Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 15 Juni 2013

Bentuk Serangan Politik Barat

Bentuk Serangan Politik Barat




3.    Pertarungan Politik

Adanya pertarungan politik antara peradaban Barat dan kaum Muslimin dapat dibuktikan dengan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, konspirasi Barat dalam meruntuhkan Khilafah Islamiyah pada tahun 1924.

Kedua, konspirasi Barat dalam mendirikan Negara Yahudi Israel di tanah Palestina, serta upaya mereka mempertahankan dan memperkuat militernya.

Ketiga, memecah belah jamaah kaum Muslimin dan mendorong pemisahan diri berbagai negeri Islam dengan kedok kemerdekaan, hingga menjadi sekitar 60 negara kecil yang tidak berdaya di hadapan negara-negara Barat. Upaya ini masih terjadi hingga saat ini dan tidak akan berhenti. Bahaya yang mengancam di balik upaya pemecah-belahan ini sangatlah jelas. Namun, kaum Muslimin masih saja terpikat dengan ide kemerdekaan ini dan rela berperang demi tujuan ini, sekalipun ide ini sama sekali bertentangan dengan peradaban dan pemikiran Islam. Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk menjadi satu tubuh (jami'an) dan tidak terpecah belah. Namun demikian mereka tetap bercerai berai dan terus berusaha memisahkan diri, meskipun siang malam mereka berulang-ulang membaca firman Allah SWT,
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai." (QS Ali Imran: 103)
Jami'an (kamu semua) dalam ayat itu merupakan suatu keadaan orang-orang yang memegang erat agama Allah. Maknanya adalah keberadaan suatu jama'ah, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,
"Siapa saja yang datang kepada kamu sekalian, sedangkan urusan kalian diatur oleh seseorang (Khalifah), kemudian dia hendak memecah belah kesatuan jama'ah kalian, maka perangilah dia." (HR Arfajah)
Dengan demikian, kamu semua (jami'an) dan kesatuan ummat (jama'ah) di bawah kepemimpinan satu orang memiliki makna yang sama.

Keempat, menerapkan sistem pemerintahan republik atau kerajaan secara resmi di negeri-negeri kaum Muslimin, sekaligus memisahkan kewenangan pemerintahan menjadi tiga bagian - eksekutif, legislatif, dan yudikatif - sebagaimana yang dianut negara-negara Barat.

Kelima, memerangi gerakan-gerakan Islam yang secara serius berjuang untuk membuat perubahan dengan menegakkan Negara Islam, yakni negara Khilafah Rasyidah. Mereka menyebut gerakan-gerakan Islam ini sebagai ekstremis atau fundamentalis. Kebanyakan perlawanan ini dilakukan melalui agen-agen mereka, dan jarang dilakukan secara langsung. Martin Indyck, pejabat Gedung Putih yang berwenang menangani urusan Timur Tengah mengatakan bahwa tantangan paling besar yang dihadapi AS di belahan dunia bagian timur adalah membantu negara-negara sahabat untuk menghalangi ekstrimisme (Majalah Al 'Arabi nomor 514). Bila tidak bisa menghalangi, mereka akan memberikan tekanan yang keras dan jahat lewat tangan agen-agen mereka dari kalangan "moderat progresif", sebagaimana dikatakan Nixon dalam bukunya "The Favorable Opportunity" sebagai berikut, "Keterkaitan para politisi di berbagai negara Muslim dengan Islam tidak lebih dari sekedar keterkaitan mereka dengan cita-cita, tradisi, dan norma Islam ... Kalangan progresif adalah kelompok yang kegiatannya nyata ... dan berusaha sekuat tenaga menghubungkan kaum Muslimin dengan dunia politik dan ekonomi yang beradab. Kelompok ini dicirikan dengan fleksibilitasnya, dan mereka tidak menganggap Barat sebagai kafir, tetapi mereka menyebutnya sebagai kaum ahli kitab. Beberapa negara dipimpin oleh kelompok progresif merupakan negara demokratis, seperti Turki dan Pakistan ... Kita harus membantu kelompok progresif di dunia Islam ... Kunci kebijakan Amerika digambarkan dalam kerjasama strategis hanya dengan kelompok progresif ini. Karena kita bekerjasama dengan kelompok progresif demi tujuan-tujuan kita, maka kerjasama tersebut harus meliputi seluruh bidang ekonomi dan keamanan ... Hubungan antara Amerika dan negara sahabat tidak boleh sampai pada tingkat perwalian, dan kita tidak boleh memperlakukan para penguasa di negara-negara progresif itu sebagai makelar antara kita dengan rakyat mereka, namun kita harus memperlakukan mereka sebagai mitra yang sejajar, sebab cara yang paling cepat untuk mengubur mereka adalah dengan memperlakukan mereka sebagai corong propaganda Barat ... Sesekali kita harus dapat menerima penolakan sahabat-sahabat kita di dunia Islam atas sejumlah kebijakan kita, yang membuat mereka mendapatkan kesulitan politik di negara mereka." Kini, ummat Islam tahu persis siapa kelompok "progresif moderat" ini. Dan tidak ada salahnya kita mengalamatkan tuduhan kepada AS, atas perlakuan sejumlah penguasa negeri-negeri Muslim - Irak, Mesir, Turki, Uzbekistan, Aljazair, Suriah, Libya, dan Tunisia - terhadap para putra-putri ummat yang secara ikhlas berjuang demi Islam.

Keenam, mendirikan PBB berikut Dewan Keamanan-nya untuk memberi legitimasi kepada Barat untuk melakukan intervensi dalam urusan negara-negara lemah, termasuk di antaranya negeri-negeri kaum Muslimin. Bila AS tidak bisa melakukan intervensi melalui Dewan Keamanan karena adanya penentangan dari negara kuat lainnya, mereka melangkahi otoritas Dewan Keamanan atau PBB, dan melakukan tindakan sepihak (unilateral), seperti yang terjadi saat ini dengan seruan "Perang Salib melawan Terorisme". Demikianlah, AS menduduki tempat-tempat yang dikehendaki dan menyerang siapa saja yang diinginkan. Nixon mengungkapkan secara eksplisit tentang kebijakan ini dalam "The Favorable Opportunity" sebagai berikut, "Andaikata kepentingan AS mendapat ancaman bahaya, maka akan dilakukan aksi dengan koordinasi PBB, bila memungkinkan. Namun bila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka AS akan bertindak sendiri tanpa bantuan darinya (PBB)." Collard Power, dosen ilmu politik di Massachusetts University mengatakan dalam tulisannya, "Jelas bahwa hukum internasional tidak diterapkan bagi negara-negara di belahan bumi bagian barat ... nampaknya pelanggaran hak asasi manusia bisa diterima sepanjang sesuai dengan kepentingan Amerika."

Ketujuh, memerintahkan kepada sejumlah tiran dan petualang politik untuk membentuk partai-partai, agar mereka bisa saling bergiliran memerintah dan bertindak sebagai oposisi. Hal ini dilakukan apabila mereka tidak ingin memaksakan sistem partai tunggal.

Demikianlah beberapa bentuk serangan politik yang dilakukan oleh para penganut kapitalisme terhadap kaum Muslimin dan kaum lemah lainnya. Mereka telah berhasil melakukan segala bentuk serangan ini, akibat tidak adanya institusi politik yang berfungsi sebagai pelindung dan sistem yang paling baik, yaitu Negara Khilafah.

Bentuk Serangan Politik Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam