

Allah Swt. juga berfirman:
“Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: ‘Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami’. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: ‘Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang dzalim itu dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka, yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan takut kepada ancamanku’.” (TQS. Ibrahim [14]: 13-14)
Mereka juga memiliki kesamaan di dalam hal pertolongan Allah yang selalu datang di bagian akhir. Allah Swt berfirman:
“Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para Rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.” (TQS. Yusuf [12]: 110)

Demikianlah dakwah para Nabi itu seluruhnya memiliki kesamaan dalam banyak aspek yang telah kami sebutkan sebagiannya. Dan bagi orang-orang yang terdahulu terdapat kondisi-kondisi yang perlu untuk diingat. Allah Swt. telah menyebutkannya untuk kita agar kita bisa mengambil pelajaran, mengambil ibrah, memperoleh nasihat dan petunjuk untuk menetapkan iman, memperkuat azam (niat) dan menambah kesabaran.
Selain itu juga untuk memastikan bahwa untaian dakwah itu satu simpul dalam aspek akidahnya, dan aspek dakwahnya konsisten dengan tuntunan Yang Maha Mengetahui, termasuk dari segi risikonya. Ayat-ayat itu datang untuk menerangi setiap muslim tentang sifat-sifat dakwah dan tabi’at manusia dalam menghadapinya.
Hal itu juga sama dengan menyodorkan kepada musuh agar memilih antara kufur atau iman. Bahwa pertarungan di antara keduanya tidak akan pernah berhenti. Juga agar loyalitas kita hanya ditujukan kepada Allah, terbebas dari syirik, dan adanya pertolongan Allah setelah teruji keimanan dan amalan kita….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam