Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 25 November 2013

BERIKHTIAR MENJALANI SEBAB

BERIKHTIAR MENJALANI SEBAB




PEMBAHASAN KELIMA: SUNNATULLAH BERIKHTIAR ATAU MENJALANI SEBAB

Termasuk ketentuan Allah terpenting yang harus dijaga oleh umat Islam adalah sunnatullah berupa ”al-akhdzu bilasbab(menjalani sebab) atau ikhtiar.
Asbab adalah bentuk jamak dari sabab yaitu segala sesuatu yang dijadikan perantara kepada hal lainnya.
“Asal makna sabab (sebab) menurut bahasa adalah habl (tali) Ada perkataan orang Arab: “Tali tidak diakui sebagai sabab(sarana) sampai ia turun dan naik. Dengan kata itu terdapat firman Allah: ”Maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya.” (QS. Al-Hajj:15)
Ada yang mengatakan: “Segala sesuatu yang anda jadikan sarana menuju tempat atau keperluan yang anda inginkan, maka dinamakan sebab.” Ada yang mengatakan: “Jalan mempunyai sebab, karena dengan menempuh jalan itu maka anda akan sampai di tempat yang anda inginkan.”
Allah berfirman: “Maka ia mengikuti sabab[QS. al-Kahfi:85], maksudnya jalan. Sabab langit, maksudnya pintu-pintunya, karena untuk sampai ke langit, di dapatkan dengan cara memasuki pintu itu. Dalam hal ini Allah Swt. memberitahukan tentang Fir’aun: ”Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (QS.Ghafir:36) (Yaitu) pintu-pintu langit.” (QS. Ghafir:37)
Persaudaraan di antara dua kaum, dinamakan sabab, karena dengan persaudaraan itu mereka saling berhubungan dan berkomunikasi.
     Sedangkan pengertian sabab (sebab) menurut istilah Syariat adalah: Sesuatu yang dijadikan perantara untuk mencapai suatu maksud dan ia tidak terpengaruh dengannya, misalnya waktu sebagai sebab kewajiban shalat.” [Imam Razi, Mafaatiihul Ghaib, jilid 2 hal.626]

Kata sabab juga dipinjam untuk arti segala sesuatu yang dijadikan perantara untuk sampai kepada suatu perkara tertentu. [Ar-Raghib Al-Ashfahani, mufradaat alqur’aan kitab sin hal.220, dam mu’jam alwasith materi sababa hal.427]

Sunnatullah ‘menjalani sebab’ atau ikhtiar ini telah ditetapkan.

Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat perkerjaanmu itu.” (QS. at-Taubah:105)
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya.” (QS. Al-Mulk:15)
Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam:25)

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfaal:60)

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:7)

“Maka haruslah menjalani sebab untuk mendapatkan kemenangan dan kejayaan, meskpun hal itu merupakan takdir yang telah ditentukan di sisi Allah.” [Muhammad Quthb, mafaahiim yanbaghii an tushahhah hal.262-263]

Rasulullah Saw. sebagai orang paling utama yang bertawakkal, tetap sangat menjaga ketentuan Allah “berikhtiar” ini. Maka ketika beliau mendirikan dan memulai pembangunan negara Islam, beliau berusaha menjalani segala usaha dan ikhtiar semaksimal mungkin. Bagi yang mencermati sejarah kenabian, maka akan mengetahui hal itu dengan baik.

Dalam hijrah misalnya, Rasulullah Saw. tidak membiarkan urusan berjalan serampangan, akan tetapi beliau mempersiapkan segala keperluan, memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi, dan merancang strategi sesuai dengan kapasitas kemampuan tenaga dan sarana yang dimiliki.

Rasulullah Saw. menyiapkan kendaraan dan petunjuk arah perjalanan. Beliau memilih kawan dan tempat yang dijadikan bersembunyi dengan kawan beliau sampai kondisi tenang dan ketegangan situasi mereda. Beliau menguasai semua hal itu sesuai dengan kemampuan manusia untuk mengambil tindakan waspada, bersembunyi dan berikhtiar dengan berjaga-jaga.
Bersamaan dengan itu beliau memohon kebaikan atas segala urusan kepada Allah Swt.

Demikian juga mengenai perang Badar, Uhud dan Ahzab serta semua peperangan yang beliau ikuti dan segala urusan yang beliau tangani.

Dalam urusan dunia, Rasulullah Saw. selalu menasihati para sahabat agar berikhtiar.
Bahwa seorang lelaki dari Anshar datang menemui Rasulullah Saw. dan meminta sesuatu kepada beliau. Lalu Rasul bertanya: “Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” Ia menjawab: “Ya, ada. Yaitu sepotong alas kain, sebagian kami pakai dan sebagaian kami hamparkan, serta ada sebuah gelas tempat minum.” Rasul bersabda: “Bawalah kemari kedua benda tersebut.”
Maka lelaki itu membawa kedua benda itu ke hadapan Rasulullah Saw. Lalu Rasul mengambil kedua benda itu dengan tangan dan bersabda: “Siapakah yang mau membeli kedua benda ini?” Ada seorang sahabat yang berkata: “Saya akan membelinya dengan satu dirham. Rasul menanggapinya: “Siapakah yang membeli dengan lebih dari satu dirham?”-beliau mengatakannya dua atau tiga kali-. Maka seorang sahabat menjawab: “Saya akan membelinya dengan dua dirham.”
Lalu Rasul memberikan kedua benda itu kepada sahabat yang membelinya dan mengambil uang dua dirham darinya dan memberikan uang itu kepada sahabat dari Anshar. Kemudian beliau bersabda kepadanya: “Belilah makanan dengan uang satu dirham dan berikan kepada keluargamu, lalu dengan satu dirham, belilah kapak lalu datanglah kemari lagi.” Akhirnya sahabat dari Anshar tadi mendatangi rasul lagi.
Kemudian Rasulullah memegang erat tangannya lalu bersabda: « Pergilah, dan carilah kayu kemudian jual. Saya memberikan kamu waktu selama lima belas hari. » Kemudian ia pergi dan datang lagi kepada Nabi dengan membawa uang sepuluh dirham. Lalu ia membeli pakaian dengan beberapa dirham, dan sebagian lagi dibelikannya makanan. Lalu Rasul bersabada kepadanya: “Ini lebih baik bagimu daripada engkau datang membawa masalah dengan noda hitam di wajahmu pada hari kiamat.” [HR. Abu Dawud, dan teks darinya, jilid 2 hal.120, dari Anas ra.]

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra:19)

Ketika Rasulullah Saw. diberikan ayat: ”Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat”, beliau bangkit berdiri dan bersabda: “Wahai kaum Quraisy, jagalah diri kalian! Aku tidak menjamin kalian dari Allah.”
”Wahai bani Abdul Muththalib! Aku tidak menjamin kalian dari Allah. Wahai Abbas bin Abdul Muththalib, aku tidak menjaminmu dari Allah. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah. Aku tidak menjamin kamu dari Allah. Wahai Fathimah puteri Rasulullah, mintalah engkau hartaku yang engkau mau, (tetapi) Aku tidak menjaminmu dari Allah.” [HR. Imam Bukhari dalam kitab sahihnya tercantum dalam kitab fathul bari jilid 8 hal.408, dari Abu Hurairah ra.]

Umat Islam generasi pertama menunjukkan bahwa keimanan mereka atas takdir Allah yang mutlak dan ketentuan serta ketetapan-Nya, tidak bertentangan dengan berusaha menjalani ikhtiar.

BERIKHTIAR MENJALANI SEBAB

DOWNLOAD BUKU: MEMENUHI KEWAJIBAN UMAT MERAIH KEJAYAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam