METODE BERFIKIR ILMIAH (SAINS) DAN METODE BERFIKIR
RASIONAL
• Pola
pikir sains (thariqah ilmiah) : suatu metode pengkajian agar sampai pada
tahap mengetahui hakekat sesuatu yang diteliti, melalui berbagai macam
percobaan ilmiah. hanya berlaku bagi benda-benda materi/fisik, dan tidak
terhadap ide-ide (abstrak).
• Caranya:
memperlakukan benda pada situasi/keadaan tertentu (yang tidak alami). Hasilnya
kemudian dibandingkan dengan hasil percobaan pada situasi/kondisi alami yang
telah ada (kontrol). Dari percobaan dan hasil yang diperoleh serta perbandingan
yang dilakukan, disimpulkan tentang hakekat benda yang diteliti dan dapat
diserap oleh indera. Lazim dilakukan di laboratorium.
• Thariqah
ilmiah, mengharuskan adanya "peniadaan" terhadap maklumat sabiqoh
tentang materi/benda yang diteliti. Kemudian dieksperimen materi /benda
tersebut, dilanjutkan studi komparasi, klasifikasi sampai mencapai suatu kesimpulan
yang diperoleh berdasarkan tahapan/proses ilmiah tadi.
• Jika
telah dicapai kesimpulan, maka hasilnya berupa kesimpulan ilmiah, dan tetap
menjadi kesimpulan ilmiah, selama belum dapat dibuktikan adanya kesalahan dalam
salah satu penelitiannya.
• Kesimpulan
ilmiah, meski ia adalah fakta ilmiah, akan tetapi belum fixed (pasti),
masih mengandung "faktor kesalahan". Kesalahan kesimpulan sering
terjadi di bidang sains, setelah sebelumnya dianggap fixed (pasti). Contohnya
teori ilmiah tentang atom.
• NB:
thariqah ilmiah hanya berlaku untuk benda/materi saja. Karena Thariqah ilmiah melakukan eksperimen
terhadap benda dengan memperlakukannya pada kondisi tertentu (bukan kondisi
alami). Hal itu tidak dapat dilakukan terhadap ide/pemikiran (abstrak) dan kesimpulan yang dihasilkannya bersifat
dugaan dan tidak pasti, serta mengandung "faktor kesalahan“.
• Pola
fikir rasional (thariqah aqliyah): metode pengkajian agar bisa mengetahui
hakekat sesuatu yang sedang dikaji, melalui indera yang mencerap obyek menuju
ke otak, dibantu oleh maklumat sabiqoh yang akan menafsirkan dan
memberikan keputusan (sikap/ide/pemahaman) atas fakta tersebut.
• Thariqah
ini mencakup pengkajian materi (terindra/fisik) dan non-materi
(abstrak/pemikiran/metafisik). Inilah
satu-satunya metode untuk memahami segala sesuatu. inilah akal yang dengannya
manusia jadi manusia yang bisa memahami.
• Hasil
thariqah aqliah, mengandung dua kemungkinan.
Jika kesimpulan itu berkaitan tentang "ada" atau "tidak
adanya sesuatu, maka ia bersifat pasti/fixed dan sedikitpun tidak mengandung
faktor kesalahan. Karena pencerapan indera manusia terhadap "adanya"
sesuatu kenyataan bersifat pasti, sehingga keputusan akal untuk menentukan
"adanya" sesuatu yang terindera adalah pasti.
• Kesalahan
yang mungkin terjadi dengan metode ini diakibatkan kesalahan penginderaan. Misalnya saja fatamorgana yang disangka air,
atau pensil yang lurus terlihat bengkok dan patah ketika dicelupkan ke dalam
air. Namun demikian hal itu tidak
berarti meniadakan adanya sesuatu, yaitu adanya fatamorgana dan pensil. Kesalahan ini teletak pada fenomena yang ada,
yaitu memandang fatamorgana sebagai air, dan pensil yang lurus dikatakan
bengkok atau patah. Demikian juga dalam
memahami berbagai fenomena-fenomena yang lain, sesungguhnya penginderaan
manusia tetap tidak akan salah dalam menentukan adanya sesuatu, jika ia
merasakan/mengindera sesuatu maka berarti sesuatu itu pasti ada, begitu pula
terhadap keputusan yang ia lihat/rasakan bersifat pasti.
• Apabila
kesimpulan atau keputusaan tersebut berkaitan dengan hakekat atau fenomena dari
sesuatu, maka bersifat tidak pasti dan mengandung faktor kesalahan. Sebab keputusan tersebut diambil berdasarkan
informasi yang diperoleh atau interpretasi terhadap fakta yang terindera
melalui informasi yang telah ada, namun terdapat kemungkinan menyusup unsur
kesalahan. Akan tetapi, ia dianggap
sebagai pemikiran yang "benar" sampai terbukti kesalahannya. Pada saat itulah diputuskan bahwa
kesimpulannya salah. Sedangkan
sebelumnya, tetap dipandang sebagai kesimpulan yang tepat atau pemikian yang
benar.
• Adapun
penelitian dengan berfikir logika mantiq, bukanlah metode berfikir, tapi salah
satu cara pembahasan pola fikir rasional.
Karena hanya dengan membangun premis-premis yang kesimpulannya dapat
diindera. Misalnya premis 1: papan tulis itu terbuat dari kayu; premis 2:
setiap kayu mempunyai sifat terbakar; kesimpulan: papan tulis itu mempunyai
sifat terbakar. Maka Kebenarannya tergantung premisnya.
• Maka
metode berfikir hanya ada dua, yaitu pola fikir sains dan pola fikir
rasional. Yang pertama mengharuskan
adanya pengabaian terhadap informasi yang sudah ada (dimiliki), sedangkan yang
kedua justru mengharuskan adanya informasi yang diperoleh sebelumnya.
• Dengan
pola fikir rasional manusia dapat memperoleh pemikiran yang bersifat integral
mengenai alam semesta, manusia dan kehidupan serta realita dari alam semesta,
manusia dan kehidupan tersebut.
• Pola
fikir sains tidak dapat dijadikan sebagai dasar berfikir. Karena menentukan bahwa segala sesuatu yang
tidak dapat dijangkau oleh indera adalah tidak berwujud (abaikan sejarah dan
teori-teori, karena belum terbukti secara ilmiah keberadaannya). Sehingga tidak
dapat digunakan dalam memahami perkara gaib, kalau dipakai maka salah total.
Pengetahuan alam hanyalah salah satu cabang dari dunia ilmu pengetahuan (salah
satu jenis pemikiran dari seluruh jenis pemikiran yang ada), sedangkan jenis
ilmu pengetahuan amat banyak dan semua itu justru tidak ditetapkan berdasarkan
pola fikir sains, tetapi dengan pola fikir rasional. Maka pola fikir sains tidak dapat dijadikan
asas/dasar pola berfikir. Yang harus
dijadikan dasar/asas berfikir adalah pola fikir rasional.
• Dengan
menjadikan pola pikir sains sebagai asas berarti membuang/tidak membahas
sebagian besar ilmu pengetahuan dan realita-realita hidup. Hal itu akan mengakibatkan terjadinya
penolakan terhadap sebagian besar ilmu pengetahuan yang dipelajari yang
mengandung banyak realita, padahal ia ada.
• Hasilnyapun
berupa dugaan dan di dalamnya terdapat unsur kesalahan. Jika Menjadi paradigma
(kerangka berfikir) dan selalu diperhatikan maka Tidak layak dijadikan sbg
dasar/asas berfikir. Hasilnya Sifat segala sesuatu hanya dugaan.
• Sebaliknya,
pola fikir rasional mampu menghasilkan kesimpulan/keputusan pasti/ meyakinkantentang keberadaan/sifat tertentu yang ada pada sesuatu (walaupun dari segi
hakekat bersifat dugaan)
• Dengan
demikian pola fikir rasional harus dijadikan sebagai asas penelitian, mengingat
bahwa kesimpulan yang dihasilkannya bersifat pasti. Jika kesimpulan dari 2 metode ini beda, yang
diambil adalah pola pikir rasional.
Sebab, tentu yang diambil adalah hal yang bersifat pasti, bukan yang
bersifat dugaan. Kesalahan berfikir di seluruh dunia karena menjadikan pola
fikir sains sebagai asas pola fikir sekaligus sebagai penentu dalam menetapkan
pemahaman terhadap sesuatu. harus diluruskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar