Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 14 Juli 2013

Mengikuti Nabi Saw. ke Surga

Mengikuti Nabi Saw. ke Surga



Keagungan Nabi Muhammad SAW adalah karena beliau manusia biasa yang menerima wahyu dari Allah Swt. Beliau dilahirkan sebagaimana manusia lainpun dilahirkan. Dia mengalami fase kanak-kanak, remaja dan menikah. Dia pernah mengalami sehat dan sakit, pernah berperang, pernah merasa sedih dan senang, sebagaimana yang dirasakan oleh manusia yang lain. Dia pernah merasa kehilangan isteri dan anak, serta pernah menghadapi apa yang dihadapi anak yatim di masa kecil. Dia pernah mendapat pertolongan pada waktu perang Badar dan penaklukan kota Mekah, sebagaimana dia pun pernah merasakan kekalahan pada perang Uhud dan Hunain.

Kita mempunyai harapan sekaligus mempersiapan diri untuk menjadi seperti beliau Saw., juga agar kita mengikutinya. Seandainya dia seorang malaikat, tentu kita akan berkata pada diri kita, “Bagaimana kita melakukan sesuatu yang dilakukan oleh malaikat, sedang kita bukan seperti dia?” Tapi karena keberadaannya di depan kita sebagai seorang manusia, baik dari darah maupun dagingnya, mengapa kita tidak mengikutinya?

Seluruh kandungan Al Qur`an adalah kebaikan, hidayah dan cahaya. Tidak satu pintupun dari pintu-pintu kebaikan, kecuali Allah SWT membukakannya untuk orang-orang yang beriman melalui ayat-ayat yang jelas. Dan, tidak satu pintupun dari pintu-pintu keburukan serta kesesatan, kecuali Allah menutupnya dengan tanda-tanda yang nyata.

Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. 4:1)

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, (QS. 9:71)

Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan). (QS. 7:202)

maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. 24:63)

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. 3:102)

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. 59:7)

“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian dan belum nyata orang-orang yang bersabar. Sesungguhnya kalian mengharapkan mati (syahid) sebelum kalian menghadapinya; (sekarang) sungguh kalian telah melihatnya dan menyaksikannya. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kalian berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan, Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran: 142-145)

“Sesungguhnya kalian akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian, sesungguhnya kalian pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhan kalian.” (QS. Az Zumar 30-31)

Ucapan orang-orang musyrik,
Kalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.” (QS. Al `Isra: 47)

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan. (QS. Al Qashash: 88)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian.” (QS. Ali 'Imraan: 185)

Semua yang ada di bumi itu akan binasa; Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahmaan: 27).”

Segala puji bagi Allah, kita senantiasa memujiNya, memohon pertolonganNya dan ampunanNya serta memohon lindunganNya dari kejelekan-kejelekan yang ada pada diri kita sendiri dan pada aktivitas kita. Sesungguhnya orang yang telah mendapatkan petunjukNya maka sesekali tidak akan ada orang yang menyesatkannya dan juga orang yang telah tersesat maka sesekali tidak ada orang yang bisa memberikan petunjuk, aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada yang menyamaiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya.

Mengikuti Nabi Saw. ke Surga

DAMPAK FUTUHAT

DAMPAK FUTUHAT




Peradaban Islam
Peradaban Islam adalah peradaban universal. Artinya, peradaban untuk seluruh manusia dan peradaban yang mengatur semua tata cara hidup. Dengan ini, peradaban Islam melebihi peradaban-peradaban lain. Itu karena peradaban-peradaban lain bersumber dari akal manusia yang sangat terbatas sehingga menimbulkan banyak ketidakadilan, ketimpangan, dan pertentangan.

Peradaban Islam menjunjung tinggi manusia dengan sangat sempurna. Peradaban ini membentuk manusia yang memenuhi kebutuhan dan naluri manusia dengan pengaturan terbaik bagi individu maupun kolektif. Manusia yang saling bekerja sama, menyayangi, berbuat dengan jujur, dan rela terhadap yang benar. Yaitu manusia berakhlak mulia yang bersumber dari akidah Islam yang kuat. Dari sini, para pembebas dari umat Islam beserta institusi wajibnya yaitu khilafah menerapkan syariat Islam yang sangat berharga. Mereka sangat jujur dan ikhlas. Mereka dari masyarakat yang baik, benar dan berperadaban tertinggi.

Hal ini saja telah cukup sebagai bukti, betapa Islam menghormati manusia. Siapa saja, lepas dari status dan embel-embel sosial. Tidak karena apa-apa. Tapi karena manusia memang pantas dan wajib dihormati. Islam menghormati manusia baik yang hidup maupun yang sudah mati. Islam menghormati manusia meskipun berbeda agama.

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al Baqarah[2]:190)

Suatu ketika Rasul Saw. berpesan kepada tentara muslim. Beliau bersabda, “Berangkatlah dengan menyebut nama Allah, bersama Allah dan dalam agama Rasulullah. Jangan membunuh kakek yang sudah renta. Juga anak kecil. Juga wanita. Jangan pula berlebih-lebihan. Kumpulkan hasil rampasan perang. Berdamailah dan berbuat baik. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (HR. Abu Dawud)

Rasul Saw. juga bersabda;
Jangan berkhianat, berlebihan, atau menyerupai. Jangan pula membunuh anak-anak dan orang-orang yang beribadat di tempat-tempat peribadatan.” (HR. Ahmad)

Suatu ketika khalifah Umar melewati perkampungan Nasrani yang penduduknya terserang penyakit lepra. Melihat ini, khalifah memberi mereka dana dari baitul mal negara khilafah. [Akhbar al Qudlat, 2/200]

Penduduk Samarqand mengadu kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz perihal tentara Islam yang memperlakukan mereka secara tidak layak. Maka khalifah mengangkat seorang hakim untuk memutuskan persoalan ini. Hakim yang ditunjuk khalifah kebetulan seorang tentara muslim pula. Tentu saja penduduk Samarqand khawatir kalau hakim ini akan berpihak kepada atasannya. Tapi ternyata kekhawatiran mereka tidak benar. Hakim ini memberi putusan secara adil sesuai syariat Islam. Ia menghukum panglimanya sendiri beserta para tentara muslim. Hal ini membuat penduduk Samarqand berbondong-bondong masuk Islam. [Ibnul Atsir, Al Kamil, 4/115]

Di sini bukan tempatnya untuk menyebut semua hal-hal seperti di atas. Kiranya hal di bawah ini cukup mewakili sebagai bukti mulianya futuhat Islamiah;

Kecintaan Penduduk Negara Taklukan Terhadap Umat Islam
Bagi yang menyimak sejarah futuhat Islamiah menemukan bahwasanya penduduk negara taklukan sangat cinta kepada umat Islam. Sampai penduduk setempat lebih memilih dipimpin umat Islam daripada orang seagama mereka.

Orang-orang Masehi di Syam menulis surat kepada Abu Ubaidah yang waktu itu sedang berada di kamp tentara di Fikhl, sebuah daerah dekat Syam. Mereka menulis, “Wahai umat Islam. Kami lebih mencintai kalian daripada orang-orang Romawi, meskipun mereka orang seagama dengan kami. Kalian lebih bisa dipercaya dan menepati janji. Kalian lebih bersikap halus dan tidak mencelakakan kami. Kalian menjadi pemimpin yang baik bagi kami. Adapun mereka, orang-orang Romawi, menindas dan merampas harta benda kami.” [Al Azdi Al Bashri, Futuhat as Syam, hal.97]

Penduduk Homs di Syam menutup gerbang kota mereka sehingga tentara Heraclius tak bisa masuk. Penduduk kota itu memberitahu bahwasanya mereka lebih suka dipimpin umat Islam daripada harus menghadapi arogansi dan kediktatoran Romawi. [Al Azdi, Futuhul Buldan, hal.137]

Pada pertempuran Jasr tahun 13 H, umat Islam hampir saja menderita kekalahan berat. Saat itu umat Islam sudah terkepung antara sungai Efrat dan tentara Persia. Tiba-tiba pemimpin Masehi dari kabilah Thayyi’ bergabung dengan Al Mutsanna, panglima perang muslim waktu itu. Pemimpin masehi itu bahu membahu dengan tentara muslim sehingga memenangkan perang.

Seorang panglima khalifah Al Mu’tashim (218-237 H/733-842 M) menyuruh menghukum cambuk seorang imam dan muadzin karena keduanya telah menghancurkan tempat peribadatan kaum Majusi yang setelah dihancurkan batu-batunya dipergunakan untuk membangun Masjid.

Tentara Islam setelah menaklukkan suatu daerah segera meninggalkan daerah tersebut untuk menaklukkan daerah lain. Mengapa penduduk kota yang ditinggalkan ini tidak melakukan kudeta? Jawabnya adalah karena mereka menemukan agama mulia dan tingkah laku yang luhur. Karena mereka menemukan keadilan dan kesempurnaan penerapan syariat Islam di sana.

Thomas Arnold berkata, “Umat Kristen begitu sukses dan memperoleh kekayaan melimpah pada masa daulah Islam. Hal itu karena Islam menjamin kebebasan keyakinan dan hak milik bagi orang Kristen. [Thomas Arnold, Intisyar Al Islam, edisi terjemah, hal.60]

Futuhat seperti ini dilakukan untuk menyebar keadilan syariat Islam dan mendakwahkan Islam. Setiap mereka yang masuk Islam tak ada bedanya dengan para pembebas yang sudah lama masuk Islam —karena bagaimanapun juga sudah sama-sama Islam. Islam adalah agama dari Allah Swt. Siapa yang mengimani kebenarannya, ia patut berbangga dan membelanya. Tak ada bedanya antara mereka yang baru masuk Islam dengan yang sudah lama. Juga, setiap mereka yang berbahasa Arab seringkali disebut orang Arab.

Futuhat Islamiah tidak mengenal pembunuhan dan pertumpahan darah kecuali terhadap militer penghalang dakwah. Tidak pula pembunuhan wanita, tawanan, anak-anak dan orang tua. Futuhat Islamiah tidak mengenal politik tangan besi dan pembumi hangusan.  Futuhat Islamiah penuh dengan toleransi dan keadilan.

Profesor Adam Mitz, seorang guru besar bahasa-bahasa Timur di salah satu universitas Austria tahun 1917 berkata, “Sejak abad pertama Islam telah berlaku kebiasaan yang tidak memanggil budak dengan sebutan budak. Budak lelaki disebut pemuda dan budak perempuan disebut pemudi… Dalam Islam, di antara bukti ketakwaan dan kemuliaan seseorang adalah tidak boleh memukul budaknya… Suatu ketika, pada masa pertama daulah Islam Umawiyah, seorang wanita Arab yang tinggal di Mesir memotong hidung budak perempuannya. Maka Abdurrahman bin Hujair, hakim untuk wilayah Mesir memutuskan untuk membebaskan budak perempuan tersebut.” [Al Hadlarah Al Islamiah Fil Qarni ar Rabi al Hijri. Jilid I, hal.306, 307]

Profesor Mitz juga berkata, “Toleransi umat Islam terhadap kaum Yahudi dan Nasrani menyebabkan umat Islam masuk dalam pembahasan ilmu-ilmu teologi. Suatu yang sama sekali bukan karakter abad-abad pertengahan, yaitu ilmu perbandingan agama. Toleransi seperti ini tak ada bandingnya pada masa abad pertengahan." Profesor Mitz juga menambahi bahwasanya dalam hukum Islam, lapangan kerja bagi ahlu dzimmah sangat terbuka lebar. Mereka bekerja di perusahaan-perusahaan yang bermodal besar. Orang-orang ahlu dzimmah menjadi akuntan, pedagang juga dokter. [Al Hadlarah Al Islamiah Fil Qarni ar Rabi al Hijri. Jilid I, hal.86]

Profesor Mitz juga berkata, “Di antara hal yang sangat mengagumkan adalah, jumlah pekerja non muslim di dunia Islam justru yang paling dominan dibanding pekerja muslim.” [Al Hadlarah Al Islamiah Fil Qarni ar Rabi al Hijri. Jilid I, hal.105]

Ini contoh realistis dari sikap toleransi pembebasan oleh muslim. Semoga pembaca bisa melihat sendiri perbedaan yang mencolok antara perang yang dilakukan umat Islam dengan perang yang dilakukan orang non muslim. Umat Islam sangat jauh dari terorisme! Mereka adalah pemilik agama yang benar yang penuh kasih sayang terhadap setiap makhluk.

DAMPAK FUTUHAT

Jumat, 12 Juli 2013

Konspirasi Global Terorisme

Konspirasi Global Terorisme




Konspirasi Global

Mereka yang mengerti akan sejarah pasti bisa melihat jelas bahwasanya pada awal abad hijriyah atau abad ke tujuh masehi, umat Islam begitu disiplin menjalankan hukum Islam yang begitu mulia. Kemuliaan yang mencakup segala lini kehidupan. Itu terjadi di saat bangsa-bangsa lain tenggelam dalam keegoisan mereka, yang hanya mementingkan keuntungan-keuntungan materi dan kesesatan belaka.

Dari sini, bangsa-bangsa lain selalu berusaha menipu dan menghancurkan umat Islam. Usaha mereka tergantung dengan keadaan. Kalau umat Islam sedang kuat dan berjaya, mereka berusaha secara samar-samar. Tapi apabila umat Islam sedang lemah, mereka melakukan usahanya ini dengan terang-terangan. Inilah lagu lama yang terajadi dalam setiap sejarah manusia.
Kaum Yahudi dan Nasrani bersekongkol melawan umat Islam. Mereka memunculkan opini-opini yang merusak.

Sementara itu, untuk memecah belah dan membuat lemah kekuatan daulah Islam, orang-orang ini membantu mendirikan berbagai aliran sesat. Mereka selalu menyulut api peperangan diantara aliran-aliran ini. Bahkan ada yang dengan terang-terangan mengumumkan perang terhadap suatu aliran. Sebenarnya, tujuan mereka hanya satu, yaitu menyelewengkan umat Islam dari disiplin menjalankan syariah dari Allah Swt. dalam semua aspek kehidupan. Persekongkolan seperti ini sangat banyak dijumpai dan bermacam bentuknya. Di antaranya seperti berikut;

1. Dari Zaid bin Aslam, ia berkata,
Syas bin Qais, seorang kakek yang sudah begitu tua, sangat kufur, begitu benci dan iri terhadap umat Islam melewati sekelompok sahabat Rasul Saw. dari suku Aus dan Khazraj yang sedang berkumpul dan saling berbincang. Melihat rasa kasih sayang dan kebersamaan yang ada pada dua suku ini, ia menjadi tidak suka, marah serta iri hati. Ia tidak suka melihat dua suku ini dapat berdamai dalam naungan Islam setelah sebelumnya, pada masa jahiliyah, kedua suku ini saling bermusuhan. Maka ia berkata, “Keluarga bani Qailah sudah berkumpul di negeri ini. Demi tuhan, kami tidak akan setuju saat mereka mengambil keputusan bersama.” [Qailah adalah kekek dari Aus dan Khazraj. Kakek Yahudi ini sengaja menyebut dengan memakai nama kakek mereka untuk menghina]

Setelah itu, kakek ini menyuruh seorang pemuda Yahudi yang dahulu pernah bersahabat dengan mereka. Ia lalu berkata, “Datangi dan berkumpul-lah dengan mereka. Ingatkan mereka perihal hari Bu’ats dan pertentangan-pertentangan antar mereka sebelumnya. Nyanyikan lagu-lagu kebanggaan kedua suku itu.” [Buats adalah nama sebuah pertempuran yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj. Peperangan ini terjadi setahun sebelum hijrah Nabi]

Lalu pemuda itu pergi dan melakukan segala apa yang diperintahkan kakek tersebut. Terjadilah perbincangan seru yang menjurus pada percekcokan. Kedua suku saling membanggakan kebaikan masing-masing. Sampai ada dua orang yang sudah melompat ke punggung kudanya. Dua orang ini adalah Aus bin Qaida, anak Haritsah bin Harits dari suku ‘Aus, dan seorang lagi bernama Jabbar ibn Sakhr, anak Salmah dari suku Khazraj. Keduanya saling beradu mulut. Kemudian salah satu dari mereka berkata kepada teman-temannya, “Jika kalian berkehendak, kita bisa saja mengumumkan perang besar terhadap suku ini. Maka marahlah dua suku tersebut dan berkata, “Waktunya untuk angkat senjata!”

Kabar ini pun sampai di telinga Rasul Saw. Nabi lekas mendatangi orang-orang itu bersama para sahabat muhajirin dan berkata, “Wahai umat Islam. Ingatlah Allah. Ingatlah Allah. Apakah kalian hendak menuruti ajakan jahiliyah sementara aku ada di antara kalian? Apakah kalian hendak menuruti ajakan jahiliyah setelah Allah memberi petunjuk Islam, memuliakan kalian semua dengan agama ini, memutuskan segala pertikaian di zaman jahiliah, menyelamatkan kalian dari kufur dan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara kalian?" Mendengar ini, sadarlah mereka bahwa semua itu hanyalah hasutan setan dan tipu daya musuh. Akhirnya, mereka terharu, menangis dan saling berpelukan. Damailah suku Aus dan Khazraj. Mereka lalu meninggalkan tempat itu bersama-sama Rasul Saw. dengan penuh taat.

Allah telah mematikan tipu daya musuh-Nya, Syas bin Qais. Kelakuan Syas bin Qais inilah yang menyebabkan turunnya ayat berikut;
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan". Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imraan[3]:98-99)

Adapun mengenai sikap Aus bin Qaidi dan Jabbar bin Sakhr beserta orang-orang yang terhasut oleh Syas bin Qais, turunlah ayat berikut ini;
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imraan[3]:100-105) [Cerita ini terdapat dalam Sirah Ibnu Hisyam 1/555. Juga dalam  Tafsir at Thabari mengenai ayat 100-105 surat Ali Imraan]

Begitulah. Orang Yahudi merasa jengkel dan iri hati melihat keakraban umat Islam, bersatu dengan ukhuwah Islam, bersatu dengan ideologi Islam (akidah dan syariah Islam) semata. Mereka lalu bersekongkol untuk menanam benih perpecahan dengan paham kufur tribalisme/sukuisme (termasuk kebangsaan/nasionalisme). Makar mereka  sudah tercipta. Tapi Rasul Saw. cukup menumbangkannya dengan mengingatkan umat Islam terhadap ikatan wajib bagi umat yaitu ideologi Islam serta melarang ikatan-ikatan lain.

2. Orang Yahudi memang pandai melakukan intrik. Kali ini mereka mempergunakan orang-orang munafik untuk mencapai tujuan. Di antara kelicikan mereka, ada yang bersepakat untuk pura-pura masuk Islam beberapa jam dan setelah itu murtad dan kembali memeluk agama Yahudi. Hal ini mereka lakukan untuk menimbulkan kesan bahwa sebenarnya agama Yahudi lebih baik. Maka turunlah ayat Al Quran yang mengungkap kelicikan mereka ini. Allah Swt. berfirman,
“Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu'min) kembali (kepada kekafiran). (QS. Ali Imraan[3]:72)

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas berkata, "Segolongan Yahudi berkata, “Jika kamu bertemu dengan sahabat-sahabat Muhammad pada permulaan siang maka berimanlah kalian. Kemudian jika sudah pada akhir siang maka beribadahlah sesuai cara beribadah kalian dalam agama Yahudi. Siapa tahu mereka akan berkata, “Itu adalah para ahul kitab. Mereka lebih tahu dari kita.” Siapa tahu para sahabat Muhammad akan berpindah agamanya.” [Tafsir At Thabari 3/312]

Begitulah persekongkolan kaum Yahudi terhadap Islam. Dari sini tampak jelas betapa bencinya mereka terhadap Islam dan kebenaran.

3. Suatu ketika terjadilah konflik antara khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan yang waktu itu menjabat wali di Syam. Kaisar Romawi ingin mempengaruhi Muawiyah. Penguasa Romawi itu menggerakkan pasukannya mendekati daerah-daerah perbatasan negara Islam. Ia ingin menguasai wilayah Islam. Melihat gelagat seperti ini, Muawiyah segera menulis surat kepada kaisar tersebut yang berbunyi, “Demi tuhan, wahai orang terkutuk, jika perbuatanmu ini tidak segera kamu sudahi dan engkau kembali ke negaramu, aku dan anak pamanku akan bersepakat mengusirmu dari seluruh wilayah yang kamu kuasai dan menghimpit bumi yang dulunya menyambutmu dengan penuh hormat." Seketika takutlah kaisar Romawi mendengar ancaman ini. Ia kapok dan meminta perdamaian.

Kasus seperti ini menjelaskan betapa besarnya keinginan Romawi yang beragama Nasrani untuk merusak kekhalifahan Islam dan menguasai sumber-sumber strategisnya seperti waktu zaman jahiliyah. Hal seperti ini sangat sering terjadi ketika negara khilafah Islam sedang lemah.
Dari ketiga kasus di atas jelas bahwa
1.   Syas bin Qais melakukan intrik untuk memecah belah umat Islam.
2.   Orang Yahudi melakukan tipu daya terhadap umat Islam dengan cara pura-pura masuk Islam untuk kemudian murtad supaya umat Islam meragukan agamanya.
3.   Kaum Nasrani berusaha mencampuri urusan dalam negeri kekhalifahan Islam.

Semua ini menunjukkan bahwa permusuhan kaum Nasrani dan Yahudi terhadap Islam adalah permusuhan lama yang tak kenal lelah. Dan bahwa yang melakukan teror adalah kaum Yahudi beserta Nasrani untuk terus berbuat kerusakan di muka bumi menindas umat Islam. Lagi-lagi umat Islam yang terkena teror dari orang-orang yang tidak suka terhadap kebenaran Islam.

Konspirasi Global Terorisme

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam