Praktek Kapitalisme Amerika
2.
Pertarungan Ekonomi
Pertarungan demi kepentingan-kepentingan ekonomi ada sejak
zaman dulu. Dan sekarang pertarungan itu semakin terorganisasi, komprehensif,
destruktif, dan mengerikan, karena para penganut peradaban yang kuat mulai
mengganyang hamba-hamba Allah dari kalangan peradaban lainnya, tanpa menyisakan
sedikitpun rasa belas kasihan, simpati, atau rasa kemanusiaan. Dunia menjadi
layaknya suatu rimba yang sangat luas, di mana yang kuat memangsa yang lemah.
Dunia memang seperti desa yang kecil dalam kaitannya dengan perkembangan
komunikasi dan transportasi, namun laksana hutan rimba yang luas dalam hal
penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah.
Hal ini ditunjukkan dengan berbagai bentuk praktek
kapitalisme – terutama oleh gembongnya, Amerika Serikat – antara lain:
Pertama, penguasaan
bahan-bahan mentah di manapun dan kapanpun adanya.
Kedua, menggantikan emas
dengan dollar sebagai mata uang dunia. Masyarakat Eropa berusaha melepaskan
diri dari hegemoni AS dengan cara memakai mata uang bersama, yaitu Euro,
sementara sejumlah negara juga sedang berusaha memperkenalkan kembali emas (dinar)
dan perak (dirham) sebagai standar.
Ketiga, terus menjadikan
negara-negara berkembang sekedar sebagai pasar konsumsi, dengan selalu mencegah
mereka dari upaya mengembangkan industri berat dan bahkan, berbagai industri
ringan.
Keempat, menenggelamkan
berbagai negara berkembang dengan jerat hutang berbunga melalui IMF dan Bank
Dunia. Bahaya jerat hutang ini sangat jelas kelihatan.
Kelima, menarik kalangan
profesional dan intelektual yang tidak menemukan atau tidak puas dengan posisi
mereka di negara asalnya, agar mereka beremigrasi ke negara-negara Barat.
Keenam, merumuskan berbagai
kebijakan ekonomi dan pembangunan yang disetir oleh IMF, yang mengakibatkan
lemahnya tingkat keamanan pangan berbagai negara berkembang, hingga mereka
menggantungkan diri mereka dengan berbagai bantuan, grant, dan pinjaman
dari Barat, meski sebelumnya mereka berhasil melakukan swasembada pangan.
Ketujuh, menciptakan perang-perang
regional untuk memaksa sejumlah negara membeli senjata dan perlengkapan perang
dari Barat yang akan menjadi alat-alat perang yang ketinggalan zaman atau
bahkan tumpukan besi bekas, jika tidak segera digunakan pada perang-perang
regional antar negara berkembang.
Kedelapan, berusaha menciptakan
suasana tidak aman di berbagai negara, agar terjadi pelarian modal ke
negara-negara Eropa dan Amerika yang aman, dengan maksud agar sewaktu-waktu
bisa dibekukan bila diinginkan. Diperkirakan paling sedikit ada dana sebesar
800 miliar dollar milik negara-negara Arab saja yang disimpan berbagai negara
Barat. Kita dapat membayangkan, betapa besar kekayaan yang mereka jarah dari
negeri-negeri Islam, belum lagi yang berasal dari negara-negara berkembang
lainnya.
Kesembilan, penguasaan
berbagai kepentingan ekonomi di berbagai negara melalui apa yang mereka sebut
globalisasi, privatisasi, dan investasi modal yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan kapitalis raksasa.
Kesepuluh, mengangkat
penguasa-penguasa – yang merupakan agen-agen mereka – bersama dengan kekuatan
militer dan intelejen untuk mempertahankan berbagai kepentingan mereka.
Kesebelas, mengirim dan
menempatkan tentara di wilayah-wilayah konflik dengan tujuan untuk memperluas
pengaruhnya, seperti yang dilakukan AS di kawasan Teluk, Sinai, Asia Tengah,
Turki, dan berbagai tempat lainnya. Belum lagi ada armada-armada kapal induk
yang mengarungi berbagai samudera untuk mengamankan operasi-operasi penjarahan
yang mereka lakukan.
Keduabelas, berupaya
memecah-belah dunia menjadi negara-negara kecil yang lemah dengan alasan
kemerdekaan, agar mereka mudah dikuasai dan dikendalikan.
Ketigabelas,
menyebarluaskan budaya dan konsep-konsep peradaban mereka, dengan tujuan untuk
mempertahankan dominasinya atas negara yang lemah dan menjauhkan ummat yang tertindas dari pemikiran tentang perlunya
perubahan dan pembebasan dari cengkeraman mereka.
Keempatbelas, menerapkan
sanksi terhadap negara-negara tertentu, seperti halnya sanksi AS terhadap Irak.
AS, melalui Dewan Keamanan PBB, telah mengeluarkan resolusi nomor 665 untuk
menerapkan boikot atas Irak, dan memberikan wewenang kepada Angkatan Laut AS
untuk menggunakan senjata dalam rangka mencegah setiap transaksi perdagangan
dengan Irak. Balam bukunya, ‘Leaders’, Bob Woodward memberikan komentar tentang
resolusi ini, “Inilah pertama kalinya dalam empat puluh lima tahun usianya, PBB memberikan hak untuk
menerapkan sanksi ekonomi kepada negara-negara di luar lembaganya. Ini
merupakan kemenangan diplomatik yang luar biasa bagi Pemerintah AS.”
Praktek
Kapitalisme Amerika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar