Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 21 April 2016

Berkorban membela Islam


 

4. Kesulitan lain adalah keterikatan manusia dengan kemaslahatan hidup mereka/kepentingan (duniawi)nya. Itu adalah karena manusia terikat dengan kepentingan pribadinya, pekerjaannya sehari-hari, dan pada saat yang sama terikat dengan ideologi. Kadang-kadang kepentingan-kepentingan tersebut bertentangan dengan da'wah Islam. Oleh sebab itu harus dilakukan kompromi antara keduanya. Untuk mengatasi kesulitan ini adalah, wajib atas setiap orang yang meyakini ideolo­gi ini (Islam) untuk menjadikan da'wah dan partai (dakwah Islam ideologis) sebagai titik sentral bagi setiap kepentingan priba­dinya. Ia tidak boleh sibuk dengan pekerjaan-peker­jaan yang melupakan dan menghalanginya dari da'wah. Dengan cara ini kepentingan da'wah akan lebih diuta­makan dari kepentingan pribadi, di mana da'wah meru­pakan sumbu putar tempat kepentingan-kepentingan pribadi berputar.

5. Kesulitan lain adalah sulitnya mengorbankan kehidupan dunia berupa harta, perdagangan dan sejenisnya di jalan Islam dan da'wah Islam.
Untuk mengatasi kesulitan ini adalah dengan mengingatkan orang-orang beriman bahwa Allah telah membeli jiwa dan harta mereka dengan Sorga, cukup diberi peringatan, kemudian mereka diberikan pilihan dalam berkorban tanpa memaksanya untuk berbuat sesuatu.

6. Kesulitan lain adalah perbedaan tempat tinggal ma­syarakat. Itu adalah karena ada umat yang tinggal di pusat kota, ada yang di desa, ada yang hidup mengem­bara (badui). Alat-alat yang dipakai di kota berbeda dengan yang dipakai di desa, yang di desa pun berbeda dengan alat yang dipakai di perkampungan dan kemah-kemah badui. Oleh sebab itu, kadangkala perbedaan bentuk-bentuk materi ini memunculkan pemikiran untuk membedakan pembinaan umat dan pengarahan mereka dalam memperjuangkan ideologi. Ini sangat berbahaya, karena umat sekalipun berbeda bentuk-bentuk materinya, adalah umat yang satu, perasaan dan pemikirannya satu, ideologinya satu. Oleh karena itu da'wah terhadap umat harus satu, tak ada perbedaan antara kampung dan kota, dan kerja-kerja interaksi dengan umat adalah juga satu.

Dalam marhalah (tahapan) kedua ini partai (dakwah Islam) menghadapi dua bahaya, yaitu bahaya yang bersifat ideologis dan bahaya Kelas. Adapun bahaya ideologis datang dari arus jama'ah (masyarakat), dan kein­ginan untuk memenuhi permintaan umat yang bersifat temporer (pragmatis) dan nyinyir, dan juga datang dari dominannya kegagalan yang telah terpatri dalam pendapat jama'ah (masyarakat) atas pemikiran-pemikiran kepartaian.

Hal itu disebabkan karena ketika partai (dakwah Islam ideologis) mengarungi lapangan kehidupan dalam masyarakat, berhubungan dengan massa untuk berinteraksi dengannya, untuk memimpin mereka, dan pada waktu partai membekali mereka dengan ideologi partai, pada massa itu telah ada pertentangan pemikiran-pemikiran kuno, warisan-warisan generasi masa lalu, pemikir­an-pemikiran asing yang berbahaya, dan ketaklidan pada kafir penjajah. Maka ketika partai (dakwah Islam ideologis) melakukan aktivitas tafa'ul (interaksi) dengan massa, membekali mereka dengan pemikiran-pemikiran dan pendapat-pendapat partai, dan berusaha memper­baiki pemahaman-pemahaman mereka, membangkitkan aqidah Islamiyah dalam diri mereka, menciptakan suasana yang benar, kebiasaan umum yang baik dengan pemahaman-pemahaman partai.

Semuanya ini membutuhkan dakwah, propaganda, sehingga umat berkumpul di sekitar partai atas dasar ideologi (Islam), dalam bentuk memperkuat iman kepada ideologi (Islam: aqidah dan syariah) di tengah-tengah umat, dan menghembuskan di dalamnya kepercayaan akan mafahim (pemahaman) partai (dakwah Islam ideologis), sikap memuliakan dan memperhitungkan partai, dan membawa mereka untuk ta'at dan beraktivitas bersama partai. Pada saat itu, maka kewajiban partai (dakwah Islam ideologis) adalah memperbanyak syabab (anggota)nya yang beriman yang dipercaya umat terjun di tengah-tengah umat, mengendalikan para pemimpin mereka, seperti perwira di kalangan militer. Jika partai (dakwah Islam ideologis) berhasil dalam marhalah tafa’ul (tahapan berinteraksi) ini, partai akan memimpin umat kepada tujuan yang diinginkannya, sesuai dengan batas-batas ideologi (Islam), dan mengamankan kereta agar tidak keluar dari relnya.

Adapun apabila partai (dakwah Islam ideologis) memimpin masa sebelum sempurna tafa'ul (berinteraksi dakwah) dengannya, dan sebelum tercipta kesadaran umum pada umat, maka kepemimpinannya bukan dengan hukum-hukum dan pemikiran-pemikiran dari ideologi (Islam), tetapi dengan membangkit­kan apa yang bergelora di dalam jiwa umat, dengan membang­kitkan perasaannya, dan menggambarkan bahwa tuntutan mereka akan terpenuhi dalam waktu dekat. Dengan itu partai memuas­kan massa dengan membangkitkan perasaannya, menggambarkan bahwa tuntutan mereka bisa dipenuhi dalam waktu dekat.

Hal ini dilakukan partai (dakwah ideologi Islam) dengan berulang-ulang sampai mereka tunduk pada partai, kemudian partai memimpin mereka secara masal. Maka pada saat itu mereka berjalan bersama partai (ideologi Islam) dengan perasaannya, bukan dengan akal dan kesadarannya, dan anggota partai adalah pemimpin kelompok masyarakat ini. Hanya saja kelompok ini, dalam keadaan ini, tak terlepas dari perasaannya semula seperti patriotisme, nasionalisme, ruhiyah, kependetaan/ kerahiban, dan keadaan jamaah (masyarakat) mempengaruhinya. Maka pada saat itu akan muncul 'an'anat (kebanggaan akan asal-usul) rendahan seperti golongan-golongan dan (fanatisme) madzhab-madzhab dan pemikiran kuno seperti kemerdekaan dan kebeba­san, keangkuhan-keangkuhan yang merusak seperti unshuriyah (keunsuran) dan kekerabatan/kekeluargaan. Maka muncullah pertentangan antara mereka dan partai (dakwah ideologi Islam) karena mereka memaksa­kan kepada partai tuntutan-tuntutan yang tidak sesuai dengan ideologi (Islam), dan menyerukan tujuan-tujuan temporer (pragmatis) yang memba­hayakaan umat. Mereka sangat ingin tuntutan itu dipenuhi, keinginan mereka untuk terpenuhi bertambah-tambah dan muncul pula di sini keangkuhan-keangkuhan yang bermacam-macam. Dalam keadaan ini partai (dakwah ideologi Islam) berada di antara dua api. Pertama berhadapan dengan kemarahan dan kebencian umat serta kehan­curan kekuasaannya atas jamaah. Kedua adalah berhadapan dengan terlepasnya partai (dakwah ideologi Islam) dari ideologi (Islam) dan menggampangkan sesuatu yang ada di dalamnya. Kedua hal ini berbahaya bagi partai. Oleh karena itu jika berhadapan dengan dua hal ini -'kelompok masyarakat atau ideologi (Islam) - hendaklah partai berpegang teguh pada ideologi (Islam), sekalipun harus berhadapan dengan kebencian umat, karena kebencian itu adalah kebencian sementara.
Bacaan: Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam