Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 10 Maret 2016

METODE BERFIKIR ILMIAH DAN RASIONAL



METODE BERFIKIR ILMIAH (SAINS) DAN METODE BERFIKIR RASIONAL

       Pola pikir sains (thariqah ilmiah) : suatu metode pengkajian agar sampai pada tahap mengetahui hakekat sesuatu yang diteliti, melalui berbagai macam percobaan ilmiah. hanya berlaku bagi benda-benda materi/fisik, dan tidak terhadap ide-ide (abstrak). 
       Caranya: memperlakukan benda pada situasi/keadaan tertentu (yang tidak alami). Hasilnya kemudian dibandingkan dengan hasil percobaan pada situasi/kondisi alami yang telah ada (kontrol). Dari percobaan dan hasil yang diperoleh serta perbandingan yang dilakukan, disimpulkan tentang hakekat benda yang diteliti dan dapat diserap oleh indera. Lazim dilakukan di laboratorium.
       Thariqah ilmiah, mengharuskan adanya "peniadaan" terhadap maklumat sabiqoh tentang materi/benda yang diteliti. Kemudian dieksperimen materi /benda tersebut, dilanjutkan studi komparasi, klasifikasi sampai mencapai suatu kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tahapan/proses ilmiah tadi. 
       Jika telah dicapai kesimpulan, maka hasilnya berupa kesimpulan ilmiah, dan tetap menjadi kesimpulan ilmiah, selama belum dapat dibuktikan adanya kesalahan dalam salah satu penelitiannya.
       Kesimpulan ilmiah, meski ia adalah fakta ilmiah, akan tetapi belum fixed (pasti), masih mengandung "faktor kesalahan". Kesalahan kesimpulan sering terjadi di bidang sains, setelah sebelumnya dianggap fixed (pasti). Contohnya teori ilmiah tentang atom.
       NB: thariqah ilmiah hanya berlaku untuk benda/materi saja.  Karena Thariqah ilmiah melakukan eksperimen terhadap benda dengan memperlakukannya pada kondisi tertentu (bukan kondisi alami). Hal itu tidak dapat dilakukan terhadap ide/pemikiran (abstrak)  dan kesimpulan yang dihasilkannya bersifat dugaan dan tidak pasti, serta mengandung "faktor kesalahan“.

       Pola fikir rasional (thariqah aqliyah): metode pengkajian agar bisa mengetahui hakekat sesuatu yang sedang dikaji, melalui indera yang mencerap obyek menuju ke otak, dibantu oleh maklumat sabiqoh yang akan menafsirkan dan memberikan keputusan (sikap/ide/pemahaman) atas fakta tersebut.
       Thariqah ini mencakup pengkajian materi (terindra/fisik) dan non-materi (abstrak/pemikiran/metafisik).  Inilah satu-satunya metode untuk memahami segala sesuatu. inilah akal yang dengannya manusia jadi manusia yang bisa memahami.
       Hasil thariqah aqliah, mengandung dua kemungkinan.  Jika kesimpulan itu berkaitan tentang "ada" atau "tidak adanya sesuatu, maka ia bersifat pasti/fixed dan sedikitpun tidak mengandung faktor kesalahan. Karena pencerapan indera manusia terhadap "adanya" sesuatu kenyataan bersifat pasti, sehingga keputusan akal untuk menentukan "adanya" sesuatu yang terindera adalah pasti.
       Kesalahan yang mungkin terjadi dengan metode ini diakibatkan kesalahan penginderaan.  Misalnya saja fatamorgana yang disangka air, atau pensil yang lurus terlihat bengkok dan patah ketika dicelupkan ke dalam air.  Namun demikian hal itu tidak berarti meniadakan adanya sesuatu, yaitu adanya fatamorgana dan pensil.  Kesalahan ini teletak pada fenomena yang ada, yaitu memandang fatamorgana sebagai air, dan pensil yang lurus dikatakan bengkok atau patah.  Demikian juga dalam memahami berbagai fenomena-fenomena yang lain, sesungguhnya penginderaan manusia tetap tidak akan salah dalam menentukan adanya sesuatu, jika ia merasakan/mengindera sesuatu maka berarti sesuatu itu pasti ada, begitu pula terhadap keputusan yang ia lihat/rasakan bersifat pasti.
       Apabila kesimpulan atau keputusaan tersebut berkaitan dengan hakekat atau fenomena dari sesuatu, maka bersifat tidak pasti dan mengandung faktor kesalahan.  Sebab keputusan tersebut diambil berdasarkan informasi yang diperoleh atau interpretasi terhadap fakta yang terindera melalui informasi yang telah ada, namun terdapat kemungkinan menyusup unsur kesalahan.  Akan tetapi, ia dianggap sebagai pemikiran yang "benar" sampai terbukti kesalahannya.  Pada saat itulah diputuskan bahwa kesimpulannya salah.  Sedangkan sebelumnya, tetap dipandang sebagai kesimpulan yang tepat atau pemikian yang benar.

       Adapun penelitian dengan berfikir logika mantiq, bukanlah metode berfikir, tapi salah satu cara pembahasan pola fikir rasional.  Karena hanya dengan membangun premis-premis yang kesimpulannya dapat diindera. Misalnya premis 1: papan tulis itu terbuat dari kayu; premis 2: setiap kayu mempunyai sifat terbakar; kesimpulan: papan tulis itu mempunyai sifat terbakar. Maka Kebenarannya tergantung premisnya.
       Maka metode berfikir hanya ada dua, yaitu pola fikir sains dan pola fikir rasional.  Yang pertama mengharuskan adanya pengabaian terhadap informasi yang sudah ada (dimiliki), sedangkan yang kedua justru mengharuskan adanya informasi yang diperoleh sebelumnya.
       Dengan pola fikir rasional manusia dapat memperoleh pemikiran yang bersifat integral mengenai alam semesta, manusia dan kehidupan serta realita dari alam semesta, manusia dan kehidupan tersebut.
       Pola fikir sains tidak dapat dijadikan sebagai dasar berfikir.  Karena menentukan bahwa segala sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh indera adalah tidak berwujud (abaikan sejarah dan teori-teori, karena belum terbukti secara ilmiah keberadaannya). Sehingga tidak dapat digunakan dalam memahami perkara gaib, kalau dipakai maka salah total. Pengetahuan alam hanyalah salah satu cabang dari dunia ilmu pengetahuan (salah satu jenis pemikiran dari seluruh jenis pemikiran yang ada), sedangkan jenis ilmu pengetahuan amat banyak dan semua itu justru tidak ditetapkan berdasarkan pola fikir sains, tetapi dengan pola fikir rasional.  Maka pola fikir sains tidak dapat dijadikan asas/dasar pola berfikir.  Yang harus dijadikan dasar/asas berfikir adalah pola fikir rasional.
       Dengan menjadikan pola pikir sains sebagai asas berarti membuang/tidak membahas sebagian besar ilmu pengetahuan dan realita-realita hidup.  Hal itu akan mengakibatkan terjadinya penolakan terhadap sebagian besar ilmu pengetahuan yang dipelajari yang mengandung banyak realita, padahal ia ada.
       Hasilnyapun berupa dugaan dan di dalamnya terdapat unsur kesalahan. Jika Menjadi paradigma (kerangka berfikir) dan selalu diperhatikan maka Tidak layak dijadikan sbg dasar/asas berfikir. Hasilnya Sifat segala sesuatu hanya dugaan.
       Sebaliknya, pola fikir rasional mampu menghasilkan kesimpulan/keputusan pasti/ meyakinkantentang keberadaan/sifat tertentu yang ada pada sesuatu (walaupun dari segi hakekat bersifat dugaan)
       Dengan demikian pola fikir rasional harus dijadikan sebagai asas penelitian, mengingat bahwa kesimpulan yang dihasilkannya bersifat pasti.  Jika kesimpulan dari 2 metode ini beda, yang diambil adalah pola pikir rasional.  Sebab, tentu yang diambil adalah hal yang bersifat pasti, bukan yang bersifat dugaan. Kesalahan berfikir di seluruh dunia karena menjadikan pola fikir sains sebagai asas pola fikir sekaligus sebagai penentu dalam menetapkan pemahaman terhadap sesuatu. harus diluruskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam