Sepanjang
sejarah, pasukan Muslim merupakan kekuatan yang disegani dan dihormati; bahkan
selama berabad-abad, negara-negara lain -terrnasuk negara-negara Eropa-
beranggapan bahwa pasukan Muslim tidak akan pernah dapat dikalahkan. Seluruh
bangsa di penjuru dunia dapat melihat dengan jelas realitas ini.
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur:55)
Berikut
ini adalah beberapa contoh perjuangan pasukan Muslim. Sebuah pasukan
berkekuatan 200.000 personel bersenjata lengkap yang tak lain merupakan pasukan
kekaisaran Romawi - negara adidaya pada masa itu-- suatu ketika berhadapan
dengan pasukan Muslim. Al-Waqidi mengisahkan dari al-ltaf bin Walid, 'Abdullah
bin Rawahah telah terbunuh pada sore itu. Khalid bin Walid ra menghabiskan
malam itu tanpa melakukan serangan kepada musuh. Esok paginya, Khalid bin Walid
mengatur ulang formasi pasukan, dengan menempatkan pasukan berkuda di belakang
dan mengganti pasukan sayap di sebelah kiri dan kanan. Pasukan Romawi yang
tidak mengenal panji-panji, tanda-tanda, dan pola formasi pasukan Muslim,
mengira bahwa akan datang pasukan bantuan. Maka mereka pun merasa takut dan
mundur dengan rasa panik, sehingga mereka mengalami kekalahan, karena belum
pernah ada musuh yang mampu membuat mereka mundur dari medan perang'. Itu
adalah peristiwa yang terjadi di medan Perang Mu'tah.
”Dan
Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun.” (QS.
Al-Ahzab:25)
Seorang
pakar militer yang terkenal sekaligus Panglima Divisi lll Pasukan Jerman,
Jenderal Aaron Rommel, suatu kali pernah ditanya tentang rahasia keberhasilan
taktiknya dalam peperangan. Ia menjawab secara lugas bahwa ia meniru taktik
yang dipakai oleh panglima perang pasukan Muslim yang terkenal, Khalid bin
Walid ra.
“Dan
katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.”
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap” (QS. Al-Isra:81)
Rasulullah
Saw. telah merintis strategi sebelum perang, dengan membentuk dan mengirimkan
pasukan khusus yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi intelejen. lbnu
Ishaq menceritakan, 'Sore itu beliau Saw. mengirimkan Ali, az-Zubair ra, dan
Sa' ad bin Abi Waqqash ra, bersama sejumlah pengikutnya ke sumber air Badar
untuk mencari informasi'. Adalah Yazid ibn Ruman yang meriwayatkan kisah ini
dari Urwah ibn az-Zubair. 'Mereka bertemu dengan dua orang pengambil air bagi
pasukan Quraisy, yaitu Aslam -seorang remaja dari suku al-Hajjaj- bersama
dengan Arid Abu Yasar -seorang remaja dari suku al-'Ash bin Sa'id. Mereka
membawa kedua anak tersebut ke tempat pasukan Muslim dan menanyai keduanya,
sementara Rasulullah Saw. tengah mengerjakan shalat. Kedua anak tersebut
mengaku bahwa mereka bertugas mengambil air untuk kepentingan pasukan Quraisy.
Selesai shalat, Rasulullah Saw. bertanya kepada kedua anak tersebut.
“Cobalah
kamu terangkan keadaan kaum Quraisy!' Mereka menjawab, “Mereka berada di balik
bukit di seberang lembah ini'. Nabi kemudian kembali bertanya, `Berapakah
jumlah kaum Quraisy yang datang? Mereka menjawab, 'Banyak'. Rasulullah Saw.
bertanya, “Berapa banyak jumlahnya? Mereka menjawab, “Kami tidak tahu'.
Kemudian Nabi bertanya, 'Berapa ekor unta yang mereka sembelih setiap harinya?
'Kadang mereka menyembelih sembilan ekor setiap hari, dan kadang- kadang
sepuluh ekor'. Maka Rasulullah Saw. menyimpulkan, “Kalau begitu jumlah mereka
antara 900 sampai 1000 orang'.
”Katakanlah:
"Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak
(pula) akan mengulangi.” (QS. Saba’:49)
dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar