Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 14 April 2013

Metode Amerika Untuk Menyebarkan Kapitalisme

Metode Amerika Untuk Menyebarkan Kapitalisme




AS mulai menyebarkan Kapitalisme sejak dia tampil di panggung dunia sebagai negara penjajah. Metode yang digunakannya untuk menyebarkan Kapitalisme adalah dengan melakukan penjajahan (imperalisme), baik penjajahan gaya lama maupun gaya baru.

Berkaitan dengan penyebaran Kapitalisme ini, ada satu hal yang betul-betul perlu diperhatikan dengan seksama di sini. Bahwasanya, setelah AS berhasil memantapkan dominasi ideologi Kapitalisme secara internasional, kini AS tengah berusaha untuk memantapkan dominasi ideologi itu secara universal.

Sebelumnya, AS -dengan dibantu negara-negara Kapitalis lain- telah sukses menjadikan Kapitalisme sebagai asas interaksi dan konvensi internasional. Dan kini, AS mempunyai cita-cita baru untuk menjadikan Kapitalisme sebagai agama bagi seluruh bangsa dan umat di muka bumi.

Cara yang ditempuhnya untuk meraih cita-citanya itu, ialah dengan mengajak seluruh umat manusia untuk meyakini Aqidah Kapitalisme dan menjadikan ide-ide Kapitalisme sebagai persepsi-persepsi, standar-standar, dan keyakinan-keyaki­nan yang berlaku di segala aspek kehidupan bagi seluruh umat manusia. Jelaslah, AS sudah tidak lagi merasa cukup hanya mener­apkan Kapitalisme sebagai peraturan dan undang-undang.

AS telah berusaha menjadikan ideologi Kapitalisme sebagai asas interaksi, konvensi, dan undang-undang internasional sejak lahirnya PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) pada tahun 1945. Untuk tujuan ini, AS telah menjadikan konvensi Kapitalisme sebagai landasan utama bagi Piagam PBB. Namun, AS tidak berhasil merealisasikan tujuannya tersebut, karena masih terdapat Uni Soviet sebagai kekuatan lain yang memimpin blok Timur atas dasar ideologi Sosialisme. Selain itu Uni Soviet juga telah berhasil memantapkan eksistensi ideologinya secara internasional dan universal.

Pada waktu itu, Moskwa telah berhasil mencegah dominasi Kapitalisme secara internasional, dengan mengeksploitir penderitaan dan ketertindasan yang dialami bangsa-bangsa jajahan sebagai akibat kesewenang-wenangan, kezhaliman, dan kekejaman negara-negara penjajah dari Barat. Moskwa telah melancarkan serangan yang amat ganas ke seluruh dunia dengan melukiskan hakekat wajah penjajahan yang sangat jelek, menghubungkan penjajahan dengan Kapitalisme, dan menerangkan bahwa jalan untuk melepaskan diri dari penjajahan adalah dengan mengobarkan revolusi Sosialisme.

Ternyata, serangan Moskwa ini berhasil mencapai sasaran dengan gemilang sehingga banyak bangsa sangat tertarik dan terpe­sona dengan Sosialisme. Bangsa-bangsa yang sedang berusaha merebut kemerdekaan dan melepaskan diri dari penjajahan gaya lama akhirnya turut mengagung-agungkan slogan Sosialisme.

Akan tetapi, AS rupanya segera sadar akan bahaya penjajahan gaya lama ini baik terhadap Barat sendiri sebagai kekuatan internasional, maupun terhadap Kapitalisme sebagai sebuah ideologi. Karena itu, AS segera merancang skenario canggih untuk membendung arus dukungan berbagai bangsa dan umat terhadap Sosialisme. Maka, AS sendirilah yang akhirnya membantu upaya berbagai bangsa dan umat tadi untuk melepaskan diri dari penjajahan Eropa yang terbuka dan telanjang, dan kemudian menawan negara-negara yang baru merdeka tadi dengan penjajahan gaya baru yang tidak kalah jahatnya.

Penjajahan gaya baru ini didasarkan pada hegemoni tak lang­sung dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya. Secara riil, penjajahan gaya baru ini terwujud dalam bentuk berbagai macam perjanjian, pakta militer, kesepakatan hidup berdampingan secara damai, bantuan ekonomi dan keuangan, serta kesepakatan kebudayaan. Tak ayal lagi, penjajahan gaya baru ini pun akhirnya menggantikan posisi penjajahan gaya lama, dengan memanfaatkan slogan-slogan kemerdekaan dan pembebasan sebagai kedok.

Bagaimanapun juga, keruntuhan Uni Soviet -berikut ideologi Sosialismenya- telah membukakan kesempatan kepada Kapitalisme untuk mengisi kekosongan gelanggang politik internasional. Dan dapat dikatakan, tidak ada satu perlawanan pun terhadap dominasi Kapitalisme secara internasional ini.

Konsekuensi kondisi ini, bahwa PBB yang sejak dasawarsa 40-an hanya menjadi mimbar pidato -yakni tak mempunyai pengaruh signifikan karena adanya hak veto Soviet-, kini telah menjadi sebuah alat penting internasional yang mempunyai kekuasaan dan otoritas internasional pula. Di satu sisi, PBB kini menjadi alat utama untuk mengokohkan hegemoni AS. Sementara di sisi lain, PBB berfungsi untuk menanamkan kepercayaan akan konvensi-konvensi Kapitalisme sebagai undang-undang internasional yang bersifat mengikat.

Namun dalam pada itu, serangan AS secara universal untuk menjadikan Kapitalisme sebagai ideologi seluruh umat manusia di muka bumi, memang tak menghadapi perlawanan apapun, kecuali di Dunia Islam.

Fakta di atas dikarenakan berbagai bangsa dan umat di muka bumi ini tak terlepas dari kondisi-kondisi berikut.
Pertama, bangsa-bangsa yang karakter aslinya memang penganut Kapitalisme, seperti AS, Eropa Barat, dan cabang-cabangnya yang ada di Kanada, Australia, dan New Zealand.
Kedua, bangsa-bangsa yang telah melepaskan diri dari Sosialisme dan membangun kehidupan barunya atas dasar Kapitalisme, seperti Rusia dan negara-negara lain bekas blok Timur.
Ketiga, bangsa-bangsa yang selalu menggembar-gemborkan slogan Sosialisme secara formalitas -yakni pada hakekatnya mereka tidak meyakini Sosialisme- namun secara perlahan dan diam-diam mereka mengubah diri dan bermetamorfosis menjadi penganut Kapitalisme, seperti RRC, Korea Utara, Vietnam, dan Kuba.
Keempat, bangsa-bangsa yang karakter aslinya bukan penganut suatu ideologi dan tidak mengganggap Kapitalisme sebagai musuh ideologis, seperti bangsa-bangsa Amerika Latin, dan mayoritas bangsa- bangsa di kawasan Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Afrika.

Jadi, umat Islamlah satu-satunya umat non Kapitalis di antara bangsa dan umat di dunia ini yang mempunyai dan menganut sebuah ideologi, kendatipun memang mereka saat ini tidak hidup berlandaskan ideologi itu dan tidak menyebarluaskannya ke seluruh dunia.

Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa serangan AS untuk menguniversalkan Kapitalisme tidaklah menghadapi lawan yang tangguh, kecuali di Dunia Islam.

Memang benar, seluruh negara di Dunia Islam saat ini tidak menerapkan Islam -meskipun beberapa negara mengklaim menerapkannya- dan malah menerapkan Kapitalisme semu yang telah dimodifikasi (bersalin rupa). Akan tetapi, umat Islam yang tetap eksis setelah hancurnya Khilafah itu sejak awal dasawarsa 50-an telah mulai merambah jalan menuju kebangkitan berasaskan Islam, mulai berjuang untuk membangun kembali kehidupannya atas dasar Islam, dan bahkan telah mencanangkan cita-cita menyelamatkan dunia dengan membawa hidayah Islam.

Ya, semua upaya ini terus diperjuangkan, kendatipun umat Islam masih terpecah belah akibat rekayasa kaum kafir sebelum dan sesudah kehancuran Khilafah; dan kendatipun para penguasanya -yang menjadi agen Barat- terus mempertahankan kekufuran yang dibangun Barat di negeri-negeri muslim, berkhidmat siang malam demi kepentingan dan dominasi Barat, serta menjalankan seluruh strategi politik dalam dan luar negerinya menurut petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi Barat.

Namun kebangkitan umat yang diupayakan tadi nampaknya belum mencapai kesempurnaan dan berjalan sangat lambat karena berbagai kendala. Saksikanlah, para penguasa agen Barat tadi telah bertingkah brutal dan sangat kejam terhadap para pejuang kebangkitan umat. Mereka juga terus melakukan operasi penumpasan dan melancarkan aksi teror terhadap para pejuang tadi. Sementara itu, kaum kafir juga tak ketinggalan merancang strategi yang dijalankan oleh agen-agen mereka tadi untuk melawan bangsa mereka sendiri, agar bangsa mereka tetap hina diinjak-injak dan dibelenggu oleh kekufuran.

Walau demikian keadaannya, Barat yang kafir -dengan AS sebagai gembongnya- sudah merasa gentar kalau-kalau kebangkitan umat Islam suatu ketika mencapai titik sempurna sehingga umat Islam kembali menjadi umat istimewa yang berbeda dengan manusia lainnya.

Barat yang kafir juga sudah gemetaran membayangkan umat Islam hidup kembali di bawah satu negara, yakni negara Khilafah, yang akan melanjutkan penyebaran risalah Islam ke seluruh dunia untuk mengentaskan dunia dari gelimang kesengsaraan, kegoncangan, dan kemerosotan yang parah akibat hagemoni Kapitalisme dan ide-idenya yang materialistik itu. Semua ini telah menjadikan Barat bagaikan hutan yang tidak aman dan senantiasa menimbulkan keresahan, sekalipun harus diakui mereka memang sukses dalam sains dan teknologi serta banyak meraih penemuan-penemuan ilmiah.

Barat yang kafir juga senantiasa ingat, bagaimana ideologi Islam dahulu telah mengubah kabilah-kabilah Arab -yang serba terbelakang dan tak pernah diperhitungkan dalam sejarah- menjadi umat istimewa yang berperadaban, yang kemudian tampil di pentas dunia dengan cahaya Islam serta dalam waktu singkat sanggup memantapkan posisinya sebagai pemimpin dunia.

Kejayaan ini tetap lestari untuk sekitar 10 abad lamanya. Dan sepanjang masa itu, meratalah keadilan, keamanan, kesejahteraan, dan nilai-nilai yang luhur di setiap tempat. Bendera dan panji Khilafah pun berkibar-kibar dengan gagahnya di mana-mana.

Maka dari itu adalah wajar, bila Barat yang kafir merasa kecut kalau-kalau umat Islam suatu saat kembali bangkit lalu menghancur leburkan segala pengaruh dan kepentingan mereka di manapun; tak hanya di buminya sendiri, tetapi bahkan di seluruh pelosok dunia.

Berdasarkan kesadaran AS dan Barat terhadap hakekat ini, maka sebenarnya sasaran utama serangan AS tak lain adalah, umat Islam! Sekalipun, serangan AS memang tetap bersifat universal.

Memang, serangan AS ini mempunyai motif-motif lain, seperti kerakusan serta ketamakan Amerika dan Barat yang kapitalistis  terhadap sumber daya alam di negeri-negeri Islam dan posisi geografisnya  yang amat strategis dan istimewa. Juga adanya potensi negeri-negeri Islam itu sebagai pasar raksasa bagi produk-produk Barat dan sumber bahan mentah utama bagi industri mereka, di samping adanya deposit-deposit minyak bumi yang melimpah-ruah, yang sangat vital bagi kelangsungan hidup Barat.

Meskipun memang ada motif-motif lain seperti itu, tetapi motif utama dan pertama serangan AS tak lain adalah adanya potensi bahaya dalam tubuh umat Islam yang dapat mengancam kepentingan-kepentingan Barat dan dominasi internasionalnya. Bahkan, potensi bahaya itu pada hakekatnya dapat mengancam eksistensi mereka sendiri, jika suatu saat umat Islam sadar dan bangkit serta kembali mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Metode Amerika Untuk Menyebarkan Kapitalisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam