Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 02 Maret 2016

SYAKHSIYAH KEPRIBADIAN



PEMAHAMAN ISLAM MERUPAKAN PATOKAN TINGKAH LAKU MANUSIA DALAM KEHIDUPAN

       Pemikiran Islam adalah mafahim (bukan sekedar ma'lumat) yang memiliki makna di kehidupan nyata. Misal: keterangan logis, makna inderawi, fakta inderawi (solusi atas masalah, opini umum), hal ghaib yang bisa dipastikan kebenaran keberadaannya (Malaikat, Sorga, Neraka).
       Yaasiin (36):38. dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Al-Humazah (104):7. yang (membakar) sampai ke hati.
       Pemahaman ini menjadi patokan /petunjuk yang membawa rahmat, peringatan dan nasehat.  Juga untuk memecahkan problema hidup yang timbul dari perbuatan manusia serta menentukan bentuk tingkah lakunya.
       Contoh: mafahim Islam: nash-nash Al Qur'an dan Sunnah, baik dari segi manthuq-nya (apa yang ditunjuk oleh lafadz), atau dari segi mafhum-nya (apa yang ditunjuk oleh makna lafadz), ataupun dari segi dilalah-nya, seluruhnya terbatas dalam satu cakupan, yaitu aqidah dan hukum-hukum yang terpancar dari aqidah, termasuk pemikiran-pemikiran yang dibangun di atas aqidah tersebut. Tidak ada pembahasan selain itu.  
       Oleh karena itu setiap muslim diwajibkan memahami bahwa nash-nash syari'ah, yaitu Al Qur'an dan Sunnah, datang untuk diamalkan, dan khusus ditujukan  terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupan. Dengan kata lain, setiap muslim wajib menyadari dua hal dalam Islam, yaitu:
       Pertama: Islam datang sebagai patokan untuk mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan dunia ini, dan menuju kehidupan akhirat. Yang menonjol adalah amaliyah (praktis), bukan teori. Jika Islam diambil dari segi teori semata, tentu akan kehilangan shibghah (warna) aslinya (sebagai patokan  untuk mengontrol tingkah laku manusia) hingga Islam hanya sekedar pengetahuan belaka. Hingga Islam akan kehilangan daya hidup (power) yang ada padanya, tidak akan menjadi Islam yang murni, hingga menjadi dapat ditandingi oleh kaum orientalis kafir (yang tidak mengimani tapi mempelajarinya hanya untuk menghantam Islam dan pemeluknya).  Orientalis = orang yang mempelajari Islam tapi tidak mengamalkannya/ menjadikannya patokan tingkah laku dalam kehidupan (karena mensifatinya sekedar pengetahuan atau kepuasan intelektual). Ini adalah penyakit yang menjadikan Islam tidak mempunyai pengaruh di dunia saat ini.
       Kedua :Wajib disadari bahwa seluruh isi Al Qur'an dan Sunnah diturunkan tidak lain sebagai aturan tingkah laku serta petunjuk jalan menuju kehidupan akhirat.

SYAKHSIYAH (KEPRIBADIAN)

       Kepribadian yaitu pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah). Tidak ada hubungannya dengan wajah, bentuk tubuh, keserasian, dll. Sebab, manusia dapat dibedakan melalui akal dan tingkah lakunya, dan inilah yang akan menunjukkan tinggi rendahnya derajat seseorang. Oleh karena tingkah laku manusia dalam kehidupan ini tergantung (terkait erat dengan) mafahim-nya. 
       Tingkah laku (suluk) adalah perbuatan-perbuatan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan naluri dan kebutuhan jasmaninya. 
       Mafahim = makna-makna pemikiran, bukan makna-makna lafadz. Pemikiran yaitu makna yang terindra/ tergambar dalam benak (difahami).
       Mafahim yaitu makna yang bisa dijangkau yang memiliki fakta dalam benak, bukan makna lafadz atau kalimat saja. Kalau makna lafaz tidak disebut mafahim, tapi maklumat.
       Dengan adanya landasan (sekaligus tolak ukur) aqidah dalam berfikir, mafahim akan semakin jelas maka terbentuk pola pikir (yang khas) dalam memahami kata-kata, kalimat serta makna-maknanya sehingga menghasilkan pola sikap yaitu bisa berjenis Islami, komunis, atau kapitalis.
       Mafahim menjadi penentu sikap seseorang terhadap suatu ide/fakta, apakah menerima atau menolak.

       Kecenderungan (muyul-dalam memenuhi kebutuhan) senantiasa terikat dengan mafahim yang dimiliki seseorang yang menjadi cikal bakal pola sikap (cara memenuhi kebutuhan naluri dan jasmani). Jadi pola sikap hasil dari gabungan antara keinginan dan mafahim (yang terikat dengan aqidah).
       Aqliyah dan nafsiyah membentuk syakhshiyah (kepribadian manusia). Walau akal dan pemikiran adalah fitrah akan tetapi pembentukan aqliyah terjadi dari hasil usaha manusia sendiri. Walau kecenderungan adalah fitrah, tetapi pembentukan nafsiyah terjadi dari hasil usaha manusia itu sendiri.
       Adanya aqidah (yang menjadi landasan dan tolok ukur) mempunyai pengaruh yang terbesar dalam membentuk aqliyah dan nafsiyah (syakhsiyah). Jika aqidah yang mendasari pola pikirnya dan aqidah itu yang mendasari pola sikapnya maka kepribadiannya 1 warna. Tapi jika tidak, maka pola pikirnya akan berbeda dengan pola sikapnya sehingga kepribadiannya kacau, yang tidak memiliki corak dan warna tertentu, sehingga pemikirannya berbeda dengan kecenderungannya.  Hal ini disebabkan karena ia memahami kata-kata, kalimat-kalimat dan kejadian-kejadian dengan cara yang bertentangan dengan kecenderungannya terhadap apa yang ada di sekitarnya.
       Maka usaha memperbaiki/ membentuk kepribadian manusia adalah dengan cara mewujudkan satu landasan (ideologi) tertentu yang digunakan secara bersamaan bagi aqliyah maupun nafsiyahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam